25

1K 139 69
                                    

Wendy ngintilin Irene dari belakang sambil merunduk. Wanita itu juga masih sangat marah sekali dengan mood nya yang membuat hati tidak tenang dan juga pikiran tak karuan.

Berhentilah Irene mendadak. Membuat si Wendy hampir menumbur kekasihnya yang berbalik segera membuat si nyai tidak jadi marah karena jaraknya sangat dekat dengan Wendy yang segera mengangkat wajahnya.

" Oh!?" Kejut keduanya membuat Wendy langsung termundur cepat. Takut jika bibir bertemu dengan lawannya.

Irene menarik nafas panjang ingin mengoceh pada Wendy. Tapi di saat yang sama, ocehannya hilang seketika karena lupa kalimat yang sudah ia tata matang-matang di otak begitu saja di ambil kembali oleh Wendy yang tampannya membuat Irene lemah.

" Ihh!" Gerutu Irene sambil menghentakkan kakinya di tanah sambil berbalik kembali ke luar gedung Kyunggi.

" Ah!?" Kejut Wendy sambil berjalan lagi di belakang kekasihnya yang ntah kemana arah tujuan Irene. Sedari tadi Irene mutar-mutar tidak jelas di gedung SMA Kyunggi. Kemudian malah berjalan ke luar melewati banyak meja stand para siswa.

Wendy tidak ngeluh. Dia ingin meminta maaf pada Irene. Tapi takut Irene sudah ikutan marah-marah sebelum Wendy mengucapkan kalimat maaf itu.

Jadi dia ikutin saja Irene kemana-mana. Ngintil di belakang kayak anak ayam.

----

Irene berjalan mendekati stand meja yang menjual banyak cincin di sana. Wendy berdiri saja di belakang Irene yang sibuk melihat-lihat cincin itu satu persatu.

Wendy intip dari belakang dan terkejut nya ia saat Irene berbalik tiba-tiba membuatnya harus kembali dengan posisi yang sama dengan cepat.

Irene angkat tangan kanan Wendy. Kemudian ia pasang cincin itu di jari manis kekasihnya.

" Bagus?" Tanya Irene yang mengangkat tangan Wendy dengan tangannya.

Wendy mengangguk. Irene akhirnya menimbulkan senyum manisnya.

" Aku bel---"

" Biar aku saja." Kata Wendy yang langsung memberikan uang nya pada penjual.

Senyum Irene timbul lebar lagi. Diikuti Wendy yang akhirnya menimbulkan senyum kecil di bibirnya.

" Ayo." Ajak Irene menggenggam tangan Wendy berjalan lagi melihat stand yang lain.

" Mau itu?" Tunjuk Wendy di ujung sana yang menjual lolipop. Irene mengangguk. Kemudian Wendy tarik pelan tangan kekasihnya mendekat ke sana.

" Mau?" Tawar Irene. Wendy memberi gelengan kepala.

" Makanlah. Aku tidak suka yang manis-manis." Kata Wendy.

" Wae?" Tanya Irene lagi sambil menatap ke depan dengan mengemut pelan lolipop itu.

" Aku lebih suka menatap yang manis-manis dari pada menyicipnya." Irene menoleh cepat. Dia melihat diam ke arah Wendy yang  menatap diam juga dirinya.

" Siapa!?" Tanya Irene yang sudah mau marah.

" Pacarku." Jawab Wendy membuat pipi Irene langsung memerah.

" Uhh~!" Irene menatap ke depan lagi membuat Wendy tersenyum tawa dengan tangan yang menggandeng Irene.

" Kiyowo..." Ucap Wendy.

" Arayo." Jawab Irene. Wendy menoleh melihat Irene kembali. Kemudian ia merunduk mencium pipi wanita itu sekilas.

" Wendy!" Kejut Irene sambil memegang pipi kanannya.

" W-wae?" Tanya kejut Wendy.

" Kamu....?" Wendy mengangkat alisnya singkat.

" Jangan seperti itu padaku. Aku malu..." Jawab Irene pelan. Senyuman manis Wendy timbul lagi.

" Tidak marah lagi padaku?" Irene menggeleng pelan.

" Tapi..." Wendy menatap tanya Irene.

" Jangan membuatku cemburuan lagi." Lanjut Irene dan di angguki senyum oleh Wendy.

" Aku hanya mencintaimu." Kata Wendy sambil berhenti berjalan dan menghadap ke arah Irene.

" Kalau ada yang lebih cantik darimu, bukan berarti aku menyukainya. Aku sadar diri kalau aku mempunyai kekasih yang lebih cantik di luar dan di dalam hatinya." Jelas Wendy membuat Irene langsung mendekati Wendy dan ia peluk pria itu. Wendy langsung melebarkan pelukannya. Ia balas memeluk Irene sambil merundukkan sedikit kepalanya.

" Aku makin cinta sama kamu." Kata Irene.

" Arayo." Jawab Wendy sambil mengelus kepala belakang Irene.

----

Jennie memegang pipi kanannya. Ia berjalan di samping Rose sambil merunduk menuju parkiran mobil.

" Eodi~~?" Tanya getar Jennie.

" Ke penjara." Jawab Rose.

" Mwo!?" Kejut Jennie sambil memegangi pipinya yang merah karena tamparan kuat Rose membuatnya tidak berkutik.

" Masuk." Perintah Rose menyuruh Jennie masuk ke mobil. Jennie memberi gelengan gesit sampai Rose kembali lagi mendekatinya yang sudah berlari ke depan mobil.

" Ya!!!" Teriak Rose mengejar Jennie yang kembali memutar berlari sambil bersuara takut ke belakang mobil Rose lagi.

" Aku nggak mau~~ kamu pasti mau bawa aku ke rumah kamu kan?" Tunjuk rengek Jennie sambil berlari lagi menjauh dari Rose.

" Ketemu sama Daddy tau!!!" Jawab Rose berlari sambil melepas sepatunya melempar ke arah Jennie.

" Sakit sayang....~~ jahat banget kamu sama aku. Lagian di rumah kamu pasti ada Hyung....ahhh shiro!" Tolak Jennie yang kembali melempar sepatu Rose agar di kenakan oleh orang nya lagi.

" Yaiisshh!!!! Joengmal!!!" Teriak Rose membuat Jennie kembali merengek takut.

" Masuk!!!!" Teriak Rose kembali yang sudah naik darah sampai ia ingin mengambil pemukul baseball di belakang mobil.

Jennie berjalan pelan mendekati Rose yang sudah berdiri di pintu depan. Jennie jalan sambil merunduk dengan badan yang ia pegang sangking takutnya jika Rose kembali memukulnya.

Drab!! Rose menutup pintu mobil Jennie. Kemudian ia berjalan ke sebelah ke kursi supir.

Keluarlah mobil Lamborghini Aventador abu-abu itu dari lingkungan SMA Kyunggi. Irene dan Wendy sedari tadi berdiri di ujung melihat kelakuan mengerikan Rose saat memarahi Jennie.

Serentak kedua orang itu menoleh saling menatap.

" Kamu.... tidak seperti Rose kan?" Tanya takut-takut Wendy.

" Tergantung." Jawab Irene sambil kembali berjalan lagi menuju parkiran motor Wendy di ujung sana.

" Te-tergantung apanya?" Tanya khawatir Wendy.

" Kalau kamu nakal, mungkin saja aku lebih parah dari Rose." Jawab Irene membuat bulu kuduk Wendy merinding tak karuan.

Irene menoleh. Ia lihat senyum Wendy di sebelahnya. Kemudian ia peluk Wendy dari samping dengan tangan kanan Wendy yang ia naikkan ke atas merangkulnya.

" Mana bisa aku seperti itu padamu. Bagiku, pacarku lain dari yang lain." Kata Irene. Wendy mengangkat kedua alisnya dengan senyuman lebar yang merekah di bibirnya.

" Gomawo honey." Ucap Wendy sambil merangkul nyaman Irene di sebelahnya yang terus menyandarkan kepalanya di pinggang Wendy.

Irene mengangguk senyum. Ia dongak menatap Wendy di atasnya yang sibuk tersenyum tanpa luntur sedari tadi.

" Kenapa melihatku terus?"

" Karena kamu pemandangan terindahku."

" Uhh~~ sejak kapan kamu bisa gombal?"

" Sejak aku berteman dengan Seulgi." Jawab Wendy membuat Irene tertawa kecil di dekatnya.

" Nggak papa kalau kamu pandai gombal denganku. Tapi tidak untuk wanita lain!"

" Nee. Kamu segalanya bagiku..." Jawab Wendy sambil mencium kening Irene sekilas seraya berjalan menuju parkiran motor Wendy di ujung sana.









Author nggak tau mau bilang apa. Tapi author senang banget sama part kali ini 😆😆😆😆

For You & Only For You ✓ [C]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang