Jadi, begini cara kamu pergi?
***Meta tidak masuk sekolah lagi setelah pembicaraannya dua hari lalu. Cewek itu kembali tak bisa dihubungi. Bukan oleh dirinya saja, bahkan Dimas yang biasanya paling tau keberadaan sahabatnya malah balik bertanya dengan raut khawatir. Katanya terakhir kali bertemu Meta wajahnya sangat pucat. Semalam juga, ia bermimpi buruk. Arsa melihat Meta yang menatapnya dengan raut pilu. Banyak luka di sekujur tubuhnya, tapi ketika ia hendak menghampiri, cewek itu malah semakin menjauh dan menghilang.
"Kalian paham, 'kan?"
Suara keras sang guru membuyarkan lamunannya. Arsa melirik bangku kosong di sampingnya lalu membuka ponsel untuk kembali menghubungi Meta.
"Ha-halo?"
Arsa mengernyitkan dahi, masih dengan menyembunyikan benda pipih tersebut di balik helaian rambutnya, ia memanggil dengan berbisik. "Ta?"
Tak ada jawaban, hanya isak tangis yang entah milik siapa.
"Ta? You okay?" lirihnya dengan perasaan yang mulai tak enak.
"Neng Arsa? I-ini Mbak Lena."
Wanita paruh baya yang merupakan asisten rumah tangga sahabatnya berbicara sambil terisak. "Ada apa Mbak? Meta mana?"
Suara yang tanpa sadar mulai meninggi membuat seluruh penghuni kelas menoleh, termasuk sang guru yang kini melemparkan tatapan tajam. "Ratu, berikan ponselnya pada saya."
Arsa tak mendengarkan perintah sang guru. Malah semakin mencemaskan keadaan sahabatnya. "Meta kenapa?"
"Non Meta masuk rumah sakit."
Cewek itu sontak berdiri dari duduknya. "Apa yang terjadi?" teriaknya tertahan. Perasaannya semakin tak karuan. "Jawab, Mbak!"
"Ratu Arsandita! Apa yang kamu lakukan?" tanya Bu Berta yang kini berjalan ke arahnya. Suasana kelas terasa mencekam sekarang. Namun, Arsa tak peduli dengan amarah sang guru karena merasa tak dihargai.
"N-non Me-ta overdosis."
Arsa membeliakan mata. Ponsel di genggamannya hampir terlepas.
"Ratu! kamu benar-benar tidak menghargai saya."
Tanpa memperdulikan keadaan kelas, Arsa mengambil tasnya dengan sembarang lalu berlari keluar kelas. Bu Berta ikut mengejar dan meneriakan namanya hingga menggema di koridor, bahkan beberapa siswa sempat melengokan kepala ke luar jendela.
Langkah cewek itu terhenti mendapati pintu gerbang yang tertutup. Menggeram, Arsa mencoba mendorong benda di depannya dengan keras. Menendangnya, tapi tak berhasil.
"Neng Arsa mau ke mana?"
Arsa menoleh dengan mata yang sudah berkaca-kaca. "Pak tolong buka gerbangnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSANDITA ✔
Teen FictionIni hanya tentang Ratu Arsandita yang mengaku salah jatuh cinta. Nyatanya, mencintai seorang Regantara Bima seperti sengaja menjatuhkan diri dari tebing. Bukan sakit lagi karena patah dan hancur saja tak cukup menggambarkan keadaan hatinya. Namun, b...