Part 1, Dia Ratu

34.5K 1.4K 83
                                    

Dia berkilauseperti mentari yang menyinari seisi alamLalu, keindahannya tenggelam di balik pekatnya malamDia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia berkilau
seperti mentari yang menyinari seisi alam
Lalu, keindahannya tenggelam di balik pekatnya malam
Dia ... Ratu.
***

Bunyi gesekan kendaraan beroda empat terdengar memekikkan telinga. Derap langkah seseorang berlari ke arah gerbang sekolah yang sudah tertutup rapat.

"Aish, sial!" Sebuah umpatan keluar dari bibir tipisnya. Cewek dengan tubuh bak model itu hampir terjatuh saat tak sengaja menginjak tali sepatunya yang terlepas. Gara-gara bangun kesiangan ditambah motornya yang lupa diisi bensin, terpaksa ia naik kendaraan umum yang berjalan dengan sangat lamban hingga menyebabkan dirinya datang terlambat.

Suara peluit yang sengaja dibunyikan membuatnya menggeram. Ia mengikat tali sepatunya dengan asal lalu berjalan cepat hingga sampai di depan gerbang yang kembali dibuka karena kedatangannya.

"Duh, Neng Arsa, kenapa telat terus?"

Arsandita, cewek itu hanya meringis atas pertanyaan yang dilontarkan satpam sekolahnya. Ia mengusap dahinya yang sudah dipenuhi keringat dan menggerutu dalam hati. Bedak yang ia pakai sudah luntur sepertinya. 

"Untung Pak Bram sudah ke kelas, bisa-bisa Neng Arsa dimarahin lagi kayak kemarin," tambah Pak Sapto sembari membenarkan letak topinya yang miring.

Syukurlah. Arsa mengembuskan napas lega karena terbebas dari guru berkumis tipis yang terkenal tegas. Setidaknya, ia tidak perlu mendengarkan ceramah sang guru yang kerap menghabiskan banyak waktu.

"Sayangnya dia nggak seberuntung itu."

Suara itu sudah tak asing di pendengarannya. Arsa memutar bola matanya malas, tidak perlu menoleh untuk tahu siapa sosok menyebalkan tersebut.

Terdengar langkah yang semakin mendekat hingga kemudian cowok itu berhenti tepat di depannya. Belum apa-apa, emosi Arsa sudah naik dibuatnya.

Arsa mendongak membuat mata keduanya bersirobok. Jika dalam serial animasi, akan terlihat jelas tatapan laser yang mereka lemparkan.

Sosok bertubuh tinggi tegap itu tersenyum sinis, sedangkan Arsa balik menantang dengan mengangkat dagunya tinggi, tak lupa raut angkuh yang ditampakkan.

"Toilet cewek di lantai satu."

Tak ada nada perintah, tapi Arsa dapat menangkap dengan mudah arah pembicaraan cowok itu. Ingin sekali rasanya ia menonjok wajah sengak seorang Jenar Putra Mahardika, tapi ... ah sudahlah. Semakin lama berurusan dengan Jenar hanya akan membuatnya bertambah kesal dan meledak-meledak.

Arsa bersedekap dada lalu berkata dengan penuh penekanan, "Gue nggak mau!"

Tentu saja Jenar punya banyak cara untuk membuatnya terjebak dalam jerat hukuman. Cowok itu memang begitu licik. Lihat saja sekarang, Jenar mengambil buku pelanggaran dari sosok di sebelahnya, sudah pasti menuliskan namanya di sana.

ARSANDITA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang