Buat aku berhenti mengharapkan cinta yang tak patut kunanti
***Mungkin jika dalam serial drama, Arsa akan merasa sangat beruntung menemukan pasangan lewat dansa abal-abal yang sebelumnya menjadi bahan tertawaan teman-temannya. Namun, mengetahui sosok di hadapannya adalah cowok bernama lengkap Jenar Putra Mahardika, ia ingin menghilang saat itu juga.
Jika saja diizinkan protes pada semesta, Arsa ingin bertanya, kenapa lagi-lagi harus cowok itu? Tidak cukupkah ia dipermainkan dengan skenario yang membuatnya terus bertabrakan dengan Jenar setiap saat?
"Gimana? Kalian siap nampilin sesuatu?" pertanyaan Juan membuatnya tersadar. Ragu, Arsa melirik Jenar yang masih bertahan dengan raut datarnya. Kebetulan mereka menjadi pasangan terpilih dalam games tersebut.
"Em g-gue ...," Arsa menggigit bibir bawahnya lalu melirik ke arah Kana yang duduk tak jauh darinya. Cewek itu mengangguk sebagai isyarat.
"Ayolah, penonton udah gak sabar tuh!" Juan menunjuk sekelilingnya. Entah mimpi apa semalam sehingga seharian ini Arsa terus dihadapkan dengan musuhnya.
"Gimana Je? Lo kok jadi pendiem gini?" Juan merangkul teman sejurusannya. "Ah, gue tau nih, grogikan deket cewek cantik?"
Terang saja Arsa langsung memicingkan mata dengan godaan cowok berkepala pelontos tersebut, sedangkan Jenar hanya melengos tak suka.
"Ayo dong! Lama amat!"
Protesan pun mulai terdengar.
"Dia, kan, gak bisa apa-apa, cuma modal tampang doang!" celetukan tersebut terasa menghunusnya. Arsa biasanya akan berpura-pura cuek, tapi kali ini berbeda. Mungkin karena dirinya mulai mempedulikan keadaan sekitarnya.
"Iya, mentang-mentang banyak cowok yang notice, jadinya besar kepala, padahal gak bisa apa-apa," saut yang lain. Arsa ingat, cewek itu yang dulu pernah membicarakannya di toilet.
"Woi, lo bisa diem gak?" suara Putra terdengar menggelegar membuat yang lain sontak menatapnya. "Masih mending dia cantik. Lah elo, udah tampang pas-pasan, gak bisa apa-apa lagi."
"Heh, Putra! Elo ya-"
"Apa lo? Berani banget jelek-jelekin temen gue!" Putra sudah berdiri dengan bertolak pinggang layaknya emak-emak yang jemurannya kemalingan.
"Putra bener, lo punya apaan buat dibanggain?" Kini Ririn ikut membelanya disusul yang lain.
"Denger ya, Arsa emang cantik kayak Ratu! Kalau kalian gak ngakuin itu, berarti cuma ada dua kemungkinan." Dera melirik ke arah teman sekelasnya sebelum kembali bersuara, "Apa teman-teman?"
"Iri dan buta, huuuu!"
Jawaban serempak mereka terang saja membuat Arsa terharu, berbeda dengan beberapa cewek yang sempat merendahkan Arsa tadi, mereka tampak menciut dan saling sikut. Arsa baru sadar, betapa beruntungnya ia memiliki mereka meski agak terlambat menyadari hal tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSANDITA ✔
Teen FictionIni hanya tentang Ratu Arsandita yang mengaku salah jatuh cinta. Nyatanya, mencintai seorang Regantara Bima seperti sengaja menjatuhkan diri dari tebing. Bukan sakit lagi karena patah dan hancur saja tak cukup menggambarkan keadaan hatinya. Namun, b...