Part 21, Arsa dan Rasa Lelah

14.8K 1.1K 208
                                    

Aku tak ingin menjadi hujan karena jatuh berkali-kali rasanya terlalu sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tak ingin menjadi hujan karena jatuh berkali-kali rasanya terlalu sakit.
***

Dua pekan telah berlalu. Arsa mau tidak mau harus menjalani aktivitas yang super sibuk. Tentunya sepulang latihan ia akan menahan lelahnya dan bersiap mengikuti pemotretan. Masalah dengan Jenar, cowok itu masih tetap ketus dan ia mulai bersikap masa bodoh. Beruntung Arsa memiliki teman baru yang kini rutin berkirim pesan dengannya setiap minggu sehingga dapat sedikit menghiburnya.

Kalau sekiranya itu akan buat banyak orang tersakiti, termasuk diri lo sendiri, lebih baik berhenti.

Satu kalimat balasan yang begitu menempel di kepalanya. Arsa sadar bahwa dirinya selama ini telah menyakiti Gea dengan sengaja. Pasti cewek itu membencinya lebih dari kebencian kakaknya. Terkadang Arsa ingin berhenti, tapi rasanya begitu berat. Makanya sekarang Arsa berusaha untuk tak terlalu berharap pada Regan.

"Perasaan, lo sering banget minum kopi?"

Arsa menoleh pada sepupunya yang membawa dua toples cemilan. Dirinya berbohong pada sang mama akan menginap di rumah Dera.

"Gue lagi stress," ujarnya lesu. Seluruh badannya terasa sakit efek latihan dan aktivitas lainnya yang tanpa henti. Kana menatap prihatin kemudian menyimpan lengan di bahu sepupunya. "Makanya cari orang yang bisa nyemangatin sampai lo lupa sama rasa lelah lo."

Arsa tak menjawab, malah menutup matanya berusaha mencari ketenangan. Kana yang teringat sesuatu segera menyenggol bahunya. "Sa, malam itu ... waktu lo dansa sama Jenar, apa yang lo rasain?"

Mata Arsa seketika terbuka. Raut mukanya berubah keruh. "Ada topik lain gak?"

Tak terpengaruh, Kana malah semakin bersemangat mengatakan apa yang mengganjal dalam hatinya. "Hubungan kalian emang gak baik, tapi setelah malam itu, apa lo gak ngerasain hal berbeda? Gue aja yang liatnya ikut baper."

Arsa termenung, terlihat tak berniat memberikan jawaban. Kana sendiri malah membiarkan sepupunya membisu. Tujuan dirinya mengatakan hal itu hanya untuk membuat Arsa agar tidak terlalu membenci Jenar.

"Na," panggil Arsa yang dibalas dengan deheman dari cewek di sebelahnya. "Tentang Regan, apa ... gue nyerah aja?"

Mulut Kana terbuka lebar. Tidak menyangka akan mendengar satu kalimat yang menurutnya mustahil. Tentu Kana sangat tahu bagaimana keras kepalanya seorang Arsa. Namun di lain sisi, Kana merasa senang karena sepupunya tidak akan dicap buruk lagi oleh orang-orang.

"Jujur aja, Sa. Gue lega dengar kalimat ini," ungkap Kana.

Melihat sepupunya yang menyambut bahagia pertanyaannya membuat Arsa merasa penasaran. "Kenapa lo keliatan seneng banget, Na?"

Kana meraih tangannya, memberikan tepukan pelan. "Karena sejak dulu, gue ragu kalau apa yang lo rasain ke Regan itu cinta. Gue selalu berpikir, mungkin aja lo cuma kagum karena kebaikan hati Regan serta pertolongannya di masa lalu."

ARSANDITA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang