Jangan bersikap seolah kamu begitu mengharapkanku
***Arsa menatap ruangan di depannya dengan ragu. Ia mengintip lewat jendela kecil di pintu kamar inap. Cowok itu terbaring lemah dengan perban yang membabat kepalanya, beberapa luka lebam di wajah serta gips di tangan kirinya. Jenar tampak meringis dalam tidurnya. Melihat itu mata Arsa memanas, sesuatu jatuh membasahi wajahnya.
"Permisi?"
Sebuah suara membuat Arsa terkesiap. Segera ia menghapus air matanya dan berbalik. Mama Jenar menyipitkan matanya, berusaha mengingat-ingat. "Kamu ..."
"Maaf." Arsa menunduk dalam, tak mampu menyembunyikan getaran dalam nada suaranya. "Ma-maaf udah buat putra tante celaka."
Barulah wanita paruh baya itu ingat bahwa gadis di hadapannya sama dengan sosok yang kemarin bersama Regan. Farah tersenyum tipis, mengusap bahu Arsa. "Gak papa. Lagian ini bukan keinginan kamu, 'kan?"
Arsa mengangguk cepat.
"Lagipula Jeje udah sadar dan temennya yang lakuin itu udah minta maaf."
"T-tapi ini semua gara-gara saya."
Farah tidak tahu kesalahpahaman apa yang terjadi karena Jenar tidak mau menjelaskan secara detail penyebab perkelahian mereka. "Kamu ... pacarnya Jenar?"
Arsa menggelengkan kepala. "Sa-saya bukan siapa-siapanya," ujarnya yang tampak salah tingkah. Melihat itu, Farah memicingkan mata. "Benarkah?"
"Em, iya. S-saya ke sini cuma mau minta maaf sama tante sekeluarga."
"Sama Jeje juga?"
Pertanyaan tersebut membuat Arsa menggigit bibir bawahnya lalu mengangguk ragu.
"Mau bicara sama dia?" tawaran tersebut membuat Arsa terdiam. Cowok itu pasti tidak mau menerima kedatangannya. "Saya ... em tolong sampaikan maaf saya sama Jenar."
Wanita di depannya menatap bingung. "Kamu gak mau masuk dulu?"
Arsa menggeleng lagi. "K-kalau gitu saya permisi."
***
"Mama masih nunggu kejujuran kamu."
Jenar menghela nafas dalam. Kalau saja bisa memilih, ia ingin pergi ke sekolah saja. Sejak pagi sang mama terus menanyai alasan dirinya terbaring di rumah sakit.
"Dari tadi Je udah bilang, ini cuma salah paham," ujarnya padahal Jenar masih begitu kesal pada Rion dan teman-temannya.
"Bukan itu masalahnya." Farah mendekati putra sulungnya sambil menyerahkan potongan apel. "Tadi malem pas kamu tidur, ada yang dateng."
Jenar menaikkan sebelah alis, mengunyah makanannya dengan hati-hati karena luka di bibirnya belum sepenuhnya kering.
"Awalnya mama bingung karena dia cuma berdiri di depan pintu, liatin kamu dari luar."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSANDITA ✔
Teen FictionIni hanya tentang Ratu Arsandita yang mengaku salah jatuh cinta. Nyatanya, mencintai seorang Regantara Bima seperti sengaja menjatuhkan diri dari tebing. Bukan sakit lagi karena patah dan hancur saja tak cukup menggambarkan keadaan hatinya. Namun, b...