Sudah kuduga, akhirnya hanya aku yang merasa terluka.
***Arsa baru sampai rumah ketika mendengar sang mama berdebat di telepon. Dengan sengaja ia berdiri di ruang tamu untuk mencuri dengar. Melihat mamanya mengakhiri secara sepihak, ia memasuki ruang keluarga membuat wanita yang melahirkannya terkejut. Arsa sangsi kalau sang mama tak menyembunyikan apapun setelah tiba-tiba menjauhi keluarga besar papanya, termasuk Reva yang dulu paling dekat dengan sang mama.
"Kamu baru pulang?"
Hanya anggukkan yang Arsa berikan.
"Ya udah mandi dulu sana, abis itu makan."
Arsa malah mengatakan hal yang membuat suasana di antara keduanya memanas. "Kana bilang, minggu depan ada acara keluarga besar. Aku mau ikut."
Mata wanita di depannya melebar.
"Pasti tadi tante Reva nelepon mama buat bilang itu, 'kan?"
"Bukan," sangkal Ratih. "Mama gak izinin kamu ke sana."
"Kenapa?" tanya Arsa cepat. "Kenapa mama larang aku ketemu mereka?"
"Mama-"
"Pokoknya aku mau ikut, walaupun tanpa izin mama," paksa Arsa lalu menaiki tangga.
"Mama juga gak akan pernah izinin kamu beranjak sedikit pun dari rumah ini."
Arsa menghentikan langkah, berbalik pada sang mama yang menatap penuh ketidaksetujuan. Ia muak, melihat perubahan mamanya setelah kepergian sang papa.
"Aku mau ikut, Ma!" teriaknya membuat emosi wanita itu terpancing.
"Mama bilang tidak, ya tidak! Jangan karena akhir-akhir ini mama biarin kamu, kamu malah ngelunjak, Sa!"
"Aku cuma mau ikut apa salahnya, Ma? Mama selalu bersikap memusuhi mereka. Mama jauhin aku sama keluarga aku sendiri!" balas Arsa tetap pada pendiriannya.
"Kamu masih punya mama. Apa gak cukup kita hidup berdua? Kamu anggap apa Mama selama ini?"
Arsa tahu sudah memancing amarah sang mama, tapi ia hanya ingin mengikuti rutinitas yang selama empat tahun ini tak mereka ikuti karena alasan tak jelas. "Aku mau ikut!"
"Sasa!" bentak wanita itu. Nafasnya terdengar menderu. Putri satu-satunya itu semakin sulit diatur. "Mama udah bebasin kamu ikut apa yang kamu mau. Apa sulitnya patuh sekali aja? Mama lakuin ini bukan tanpa alasan, semua demi kebaikan kamu!"
"Alasan apa sampai-sampai mama benci banget sama mereka?" tantang Arsa tak mau kalah, sebagian hatinya terasa perih melihat mata Ratih yang sudah berkaca-kaca.
"Kamu masih terlalu kecil buat ngerti masalah orang dewasa. Kalau kamu memang sayang sama mama, tolong nurut. Mama cuma punya kamu, jangan sakiti mama dengan sikap kamu yang seperti ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSANDITA ✔
Teen FictionIni hanya tentang Ratu Arsandita yang mengaku salah jatuh cinta. Nyatanya, mencintai seorang Regantara Bima seperti sengaja menjatuhkan diri dari tebing. Bukan sakit lagi karena patah dan hancur saja tak cukup menggambarkan keadaan hatinya. Namun, b...