Part 20, Anggota Tim Basket

15.1K 1K 172
                                    

Apakah sudah saatnya untuk menyerah?***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apakah sudah saatnya untuk menyerah?
***

"Ayolah Sa, please!"

Arsa memandangi Dera yang menampakan raut sok imut lalu menghela napas dalam.

"Kenapa harus gue?" tanyanya bingung. Beberapa hari ini Dera terus mengajaknya untuk mendaftarkan diri dalam seleksi basket. Kebetulan sekitar dua bulan lagi akan diadakan porseni tingkat SMA sekota Bandung. Katanya tim basket putri kekurangan anggota dan membutuhkan siswi yang setidaknya memiliki skill yang baik dalam bermain basket.

"Karena lo bagus mainnya." Dera menyentuh lengannya, meminta perhatian.

Sebenarnya Arsa menyukai basket, tapi suka sajarasanya tidak cukup. "Gue gak bisa."

"Udahlah, Der. Percuma lo paksa dia, ya gak bakalan maulah. Masa model diajak panas-panasan, entar kulitnya item dong!" sindiran Ririn membuatnya mendelik, tapi cewek itu masa bodoh. Malah menekuni aktivitasnya mempercantik kuku panjangnya yang terawat.

"Tolonglah Sa, yang daftar ke basket emang banyak, tapi mereka rata-rata cuma pingin nyari perhatian dan kemampuannya nol besar," keluh Dera setelah melakukan seleksi sesi pertama. "Saking frustasinya gue kemarin sampe curhat ke Pak Arya dan lo tau beliau ngerekomendasiin siapa di antara banyaknya siswi di Nusantara?"

Arsa menoleh tanpa minat.

"Elo, Ratu Arsandita. Gue beneran gak bohong, Karin sama Febi saksinya," ucap Dera membawa nama anggota timnya agar cewek itu percaya.

Arsa tampak berpikir sesaat. Setiap melihat bola berwarna oranye itu, tangannya selalu gatal untuk men-dribble dan melemparnya ke ring. Namun, ini sudah bukan waktunya lagi untuk bersenang-senang di bawah terik matahari. Mamanya pasti akan marah besar jika mengetahui hal tersebut.

"Elo mau ke mana?" tanya Dera melihatnya berdiri dan menggendong tas. "Bel udah bunyi dari tadi kalau lo gak denger."

Dera membuang napas kasar berusaha menghalangi. "Ayolah Sa! Buat dua bulan ini aja. Itu pun kalau lo lolos seleksi meski gue yakin sama potensi lo. Please! Demi sekolah kita."

Sebenarnya sesuatu dalam hatinya menginginkan kesempatan tersebut, tapi Arsa yakin kalau mamanya tidak akan membiarkan itu terjadi.

"Kasih gue waktu." Akhirnya hanya ucapan itu yang keluar.

"O-oke, gue kasih waktu sampe besok." Kelegaan terpancar di raut wajah Dera. Arsa mengangguk dan beranjak setelah Dera memberinya jalan. Ia tak langsung pulang, melainkan pergi ke gramedia untuk mencari buku sebagai bahan referensi tugasnya.

Baru saja keluar dari ruangan berisi buku-buku tersebut, seseorang memanggil namanya. Arsa menoleh disusul mata yang membola. "Eh, bunda? S-sore, Bun."

Wanita paruh baya yang membuatnya sedikit salah tingkah itu kini terkekeh. "Sore juga, Arsa. Kamu sendirian ke sini?"

ARSANDITA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang