Part 24, Sparing Basket

15.2K 1K 218
                                    

Aku hanya perlu berhenti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku hanya perlu berhenti.
***

Arsa menidurkan kepalanya di atas meja. Peristiwa pelabrakan Sesil dan pemaksaan Rion membuatnya malas beranjak keluar kelas. Arsa merogoh sesuatu dari saku seragamnya, memegangi amplop kecil yang sempat diberikan Kana pagi tadi. Cewek itu mengembuskan napas kasar lalu memasukan benda tersebut ke dalam tas.

Bel pulang sekolah berbunyi. Arsa segera berdiri untuk mengumpulkan tugas pada Revan karena Bu Nur sedang ada rapat. Kebetulan hari ini tim putri akan melakukan sparing dengan sekolah tetangga dan ia berangkat dengan Dera ke gor karena pagi tadi ia berangkat diantar mamanya. Ah ya, setelah pertengkaran waktu itu dengan sang mama, Arsa nekat ikut latihan basket, anehnya Ratih tidak mengatakan apapun selain mendiamkannya hingga saat ini.

"Gue tau caranya biar lo bisa terbebas dari orang-orang freak itu," ujar Dera sesampainya mereka di depan gor. Arsa menoleh dengan malas. "Gimana?"

"Lo harus punya pacar, Sa."

Ide Dera membuatnya mendengkus. Apakah tidak ada cara lain?

"Lo jadian sama Jenar aja gimana?"

Cowok itu lagi. Arsa mendelik. "Der, bisa nggak, sih, lo nggak usah bawa-bawa dia?"

Kernyitan muncul di dahi Dera. Menurutnya Jenar dan Arsa terlihat cocok. Ia bahkan sudah menyukai keduanya ketika games mencari pasangan malam itu. Ditambah kejadian kemarin lusa saat Jenar menolong sahabatnya dari Sesil. Dera jadi baper sendiri melihatnya meski setelah itu, mereka bersikap seolah tak pernah terjadi apapun.

"Jenar sama Kana, tuh!"

Arsa yang baru memasuki gor menoleh. Benar saja, Kana berada di tengah-tengah Jenar dan Arsel. Cewek itu bahkan sempat mengedipkan mata ke arahnya.

"Mereka deket banget. Kana sering dateng buat liat Jenar main," ucapan Dera membuatnya diam-diam menghela napas. "Padahal gue udah rela jadi tim sukses kali-"

"Der!" tegas Arsa dengan raut sebal.

Dera malah cengengesan. "Maaf, deh. Mulut gue emang suka gatel."

Melengos, Arsa menghampiri Putra yang sedang sibuk dengan ponselnya. Dera yang sadar telah membuatnya kesal akhirnya hanya mengekor saja.

"Kenapa dia?" bisik Putra melihat raut muram Arsa.

"Cemburu kali liat Jen-"

"Dera! Gue denger ya," sebal Arsa dengan wajah yang sudah memerah.

"Ya elah bercanda, Sa. Maaf lagi, deh." Dera dengan santai meminta maaf. Namun, ia dapat melihat seringaian di bibir cewek itu.

Arsa hanya melengos kemudian berlari ke tengah lapangan, bergabung dengan temannya yang lain untuk melakukan pemanasan.

"Elo sih, udah tau dia susah diajak bercanda," ujar Putra mendorong badan Dera hingga hampir terjengkang.

ARSANDITA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang