Part 13, Perubahan Kecil

14.1K 1.1K 128
                                    

Apakah sulit membiarkanku untuk mendapatkan hatinya?***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apakah sulit membiarkanku untuk mendapatkan hatinya?
***

Jenar turun dari motor matic-nya. Melangkah dengan pikiran melayang, ia memasuki rumahnya yang bergaya minimalis. Jenar menggeleng, tidak habis pikir dengan sikapnya sendiri. Bagaimana bisa ia membantu orang yang sudah menyakiti adiknya?

Seharusnya Jenar membiarkan para siswa berandalan itu mengganggu Arsa. Perlakuannya beberapa minggu lalu bahkan lebih buruk. Mendorong dan mengatakan hal kasar yang bahkan tidak dilakukan oleh mereka.

"Baru pulang, Kak?"

Jenar tersentak. Ia melirik ke arah Gea yang tengah menuruni tangga. Adiknya sudah mengganti seragam dengan pakaian rumahan. Ia mengangguk sebelum akhirnya menatap sang adik yang mendudukan diri di sofa ruang keluarga.

"Kamu kenapa?" tanya Jenar khawatir.

"Aku?" Cewek itu menunjuk dirinya sebelum kemudian mengeluarkan tawa yang dipaksakan. "Aku gak kenapa-kenapa. Kenapa emang?"

"Wajah kamu keliatan muram. Kamu lagi ada masalah sama Regan?"

"Eng-enggak kok, bahkan tadi aku pulang bareng dia. Kak Je kali yang ada masalah, ada yang lagi dipikirin ya?" tanya Gea balik.

Jenar menjawab dengan kedikkan bahu sebelum berlalu menuju kamarnya. Gea sendiri mengembuskan napas lesu. Ia menyandarkan punggungnya. Tak ada masalah memang dengan hubungan mereka, tapi ketidakjujuran Reganlah yang menciptakan masalah baru. Cowok itu mengira ia tidak tahu apa yang dilakukan di belakangnya.

Kalau saja Sabrina, teman sebangkunya tak mengatakan melihat pacarnya dan Arsa di bioskop, mungkin dirinya akan seperti orang bodoh sampai sekarang. Gea tersenyum miris, tidak mengerti apa yang Regan mau. Cewek itu menatap ponselnya, mencari kontak seseorang.

"Halo?"

Ia terdiam sejenak, padahal dirinya yang sengaja menelepon sosok di seberang sana.

"Ge?" panggil sosok di seberang sana. Gea menarik napas dalam sebelum bersuara, "Kak Rijal, bisa kita ketemu?"

***

Arsa berlari kecil menuju rumahnya sehabis joging. Mendorong pagar besi di depannya, ia melangkah menaiki tangga kecil menuju teras. Langkahnya memelan saat sayup-sayup ia mendengar suara ribut dari dalam rumah.

Ragu, Arsa mendekati pintu berwarna cokelat tersebut, mencoba mencari tahu apa yang terjadi.

"Kakak sudah bilang, jangan libatkan anak-anak dalam masalah kita."

Dari celah pintu yang terbuka, Arsa dapat melihat kakak dari mendiang papanya berbicara dengan nada serius. Reva berusaha meraih tangan mamanya yang mendapat penolakan.

"Kenapa saya harus menuruti permintaan anda?"

Arsa mengernyit mendengar nada ketus dari bibir sang mama. Cara bicaranya juga begitu formal. Arsa memegangu knop pintu, menahan diri untuk tidak menerobos masuk.

ARSANDITA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang