1508:30

407 50 6
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Soonyoung tidak main-main dengan ucapannya akan menyerahkan diri menjadi tumbal Jun.
Seungcheol sudah berpuluh kali melarang namun Soonyoung sama sekali tidak pernah mendengar,bagai angin lalu.

"Yang kau lakukan itu sungguh bodoh."

"Iya aku memang bodoh,maka dari itu biarkanlah aku mati dengan kebodohanku sendiri agar kau tidak perlu repot lagi mengurus kehidupanku."

"Pikirkan anakmu juga. Suatu saat ia pasti akan mencari sosok kedua orangtuanya."

Seungcheol dan Soonyoung kini tengah berdebat didalam kamar Soonyoung. Keduanya sama-sama bersikukuh ingin mempertahankan ego. Soonyoung bukannya tidak perduli kepada Jisoon,ia menyerahkan Jisoon kepada Wonwoo untuk dijadikan anak angkat.
Lagipula,Soonyoung sangat yakin bahwa Jisoon kelak akan menjadi anak yang kuat. Yang mampu melindungi diri sendiri.

"Terserah kau saja,jika memang kau ingin mati atau bosan hidup maka aku tidak akan bisa melarang lagi. Hitung-hitung tanggunganku juga berkurang." Seungcheol berucap ringan,Soonyoung diam membeku.

Sejujurnya Seungcheol sangat ingin sekali menampar bibirnya sendiri karena berbicara seenaknya. Ia yakin Soonyoung sakit hati akan perkataannya barusan,Seungcheol mengutuk betapa ringannya mulut itu berbicara.

"Ya kau benar,dengan tidak adanya aku maka tanggunganmu akan mengurang. Tidak perlu memikirkan orang bodoh ini lagi." Ujar Soonyoung tertawa sumbang,Seungcheol merasa semakin bersalah akan reaksi Soonyoung. Soonyoung bangkit dari duduknya lalu jalan menuju jendela kamar…ia memandangi alam sekitar.
Alam bebas dimana tempat ia tinggal dahulu.

"Soonyoung,aku…maaf karena sudah terlalu ringan berbicara. Bukan mak--"

"Sudah,lupakan saja. Tak perlu kau pikirkan lagi,cukup biarkan aku melakukan semuanya sendiri."
Seungcheol menggenggam tangan mulus Soonyoung,perlahan ia membalikkan tubuh itu.
Seungcheol sudah menduga ini.
Soonyoung menangis,ia menahan sekuat tenaga agar tak mengeluarkan isaknya. Seungcheol membasahi bibirnya sebelum kembali berucap.

"Jisoon adalah titipan Jisoo untuk kau jaga hingga ia besar nanti. Kau tidak memikirkan bagaimana perasaan Jisoo disana jika ia tau keadaan  dan keputusanmu sekarang ini?"

"Kau…tidak perlu menunjukkan rasa belas kasihmu. Aku tidak membutuhkannya,sudah kubilang biarkan aku melakukan apa yang kumau." Soonyoung menunjuk wajah Seungcheol menggunakan telunjuknya. Rasa kesal dan benci semakin Soonyoung rasakan karena kekeras kepalaan Seungcheol.

"Aku sungguh kecewa akan keputusan yang kau buat."

"Dan aku lebih kecewa lagi,Choi Seungcheol."
Soonyoung menampik tangan Seungcheol yang menggenggam pergelangan tangannya,lalu berjalan keluar masih diiringi derai air mata.
Seungcheol mengusap wajahnya kemudian menggeram rendah.
Sekarang apa yang harus ia lakukan agar Soonyoung membatalkan semua tindakan ini?







Hujan diiringi petir menjadi latar belakang malam hari ini. Soonyoung masih duduk meringkuk dibangku taman. Ia tidak perduli akan derasnya hujan yang turun,cahaya petir yang dapat mengganggu retina mata.
Soonyoung ingin merilekskan dirinya sejenak ditemani hujan.

"Jisoo,aku merindukanmu. Besok kita akan bertemu,tunggulah aku. Tak perlu khawatir bagaimana anak kita,ia sudah aku titipkan kepada Wonwoo." Lirih Soonyoung kepada langit malam,ia tersenyum manis walau hatinya merasa sakit.

Soonyoung menampung air hujan pada kedua telapak tangannya,sensasi dingin seketika menjalar pada sekujur tubuh. Soonyoung tidak perduli apabila esok ia sakit,lagipula esok adalah hari akhirnya untuk dapat menatap dunia.
Pemikiran yang pendek memang. Itulah Soonyoung.









Demigod(Seungsoon)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang