Seperti yang di katakan Dion, Fifi bisa pulang hari ini juga dan sekarang mereka sedang di perjalanan kerumah Dion.Sejak tadi Fifi tak berbicara sepatah kata pun melainkan hanya menatap ke jalan yang mereka lewati dengan pandangan kosong.
Kejadian tadi malam dan ucapan Niko masih terngiang di kepalanya.
Fifi sangatlah tidak menyangka abangnya akan mengatakan hal itu.
Tidak terasa mobil sport itu sudah memasuki rumah Dion. Dion langsung meletakkan mobilnya ke garasi lalu membukaan Fifi pintu dan menuntunnya masuk ke dalam rumah.
"Aish Dion lebay ah, aku gak sakit keras kali, masih bisa jalan hadeh." Ucap Fifi sambil mendengus.
"Udah turutin aja, aku gak mau kamu sakit lagi." Ucap Dion.
Tak ada pilihan lain selain Fifi harus mengikutinya, biarpun bersikeras tidak mau. Dion tetaplah Dion, tak bisa dibantah. Ckck! Dasar kamu Yon.
Kini mereka sudah di lantai dua berjalan ke arah kamar milik Fifi yang ada di rumah Dion.
Fyi, Fifi mempunyai kamarnya sendiri di rumah Dion dan tepat bersebalahan dengan kamarnya Dion.
"Nah sekarang tiduran dulu ya, kalo udah waktunya makan siang aku bangunin." Ucap Dion.
Lalu Fifi pun menurut dan berbaring, Dion menyelimuti Fifi lalu pergi ke kamarnya sendiri setelah Fifi sudah tertidur kembali.
Skip..
Jam sudah menunjukkan pukul 11:45 dan itu artinya sebentar lagi waktu zuhur dan makan siang tiba.
Dion menuju kamar Fifi untuk membangunnya dan mengajak makan siang serta sholat zuhur bareng. Ugh calon suami idaman ini mah, ehh hehe.
Di lain tempat, Niko yang notabennya adalah saudara kandung Fifi. Mau tau apa yang dilakukannya saat ini?. Liburan ke puncak dengan Ana tanpa memperdulikan Fifi yang saat ini berada di mana.
Sudahlah, anggap saja otaknya saat ini sudah tercecer di toko barang bekas hingga adik kandungnya sendiri pun tidak difikirkannya bagaimana keadaannya. Padahal sudah jelas kepergian Fifi adalah karena kesalahannya sendiri.
Ana, cewek yang sekarang kembali berstatus menjadi kekasih Niko kembali mempunyai sifat yang tidak terduga sama sekali. Banyak rencana licik yang tersusun di otak cantiknya itu.
Yap, salah satunya membuat Niko menjauh dari Fifi karena dia merasa Fifi hanyalah pengganggu dihubungan mereka. Yang padahal Fifi pun tidak tahu salahnya di mana. Bukankah sesaat setelah balikan Fifi bersikap ramah kepadanya.
Hey ayolah, orang rakus tidak akan memperdulikan kebaikan orang lain. Sebaik apapun Fifi kepadanya tidak akan terlihat karena tujuan Ana sebenarnya bukan balikan dengan Niko saja tapi ada tujuan lain.
"Adik kamu gimana kabarnya?." Tanya Ana dengan sikap sok perdulinya.
"Udah biarin, bukan urusan kita."
Mendengar ucapan Niko membuat Ana tersenyum kemenangan karena rencananya ternyata berhasil.
Bodoh. Batin Ana untuk Niko. Sebab mau-mau saja termakan hasutannya dengan begitu mudah.
~~~
Waktu pun berlalu dengan sangat cepat, sudah seminggu Fifi tinggal di rumah Dion tanpa ada niat untuk pulang sama sekali. Dan Dion pun tidak mempermasalahkan hal itu, pintu rumahnya selalu terbuka untuk Fifi kapan pun.
Niko? Selama seminggu juga Fifi membiarkan abangnya yang sudah tidak memikirkannya lagi. Dan soal rencana Ana dia sudah mengetahuinya 2 hari ini setelah kemaren dia dan Dion melihat Ana di mall dengan cowok lain yang sangat jelas bukan Niko.
Hingga terjadilah acara menguping pembicaraan Ana dengan cowok asing itu. Dan sialnya ponsel Dion lowbat juga Fifi yang tidak membawa ponsel dan akibatnya tidak bisa merekam dan memotret hal yang bisa dijadikan bukti untuk membongkar kejahatan Ana itu.
Hari ini dengan keyakinan Fifi berjalan menuju kelas Niko berniat memberitahu apa yang di dengarnya kemaren perihal rencana Ana yang ternyata hanya ingin memoroti uang Niko saja yang artinya uang orang tuanya juga.
Sesampainya di kelas Niko, Fifi bertanya dengan teman sekelas Niko apakah saat ini abangnya itu berada di kelas atau tidak dan untungnya Niko ternyata berada di kelas duduk di pojok belakang dengan mata yang fokus ke ponsel.
Tanpa ragu Fifi pun berjalan pelan menghampiri Niko.
"Bang." Ucapnya.
Niko yang mendengar namanya disebut mendongak dan menatap Fifi tanpa ekspresi dengan alis yang terangkat sebelah seakan bertanya ada apa.
"Fifi kesini mau bilang sesuatu, dan Fifi harap abang kali ini percaya. Bang plis jauhin ka Ana, dia punya niat jahat buat abang. Tujuannya balikan cuman menghabiskan uang abang aja. Kemaren Fifi--"
Ucapan langsung di potong Niko dengan gebrakan sebelum dia berhasil menyelesaikan ucapannya.
"Lu ngomong apaan soal Ana. Lu kalo mau ngefitnah Ana mending gausah nemuin gw. Ana balikan sama gw karena dia masih sayang bukan mau morotin doang. Dan lu, lu ngomong gitu emang ada buktinya ga ada kan. Dan berhenti urusin gw cewek sialan. Bahkan gw malu punya adik modelan elu."
Bugh
Bogeman mentah didapat Niko setelah menyelesaikan ucapannya. Dan pukulan yang berasal dari tangan Dion itu sukses membuat sudut bibirnya sobek hingga mengeluarkan darah.
"Lu klo malu yaudah malu tapi gausah permaluin adek lu sendiri di depan umum cuman karena membela cewek gila harta itu." Sarkas Dion.
"Berhenti manggil Ana cewek gila harta sedangkan pacar lu sendiri cewek yang suka keluar malam."
"Lu ternyata emang goblok. Otak lu ilang ya. Ah sepertinya ngeladenin lu cuman buang-buang waktu doang. Ga guna." Ucap Dion dan segera menarik lembut tangab Fifi menjauh dari sana untuk menuju taman belakang sekolah.
"Kamu kok nekat hm, kan aku bilang sabar dulu sayang. Kita belum ada bukti. Dan liat kan abang kamu gabakal percaya kalo ga ada bukti. Udah ya, jangan nemuin Niko dulu sebelum bukti kita terkumpul buat membongkar kelicikan cewek gila harta itu." Ucap Dion sambil memeluk Fifi. Huh kesempatan dalam kesempitan emang.
***
Sudah ya, aing mager mikir kata kata lagi. Puyeng karena hari ini ada tes wawancara kuliah. Oke, ku harap kalian suka sama cerita bikinan ku. Klo gasuka hus dah jangan mampir.
Revisi hm

KAMU SEDANG MEMBACA
Weird Couple [END]
Teen FictionAwalnya semua masih berjalan begitu baik. Semua masih sesuai apa yang diekspektasikan oleh Fifi maupun Dion. Harapan mereka tentang hubungan yang akan bertahan selamanya pun semakin besar. Impian mereka untuk selalu bersama pun masih terus diangank...