Cukup lama Fifi terus terisak didekapan Niko, hingga hanya dengkuran halus yang terdengar.Melihat Fifi yang tertidur, Niko segera merebahkannya ke kasur king size nya.
Hidung yang merah, mata bengkak, wajah pucat, dan rambut yang berantakan. Seperti itulah keadaan Fifi saat ini.
Niko pun menyelipkan anak rambut Fifi yang berantakan ke samping telinga dan menyelimutinya, lalu beranjak dari sana. Sebelum keluar Niko tidak sengaja melihat ponsel Fifi yang sudah tak berbentuk, dan memungutnya serta berinisiatif mengambil memori card nya lalu menyimpannya kesaku celana.
Niko sudah berada dikamarnya dan mengambil memori card tadi lalu memasukkannya ke ponselnya sendiri.
Cukup lama mengotak-atik Niko pun menemukan rekaman suara yang diterima Fifi beberapa jam yang lalu dan mendengarkannya dengan teliti.
Beruntung rekaman suara itu sudah tersimpan sebab jika tidak Niko tidak bisa mengetahui apa yang membuat adiknya menangis histeris seperti tadi.
Awalnya Niko cukup terkejut saat mendengar itu, namun dia mencoba tenang dan mendengarkannya sekali lagi.
"Hmm ini memang suara Dion, tapi kaya ada yang janggal." Gumamnya.
Merasa tidak menemukan jawaban dari fikirannya, Niko mengacak rambutnya frustasi.
"Tai lah, ntar aja gw cari tau." Ucap nya.
***
Keesokan harinya Fifi bersikap seperti biasa seakan tak ada yang terjadi, namun wajahnya terlihat sendu, tak ada senyuman dan tak ada teriakan pagi seperti biasanya. Hanya ada Fifi yang pendiam sekarang.
Skip
Fifi dan Niko sudah sampai disekolah 5 menit sebelum gerbang ditutup, mereka pun turun bersama, tak ada yang berubah dari mata Fifi, matanya tetap segar seperti biasanya, sebab dia sudah punya cara alternatif menghilangkan mata sembab.
"Yuk Fi." Ajak Niko dan dibalas Fifi dengan anggukan.
Sesampainya didepan kelas Fifi, Niko mengecup singkat kening Fifi lalu menepuk pelan kepala Fifi dan segera menyuruh Fifi segera masuk kedalam.
Fifi pun masuk dan tidak lama gurunya datang lalu perjalananpun dimulai.
"Hufh, kimia, pelajaran yang cukup membosankan, mending gosah masuk aja tuh guru." Gerutu Fifi saat guru yang mengajar sudah keluar, sedangkan Agatha hanya mengusap dadanya sabar maklum dengan ucapan Fifi.
"Jangan ngarep Fi, bu Nanda mah pasti masuk terus. Sabar ya." Ucap Agatha.
"Hm, abis ini mapel apaan." Fifi hanya berdehem dan bertanya mapel selanjutnya.
"Abis ini Fisika, tapi keknya free deh sampe istirahat." Jelas Agatha dan Fifi hanya menggangguk lalu menyiapkan buku Fisika dan menelungkupkan kepalanya dilipatan tangannya.
Voice note yang dikirimkan oleh orang misterius tadi malam masih terngiang, dari suara jelas itu adalah suara Dion dan Bella.
Namun, entah kenapa hati kecil Fifi tidak mempercayai itu dan masih ragu.
Karena sibuk memikirkan hal itu, Fifi tidak sadar bahwa istirahat sudah tiba. Fifi tersentak saat Agatha menepuk pelan pundaknya dan mengajaknya kekantin.
"Kantin yuk." Ajak Agatha.
"Gak deh Tha, masih kenyang. Kamu aja." Ucap Fifi bohong.
Padahal itu hanya alibi agar tidak bertemu dengan Dion, sebab Fifi ingin menenangkan Fikirannya terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Weird Couple [END]
Novela JuvenilAwalnya semua masih berjalan begitu baik. Semua masih sesuai apa yang diekspektasikan oleh Fifi maupun Dion. Harapan mereka tentang hubungan yang akan bertahan selamanya pun semakin besar. Impian mereka untuk selalu bersama pun masih terus diangank...