Saat sedang menuruni tangga, Leya melihat ada lelaki tampan berperawakan tinggi, putih, hidung mancung, alis tebal, siapa lagi kalo bukan Anton.
"Anton?" panggil Leya sambil menghampiri Anton yang tengah duduk di sofa.
"Tumben udah bangun?" tanya Anton.
"Aku tu udah bangun dari jam 4, pas aku nelfon kamu, tapi malah kamu tinggal tidur yaudah pas aku mau balik tidur lagi malah nggak bisa," balas Leya kesal.
"Hehe, maaf sayang, aku masih ngantuk banget soalnya, jadi nggak bisa nemenin kamu, maaf ya," kata Anton lembut dengan mata yang tak lepas dari Leya.
"Yaudah yuk berangkat," ajak Leya.
"Kamu udah sarapan?" tanya Anton.
"Udah dari tadi," balas Leya ketus lalu berjalan mendahului Anton.
"MAMA, PAPA, LEYA BERANGKAT SEKOLAH DULU. ASSALAMU'ALAIKUM!!" teriak Leya dengan terus berjalan menuju kearah pintu.
"Leya kenapa teriak-teriak?" tanya Alena bingung.
"Marah sama Io mah," balas Anton pada Alena.
Mama? Papa? Yaa, berhubung hubungan Anton dan Leya sudah mendapat restu dari orang tua masing-masing oleh karena itu, baik Leya maupun Anton harus memanggil dengan sebutan mama papa.
"Kok marah? Emang Io ngapain Leya?" tanya Jonathan yang tiba-tiba nyelonong dan langsung merangkul bahu Alena.
"Tadi pagi Leya telfon Anton tapi berhubung Anton masih ngantuk banget yaudah nggak sengaja Io ketiduran pas lagi telfonan sama Leya," balas Anton sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"IO!! BURUANN!!" teriak Leya terdengar begitu menggelegar dari arah luar.
"Mah, pah, Anton berangkat dulu ya, keburu singanya tambah ngamuk nanti. Assalamu'alaikum," kata Anton berpamitan lalu mencium punggung tangan Alena dan Jonathan.
"Wa'alaikumsallam, hati-hati ya, jangan ngebut-ngebut," pesan Alena.
"Siap camer!" balas Anton lalu berlari menyusul Leya yang sudah dipastikan sekarang ini kepalanya sudah keluar dua tanduk merah.
Jonathan dan Alena yang melihat tingkah mereka hanya geleng-geleng kepala. "Dasar anak muda," kata Jonathan.
"Kaya dulu kamu nggak gitu aja," balas Alena lalu melepas rangkulan suaminya kemudian berjalan menuju dapur.
"Berangkat yuk!" ajak Anton lembut.
"Kelamaan!" judes Leya lalu membuka pintu mobil Anton kemudian menutupnya dengan keras.
Anton hanya bisa mengelus dadanya dramatis sambil sesekali mengucap Istighfar. "Ntar kalo udah nikah galaknya kek gimana ya Allah," kata Anton pelan.
Anton lalu jalan memutar untuk masuk kedalam mobil mewahnya itu.
Anton kemudian memasang seatbelt begitu juga dengan Leya yang tengah memasangnya.
"Ley?" panggil Anton.
Leya tak menoleh sama sekali, ia lebih memilih memainkan ponselnya.
"Sayang? Kamu marah?" tanya Anton.
"Nggak," balas Leya singkat.
"Maafin aku ya," kata Anton lirih.
"Hmm," balas Leya hanya berdehem dengan tatapan yang masih enggak menoleh kearah Anton.
"Liat aku," kata Anton dengan nada yang mulai naik.
Leya hanya mendengus kesal sehingga dengan terpaksa ia membalikkan badannya menjadi menghadap Anton.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Love •End•
Teen Fiction•Story 1 of Erlangga• ================= Namaku Aleya Denada Willson, semua berawal saat aku mengenal pria menyebalkan yang dari dulu sampai sekarang tidak pernah berhenti menggangguku, jika membunuh tidak dosa, maka ku jamin jika hidupnya akan berak...