London, Musim Gugur 2019
"Bagaimana menurutmu dengan yang satu ini, Elio? Aku rasa yang satu ini lebih bagus dari yang sebelumnya."
Adrea mengangkat tangannya untuk menunjukkan cincin zircon putih dengan manik permata kecil di tengahnya yang telah indah melingkar di jari manisnya. "Lihatlah. Tidak terlalu berlebihan, 'kan?"
"Apakah kau tahu sudah berapa kali kau mengatakan hal itu, Adrea Aide? Ini sudah kedelapan belas kalinya kau mengatakan hal yang sama." Elio Turner menghela napasnya sambil menggelengkan kepalanya pelan. Dipandanginya cincin yang melingkar di jari gadis itu sebentar sebelum matanya beralih menatap gadis yang memakainya. "Pilihlah satu dari delapan belas cincin yang sudah kau lihat dan coba itu, Rea. Aku mohon padamu."
"Baiklah baiklah, kau menang kali ini," kata Adrea sambil melepaskan cincin zircon putih tersebut lalu meletakkannya kembali ke kotak berlapis beludru yang ada di atas meja kaca di hadapannya itu perlahan. "Miss Bianca, saya pikir dia akan mengambil yang ini."
"Sure. Let me get it out for you. May I know your size, Ma'am?"
Adrea mengerutkan dahinya sedikit lalu melirik ke arah Elio dan Bianca bergantian. "Em-hm, I think ...."
"I believe she is a five," sela Elio cepat sambil menepuk-nepuk pundak Adrea pelan.
"Would you mind to try any necklace that would go well with this, Ma'am?" tanya wanita berambut pirang yang digulung ke belakang itu ramah. Tangannya menunjuk ke arah kotak berisi kalung bermata zircon putih yang berada tepat di sebelah cincin yang baru saja dicoba Adrea tadi."We have a few to choose from. It will go very well with your ring."
"Em, sepertinya cukup ini saja dulu," kata Adrea sambil melihat ke arah Elio yang dibalas dengan anggukan. "Kalung itu memang terlihat indah, tapi mungkin lain kali."
"Alright. Do you mind if I leave you for a moment?" tanya Bianca sambil mengambil kotak beludru berwarna biru gelap tempat cincin zircon putih tadi berada. "I'll prepare a suitable box for this ring."
"Oh, sure, take your time." Adrea mengangguk pelan sambil tersenyum dan setelah itu Bianca pergi meninggalkan mereka berdua, berjalan ke arah kabinet yang berada di ujung ruangan.
Selagi menunggu Bianca, Adrea berjalan ke arah pintu toko perhiasan bernuansa modern minimalis itu. Walaupun disebut modern minimalis, Giorgio & Co tetap memberikan kesan elegan dan mewah, sehingga tidak kalah dengan toko-toko perhiasan ternama lainnya yang ada blok itu. Ia menekan kenop pintu di hadapannya ke bawah lalu menariknya perlahan. Begitu kakinya sampai di bagian luar toko tersebut, gadis itu menarik napasnya dalam-dalam untuk menyimpan angin musim gugur yang menyelimuti ibu kota dari Inggris Raya tersebut sambil memejamkan matanya.
"London. Masih dengan atmosfer yang sama."
"Dan kau masih tetap melakukan hobi anehmu ini, Rea," kata Elio tiba-tiba. Ternyata sejak tadi ia sudah mengekor di belakang Adrea. "Kau pasti sedang mencoba menyimpan seluruh udara di bumi ke dalam paru-paru tubuh mungilmu ini, bukan?"
Adrea menyikut Elio pelan sambil meringis. Ditatapnya Elio dengan mata yang sedikit disipitkan. Ia tidak terima dirinya dituduh melakukan hobi aneh oleh laki-laki itu. "Kali ini masih kumaafkan. Anggap ini hari keberuntunganmu."
Elio tertawa sambil memandang ke kanan dan ke kiri. Matanya menyapu barisan toko-toko yang ada di sepanjang King's Road tersebut. "Setelah ini, mau berkeliling sebentar? Di sekitar sini sepertinya banyak tempat yang bisa kita kunjungi. Sudah lama kau tidak kesini, 'kan?" tanya Elio. Diliriknya Adrea sesaat sebelum mengalihkan pandangannya kembali ke arah lain. "For our old times' sake."
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight Sun
RomanceMatanya menatap gadis itu dalam-dalam. "Bisakah aku memberikan sedikit saja kebahagiaan bagi orang lain?" Bisu. Tidak ada balasan. Tersenyum, dia mengecup kening gadis itu dan mendekapnya erat-erat. "Pergilah. Aku tidak akan pernah mencarimu lagi, A...