Cardiff, Musim Semi 2009
"Attention please second year!"
Mr. Carter membuka pemberangkatan field trip di aula St. Claire High School of Cardiff. "Seperti yang sudah disampaikan oleh wali kelas kalian kemarin, hari ini kita akan mengadakan field trip selama tiga hari dua malam ke Nant Gwrtheyrn."
"Kalian sudah bekerja keras selama perayaan kemarin," sambung Mr. Carter. "So I hope all of you enjoy this field trip to refresh your mind and have some memorable moments of your youth there."
Seisi aula langsung dipenuhi oleh riuh tepuk tangan dan suit-suit-an. Pekan perayaan hari St. David telah berakhir. Perayaan yang berlangsung selama seminggu penuh tersebut sukses menjadi perayaan yang terbilang cukup meriah untuk ukuran sebuah festival sekolah. St. Claire memang terkenal sering mengadakan festival yang lumayan berbeda dengan sekolah lainnya. Jika sekolah-sekolah lain biasanya membuat festival yang sebagian besar acaranya berhubungan dengan akademik, St. Claire lebih berfokus terhadap pengembangan kreativitas dan budaya siswa-siswanya. Festival yang diadakan St. Claire biasanya diisi dengan pertandingan olahraga, drama seni dan musik, ajang pengapresiasian bakat, malam kebudayaan dan masih banyak lagi.
Selain itu, walaupun St. Claire tidak menggunakan sistem Key Stage seperti sekolah-sekolah di Wales pada umumnya, persaingan akademik di sekolah tersebut tidak kalah jika dibandingkan dengan sekolah-sekolah lain. Sekolah ini lebih memilih untuk menggunakan sistem kurikulum yang biasa digunakan di Asia atau Amerika. Kegiatan-kegiatan yang diadakan juga kegiatan multi-budaya yang bertujuan untuk mengapresiasi keragaman budaya di sekolah tersebut. Karena itu, banyak siswa-siswa dari berbagai benua ̶ terutama Asia dan Amerika ̶ yang ingin mempersiapkan dirinya sebelum melanjutkan studi mereka ke tingkat universitas di negara yang dipimpin oleh ratu tersebut memilih untuk bersekolah di St. Claire.
"Baiklah, baiklah. Simpan energi masa muda kalian itu untuk di sana nanti. Kita akan berangkat 30 menit lagi. Silakan persiapkan barang-barang yang akan kalian bawa," kata Mr. Carter sambil memberi aba-aba untuk membubarkan barisan. "I think that's all. Thank you."
---
"Baiklah kelas 2-2. Dengarkan baik-baik," kata Mr. Wailes dengan suara yang cukup keras agar barisan yang di belakang bisa mendengar. "Now I'll announce your group mates for this field trip. This would be your group for the next three days so please pay attention to each other. Any question so far?"
"No, Mr. Wailes."
"Alright. Let me start then."
"Semoga aku tidak sekelompok dengan Hans Grint," celetuk Tyra yang berdiri di belakang Adrea. "Membayangkannya saja aku sudah malas."
"Wah wah wah, baru kali ini aku mendengar Tyra Fujitsuki menolak untuk sekelompok dengan Hans Grint," jawab Adrea sambil mendengus geli.
"Sekali saja sekelompok dengannya sudah cukup bagiku untuk mengenal bagaimana sosok Hans Grint, Rea. Dia hanya memedulikan dirinya sendiri. Dia kalau berbicara seperti sedang membuat autobiografinya."
Adrea hanya tertawa mendengar ucapan Tyra barusan. Memang benar yang dikatakannya. Hans Grint is so full of himself. Sayang sekali wajah tampannya tidak bisa diberdayakan dengan baik.
Seandainya saja Hans Grint tahu bagaimana cara berbicara yang baik, seperti anak-anak lelaki lain di kelasnya, yang tidak kalah tampan. Seperti ̶
"Adrea Aide."
Adrea yang mulai terbiasa dengan namanya yang tiba-tiba disebut ketika sedang melamun langsung mengalihkan pandangannya ke depan dan dan mangangkat tangannya. "Yes, Mr. Wailes."
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight Sun
RomanceMatanya menatap gadis itu dalam-dalam. "Bisakah aku memberikan sedikit saja kebahagiaan bagi orang lain?" Bisu. Tidak ada balasan. Tersenyum, dia mengecup kening gadis itu dan mendekapnya erat-erat. "Pergilah. Aku tidak akan pernah mencarimu lagi, A...