Cloud 19 - Unspoken

96 25 6
                                    

Cardiff, Musim Panas 2009

Gadis itu menopang dagunya lalu memejamkan matanya lagi. Menikmati hembusan angin di akhir musim panasnya itu. Sesekali didengarnya suara burung yang berkicau dan air danau yang tertiup angin sehingga membentuk gulungan ombak-ombak kecil. Suara langkah kaki orang yang berlalu lalang di depannya juga menemani lamunan ̶ tanpa membuka mata ̶ gadis itu. Langkah kaki yang kerap kali melambat ketika hampir sampai di depannya dan melaju seperti biasa lagi setelah melewatinya membuat gadis itu tertawa pelan. Ia membayangkan orang-orang tersebut pasti bertanya-tanya sedang apa seorang gadis yang duduk sendirian di tengah-tengah Taman Roath sambil menutup matanya di hari yang cerah itu. Sesaat kemudian, garis senyum di bibir gadis itu sudah menghiasi wajahnya.

Tiga, dua, satu, desisnya pelan.

"Hanya ini yang terlihat manis dan sepertinya enak bagiku," kata Levant Stone lalu duduk di samping gadis itu. Di tangannya sudah ada mangkuk kecil berisi kue kering manis, krim, dan stroberi lumat. "Eton mess?"

"Baru kali ini kulihat eton mess disajikan di mangkuk." Adrea menegakkan posisi duduknya dan memandangi kudapan yang dibawa oleh Levant Stone itu. "Dari mana kau mendapatkannya?"

Levant Stone menancapkan sebuah sendok kecil di bagian yang menghadap Adrea. "Dari kafe di seberang taman. Tadinya mereka ingin membungkusnya seperti pesanan yang akan dibawa pulang, tetapi kubilang tidak usah karena aku ingin menikmatinya sambil berjalan-jalan, jadi mereka memberikanku mangkuk ini."

Adrea menggelengkan kepalanya lalu menyendok eton mess tersebut. "Kau dan alasan-alasan anehmu itu. Apa salahnya jika dibungkus seperti pesanan yang akan dibawa pulang? Memang untuk itulah mereka menyiapkannya, kau tahu?"

"Em-hm." Levant Stone hanya tersenyum tanpa menjawab kata-kata Adrea barusan. "Jadi, bagaimana hadiah dariku ini?"

"Hadiah? Darimu?" tanya Adrea bingung.

"Iya, ini semua ...," kata Levant Stone sambil menunjuk sekeliling mereka dengan dagunya sambil memutar kepalanya dan berakhir di mangkuk eton mess mereka, "... hadiah dariku. Hadiah ulang tahun untukmu."

Tangan Adrea yang sedang memasukkan sesendok eton mess ke dalam mulutnya langsung terhenti. Ia memandangi Levant Stone dengan tatapan tidak percaya. "Tunggu dulu. Maksudmu, menemaniku mengelilingi Taman Roath seharian, memberi makan angsa-angsa di danau, dan membelikanku semangkuk eton mess yang kita bagi berdua ini ... adalah hadiah darimu untukku?"

Levant Stone mengangguk-angguk dengan semangat sambil tersenyum. "Bukankah ini merupakan hadiah yang sangat luar biasa, Rea? Kau bisa menghabiskan waktu seharian penuh bersama orang yang, ya bisa disebut ... paling kau rindukan, mungkin?"

Adrea menggigit sendok di mulutnya sambil meringis. "You must be joking or I must be crazy to think that you're not."

"To be fair, both of us are crazy," balas Levant Stone santai. "Crazy in love."

"Oh, shut up, Stone." Adrea Aide kehabisan kata-kata. Kesepuluh jari tangannya menggulung karena kata-kata crazy in love dari Levant Stone barusan. Kalau saja ia tidak memakai sepatu yang ujungnya tertutup hari ini, mungkin jari-jari kakinya akan ikut menggulung. "Apa kau ingin melihatku memuntahkan sarapanku tadi pagi?"

Levant Stone tertawa puas. Menggoda Adrea Aide memang selalu menyenangkan. Reaksi gadis itu benar-benar sesuai dengan perkiraannya. "Jadi, bagaimana menurutmu?"

"Baiklah, baiklah. Kalau aku menjawab pertanyaanmu itu, kau akan berhenti berbicara seperti tadi, 'kan?" tanya Adrea Aide dengan tatapan penuh harap yang dibalas Levant Stone dengan anggukan kepala.

Midnight SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang