Cloud 16 - Something Called Timing

102 29 15
                                    

Cardiff, Musim Panas 2009

Adrea Aide berjalan menuju bangku penonton di baris keempat dengan kedua tangan masing-masing memegang sebuah gelas kertas berisi soda manis sambil menggigit sekantong keripik kentang asin di mulutnya. Dengan perlahan ia melewati kaki-kaki penonton yang sedang asik menonton pertandingan sepak bola di depan mereka, takut kalau-kalau ia sampai terjatuh dan menumpahkan soda manis di tangannya. Begitu sampai di tempat duduknya, ia segera mendaratkan tubuhnya lalu melepaskan gigitannya. Diberikannya gelas berisi soda manis di tangan kanannya kepada orang di sebelahnya lalu gelas yang satunya lagi dijepitnya di antara lututnya. Dibukanya kantong keripik kentang asin di pangkuannya lalu melahap isinya dengan mata yang bergerak ke kanan dan ke kiri.

"Sudah berapa skornya?" tanya Adrea Aide pada orang di sampingnya.

"Dua sama. Melihat ini sudah memasuki menit ke-70, besar kemungkinan pertandingan ini akan berakhir seri," jawab Elio Turner sambil mengambil keripik kentang lalu melahapnya. "Kau membeli yang asin? Bukankah tadi aku memintamu agar membeli yang manis?"

"Oh, tuan muda, kau tidak ingat pepatah jadilah garam dan terang dunia?" balas Adrea Aide sambil tertawa. "Lagi pula, apa enaknya keripik kentang yang diberi perasa buatan seperti itu?"

"Oh, beat me there, Rea." Elio Turner menggeleng-gelengkan kepalanya. "New testament, huh?"

Adrea mengangguk membenarkan. "Ternyata kau tahu juga, kupikir kau tidak akan tahu."

Elio Turner mendengus, lalu meneguk soda manisnya. "Omong-omong, kata Tyra hari ini ulang tahunmu. Apa itu benar?"

"Em-hm," balas Adrea. "Pasti dia juga bilang akan memberikan kejutan, bukan?"

Kedua alis Elio Turner terangkat. "Dari mana kau tahu?"

"Dari Tyra Fujitsuki," jawab gadis itu santai.

"Tunggu dulu." Elio Turner menatap Adrea Aide dengan tatapan bingung. "Bukankah kejutan itu seharusnya rahasia? Yang artinya, seharusnya kau tidak boleh tahu. Apakah konsep kejutan kalian memang berbeda seperti ini?"

Adrea tersenyum geli melihat reaksi laki-laki di sampingnya. "Setiap tahun, dia selalu melakukan hal yang sama, setiap tahun."

Elio Turner membulatkan ujung bibirnya. "Oh, begitu."

"Lagi pula, Tyra tidak pernah secara sembunyi-sembunyi ketika merencanakannya, kau tahu?" sambung Adrea Aide sambil terus melahap keripik kentang di tangannya itu. "Dia tahu aku tidak suka kejutan, jadi dia sering memberikan semacam petunjuk tentang apa yang direncanakannya."

"Kau tidak suka kejutan?" tanya Elio Turner. "Boleh kutanya apa alasannya?"

Adrea tertawa sebentar lalu tersenyum. "Seperti ... kau tahu, selama hidupku, belum pernah ada kejutan yang membawa kabar menyenangkan bagiku. Entah itu ucapan ulang tahun, kabar dari orang yang sudah lama tidak kita temui, atau apapun itu."

Elio Turner menatap Adrea Aide, lalu memalingkan wajahnya ke arah lapangan. Ia menghembuskan napasnya perlahan.

"Aku rasa aku harus pergi sekarang," kata Adrea tiba-tiba, memecahkan lamunan laki-laki di sampingnya. Ia berdiri lalu memberikan keripik kentangnya kepada Elio Turner. "Pertunjukan klub drama akan dimulai satu jam lagi."

"Bukankah kau tidak bertugas di pertunjukan kali ini? Kau hanya bertugas di bagian naskah, bukan?" tanya Elio Turner dengan nada sedikit mengharap. Berharap agar gadis di sampingnya tidak pergi beranjak pergi. "Tinggallah sebentar lagi, pertandingannya sudah hampir selesai. Levant akan sangat senang jika melihatmu ada di sini."

"Ada yang harus kusampaikan kepada Lisa dan pertunjukan ini sangat sayang untuk kulewatkan," jawab Adrea Aide sambil melangkah menjauh. Sedetik kemudian ia berbalik dan tersenyum. "Sampaikan salamku pada temanmu itu. Katakan padanya bahwa permainannya sangat bagus. Kurasa ia sudah cukup senang jika mendengarku berkata begitu."

Midnight SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang