Cardiff, Musim Semi 2009
"Jadi, apakah kalian berdua sudah tahu akan masuk klub apa?"
Levant Stone dan Elio Turner menyerahkan formulir klub yang telah mereka isi kepada Mr. Wailes. Adalah suatu kewajiban bagi seluruh siswa di St. Claire High School of Cardiff untuk mengikuti salah satu dari klub-klub pengembangan minat dan bakat yang ada di sekolah ini. Penilaian dari klub-klub tersebut nantinya akan dimasukkan ke resume mereka sebagai berkas rekomendasi apabila mereka ingin melanjutkan pendidikan mereka ke tingkat universitas.
"Sudah, Mr. Wailes," jawab Levant Stone.
"Baiklah. Stone, Anda memilih klub sepak bola dan Anda, Turner, Anda memilih ... klub panahan?" Mr. Wailes memandangi formulir di tangannya lalu menatap Elio Turner dengan tatapan sedikit kebingungan. "Are you sure about this, Turner?"
"Absolutely, Mr. Wailes," jawab Elio Turner yakin. "Aku merasa mengikuti klub panahan adalah panggilan hidupku."
"Panggilan hidup? Kau hanya ingin berada di klub yang tidak mengharuskanmu mengeluarkan banyak energi, 'kan, Turner?" bisik Levant Stone pelan, karena tidak ingin Mr. Wailes mendengar maksud dan tujuan sebenarnya dari panggilan hidup sahabatnya itu.
"Sweats don't suit me." Elio Turner menggeleng. "Bukan gayaku untuk berkeringat karena berlari-lari di lapangan sepertimu, Stone."
Mr. Wailes hanya bisa tersenyum karena melihat tingkah dua anak laki-laki di depannya itu. "Baiklah kalau begitu. Nanti setelah kelas terakhir usai, kalian sudah bisa langsung pergi ke ruang klub kalian masing-masing karena akan ada pemberitahuan mengenai peringatan hari St. David. Sudah menjadi tradisi sekolah kita mengadakan perayaan untuk memperingati hari St. David dan perayaan ini akan berlangsung selama seminggu penuh. Jadi, mulai hari ini kalian sudah bisa ikut mengambil bagian dalam persiapan yang akan dilakukan tiap-tiap klub karena pembukaan perayaan ini akan dimulai besok sore, di auditorium sekolah kita," jelas Mr. Wailes.
Levant Stone dan Elio Turner mengangguk paham.
"Ah, satu lagi, Mrs. Fleur berkata bahwa kalian berdua sekelompok dengan Aide dan Fujitsuki di kelas literatur, 'kan?" tanya Mr. Wailes sambil memasukkan formulir milik Levant Stone dan Elio Turner ke dalam map berwarna cokelat terang miliknya. "Kalau begitu, jika kalian membutuhkan bantuan, mungkin kalian bisa meminta tolong kepada mereka untuk mengantarkan kalian ke ruang klub kalian masing-masing."
---
"Tyra, kau pasti tidak percaya apa yang baru saja kulakukan setelah aku menyelesaikan jadwal piket klubku." Adrea memutar kursinya menghadap meja Tyra yang ada dibelakangnya.
"I'm listening," sahut Tyra sambil mengoleskan cat kuku bening yang baru dibelinya beberapa hari lalu.
"Jadi, setelah aku selesai menyusun barang-barang untuk pertunjukan kami besok, aku bertemu Elio Turner dan berbicara dengannya. Dan pembicaraan kami cukup panjang, kau tahu."
Tyra menghentikan kegiatannya dan langsung menatap Adrea dengan alis terangkat. "Elio Turner? Kau berbicara dengan seseorang yang baru kau kenal kemarin? Kau yang bahkan hampir tidak pernah berbicara dengan teman sekelasmu selain aku sejak ... entahlah. Ini sebuah kemajuan pesat yang perlu kita rayakan, Adrea Aide!"
Memang benar. Adrea Aide adalah salah satu tipe manusia yang jauh dari kata social butterfly. Bahkan, walaupun orang lainlah yang memulai percakapan dengannya, Adrea dengan cepat mengakhiri percakapan itu apabila dinilainya tidak cukup berguna. Buang-buang waktu, menurutnya. Tak heran, dia sering disalahpahami sebagai gadis yang sombong ̶ yang sama sekali tidak dibantahnya ̶ karena sifatnya yang tidak ingin basa-basi tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight Sun
RomanceMatanya menatap gadis itu dalam-dalam. "Bisakah aku memberikan sedikit saja kebahagiaan bagi orang lain?" Bisu. Tidak ada balasan. Tersenyum, dia mengecup kening gadis itu dan mendekapnya erat-erat. "Pergilah. Aku tidak akan pernah mencarimu lagi, A...