Cardiff, Musim Semi 2009
Elio Turner pasti sudah gila.
Adrea mengerjapkan matanya beberapa kali ke luar jendela bus yang sedang melaju menuju lokasi field trip mereka sambil mengembuskan napasnya kuat-kuat. Sesekali ia melirik si pelaku yang membuatnya mengeluarkan banyak sekali karbon dioksida dalam sekali hembusan melalui celah di antara tempat duduk mereka. Ia masih tidak percaya dengan apa yang didengarnya sebelum berangkat tadi. Bahkan untuk sesaat ia lupa apa yang harus dilakukannya untuk menarik oksigen ke paru-parunya. Jantungnya masih berdebar-debar dan akalnya masih berlarian entah ke mana.
Because he likes you.
And I like you too.
Adrea mencoba meluruskan jalur otaknya. Mencoba mencari penjelasan mengapa si London yang satu itu bisa mengutarakan perasaannya se-ringan dan tanpa beban seperti tadi. Mencari penjelasan yang logis mengapa dia ̶ dan Levant Stone ̶ bisa suka padanya, pada gadis yang baru dikenalnya seminggu lebih sedikit ini.
Memang selama perayaan kemarin mereka sering bersama-sama, mulai dari menonton pertunjukan drama, menikmati bazar dan makanan-makanan khas Wales, menonton pertandingan olahraga dan berkunjung ke kedai Mrs. Potts yang disertai dengan cerita-cerita tentang mereka. Tetapi itu dilaluinya bersama Tyra dan duo London itu. Semua keseruan, lelucon serta godaan ̶ sebenarnya perkataan dan tindakan manis khas Turner dan Stone yang sudah biasa mereka lakukan namun ia tetap bersikeras itu adalah godaan ̶ yang dialaminya juga dialami Tyra.
Dia memang ada menghabiskan waktu berdua dengan Levant Stone. Dan itupun karena Levant Stone mengajaknya menonton pertandingan klub panahan yang diikuti Tyra dan Elio. Adrea yang memang sedang tidak ada kegiatan di siang itu mengikut saja, toh ia memang berniat untuk studi banding senior-senior klub panahan yang disebut-sebut Tyra mirip dengan personil Westlife.
Dan akibat terlalu fokus studi banding, Adrea tidak sadar bahwa Levant Stone sudah tidak ada di sampingnya. Dia menyisir seluruh penonton untuk mencari sosok Levant Stone yang mungkin meninggalkannya karena merasa terabaikan oleh dirinya yang terlalu fokus dengan kegiatan lihat-lihatnya dan akhirnya mendapati orang yang dicari-carinya sedang berjalan ke arahnya dengan sekantung makanan yang digigitnya dan dua gelas minuman di tangan kanan dan kirinya.
Chips and soda?
Oh, terima kasih. Kenapa tidak bilang padaku biar aku bisa membantumu membawakan makanannya?
Aku tidak tega mengganggu gadis yang sedang fokus memandangi tempat duduk anggota klub panahan dari pada melihat temannya yang sedang memanah di sana. Apakah pertandingan di sebelah sana lebih menarik?
Hanya itu. Dan setelah itu mereka bergantian bercerita tentang klub mereka masing-masing. Sesekali mereka tertawa dan Adrea menyadari bahwa sorot mata Levant Stone sangat dalam. Sedih dan dalam. Di wajahnya tergambar senyuman, tapi matanya berkata lain. Seperti ....
Ah, bukan itu yang terpenting saat ini, rutuk Adrea dalam hati. Aku kan sedang berpikir bagaimana mereka bisa suka padaku. Bagaimana Elio bisa mengatakannya dengan semudah itu, bagaimana ̶
"Bagaimana kalau kau menceritakan padaku mengapa wajahmu bisa semerah tomat ketika kau memasuki bus tadi?" Tyra tiba-tiba memecahkan gelembung lamunan Adrea. "Kalau boleh jujur, monologmu itu udah sampai ke tingkat ventriloquist. Aku bisa mendengarnya dengan jelas."
"O-oh. Eh. Ha-ha." Hanya itu yang bisa diucapkan Adrea. Akalnya belum mampu merangkai suatu kalimat sempurna dengan tata bahasa yang benar. "Nothing, I guess."
"There's something, I guess," lanjut Tyra. "Atau kau lebih memilih aku langsung menanyakannya pada orang yang sedari tadi kau lirik-lirik?"
"Oh, beat me there, Tyra." Adrea akhirnya mengalah. "Baiklah, tetapi berjanjilah, tidak ada tertawa, tidak ada teriak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight Sun
RomansaMatanya menatap gadis itu dalam-dalam. "Bisakah aku memberikan sedikit saja kebahagiaan bagi orang lain?" Bisu. Tidak ada balasan. Tersenyum, dia mengecup kening gadis itu dan mendekapnya erat-erat. "Pergilah. Aku tidak akan pernah mencarimu lagi, A...