Cloud 2 - Fine Englishman

644 199 139
                                    

Cardiff, Musim Semi 2009

Adrea bersiul sambil mengetuk-ngetukkan jarinya ke atas meja berirama. Ia selalu menyukai hari Selasa. Alasannya tentu saja karena kelas pertama pada hari Selasa adalah biologi. Entah daya tarik macam apa yang dimiliki pelajaran biologi sehingga berhasil membuat gadis itu jatuh cinta pada salah satu bagian dari science quartet tersebut. Walaupun dia tidak terlalu tertarik dengan cabang ilmu pengetahuan lainnya seperti matematika, fisika dan kimia ̶ ̶ yang sering disebutnya sebagai segitiga Bermuda ilmu pengetahuan ̶ tetapi, ya, kelas ini selalu berhasil membuat hipotalamusnya menghasilkan hormon dopamin di setiap Selasa pagi.

Sambil menunggu kelas dimulai, gadis itu mengeluarkan buku dan kotak pensil Mickey Mouse miliknya dari dalam tas. "Baiklah Adrea Aide, mari kita mulai pagi ini dengan ten ̶̶ ̶ "

"Adrea! Adrea Aide! Berita baru, berita baru!"

Sial. Jangan hari ini Tyra, erang Adrea dalam hati. Ia menggigit ujung bibirnya pelan sambil meringis.

"Hei, apa kau mendengarkanku? Ada berita baru!" ulang Tyra. "Kau harus mendengar beritaku yang satu ini!"

"Baiklah, baiklah," sahut Adrea mengalah. Adrea sadar jika dia tidak memberikan atensi apa pun terhadap serangan pagi hari dari seorang Tyra Fujitsuki, maka ia harus siap untuk mengucapkan selamat tinggal pada ketenangan di Selasa paginya kali ini. "Berita apa yang sampai membuat reporter andal sekolah ini berlari dan berteriak memanggil namaku berulang-ulang kali?"

Senyum Tyra melebar karena sukses mendapatkan perhatian dari sahabatnya itu. Ditariknya kursi ke dekat meja Adrea lalu melanjutkan warta paginya. "Kau tahu, saat aku lewat dari ruang Mr. Wailes tadi, aku melihat ada dua anak laki-laki yang wajahnya belum pernah kulihat sebelumnya dan jika indera pendengaranku tidak mengkhianatiku, mereka akan mulai bersekolah di sini."

Adrea mengerutkan dahinya lalu mengalihkan pandangannya ke arah Tyra. "Anak baru? Di tengah semester begini? Mengapa mereka pindah kesini sekarang?"

"Oh Tuhan, bukan itu yang jadi permasalahannya Adrea Aide." Tyra menepuk dahinya pelan sambil menggelengkan kepala kesal. "Haruskah kau membahas mengapa mereka pindah ke sekolah ini di tengah semester sekarang?"

Adrea memiringkan kepalanya sedikit, masih belum menangkap ke mana arah pembicaraan mereka sebenarnya. "Lalu? Apa yang menjadi masalah?"

"They're both from London ..., " jawab Tyra dengan penuh semangat sambil berusaha mengatur deru napasnya, "... and both of them are so radiant."

Radiant? batin Adrea. Apakah mereka sejenis permata atau berlian atau ̶

"Baiklah, berhenti di situ Adrea Aide. Aku tahu apa yang kau sedang pikirkan," sela Tyra cepat sambil mengetuk meja beberapa kali, memotong monolog yang sedang berlangsung di dalam pikiran Adrea, seakan dia tahu apa yang sedang dipikirkan sahabatnya itu.

"Maksudku, mereka berdua tampan, menarik, dan ... ah entahlah," jelas Tyra sampai ia kehabisan kata-kata. "All the words that could describe a fine Englishman belong to them."

"Oh, itu maksudmu, " jawab Adrea sambil mengangguk mengerti. Akhirnya ia paham ke mana arah pembicaraan mereka sekarang. "Tetapi, kalau masalah itu, bukankah Ivan Jeremy yang duduk dua bangku di depan kita juga masuk ke dalam kriteria tampan, menarik, dan ... ah entahlah ciptaanmu itu? Dan jangan lupakan putra kebanggaan kelas kita, Hans Grint. Walaupun dia tidak termasuk kategori spesies laki-laki yang akan membuatku betah berbicara dengannya, tetapi, harus kuakui kalau wajahnya memang berada di atas rata-rata, Tyra."

Tyra menarik napasnya dalam-dalam lalu menghelanya sambil menggerakkan jari telunjuknya ke kanan dan ke kiri. "Percayalah, dua orang yang akan segera masuk bersama dengan Mr. Wailes dari pintu itu berada di level yang berbeda."

Midnight SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang