Cloud 12 - Field Trip (3)

186 61 67
                                    

Cardiff, Musim Semi 2009

"Demi Tuhan, sudah berapa lama ini?"

Tyra mengusap salah satu kaca jendela yang berembun dengan lengan hoodie-nya. Hujan yang berhasil mempertahankan eksistensinya sejak pagi tadi telah mengubah angin musim semi yang menyelimuti Nant Gwrtheyrn berubah menjadi winter sonata dengan suhu hampir menembus 8° C. Walaupun lapisan awan stratus sudah mulai menipis dan yang tersisa hanya rintik-rintik kecil yang turun dari langit, tetap saja mereka belum diperbolehkan untuk beraktivitas di luar gedung sehingga mereka hanya bisa menikmati pemandangan Nant Gwrtheyrn dari dalam gedung serba guna tersebut.

"Ini sama sekali berbeda dengan yang kubayangkan ketika mendengar kata-kata Mr. Carter kemarin," cibir Tyra. "Refresh your mind and have some memorable moments of your youth? He must be joking."

"Well, haruskah kita keluar sekarang dan bermain hujan?" Elio Turner menunjuk ke arah luar jendela.

"Sounds fun but no." Tyra menggeleng. " Ibuku selalu berkata hujan kecil di langit yang cerah lebih membahayakan daripada hujan deras di langit yang mendung."

"With love, the fairest and the wisest one, Fujitsuki Keiko," sambungnya.

Adrea tersenyum. Memang benar, Fujitsuki Keiko merupakan salah satu sosok wanita paling bijaksana dan baik hati yang pernah dikenalnya. Saat itu dirinya masih berusia dua belas tahun dan baru kembali dari rumah neneknya di Kota Swansea tepat seminggu setelah pemakaman ibunya. Ia sedang menatap kosong ke arah langit yang mendung dari depan pintu rumah Tyra sambil menarik napasnya dalam-dalam dan menghembuskannya tanpa suara. Sesekali terdengar isak tangis yang kemudian langsung dihentikannya, takut jika ada yang mendengarnya. Dan saat itu, Keiko melihat punggung gadis mungil itu bergetar menahan tangisnya.

Apa kau mau bermain hujan bersamaku?

Bukankah nanti kita akan sakit kalau bermain hujan, Keiko-san?

Mungkin. Mungkin iya dan mungkin tidak. Dulu, saat aku masih kecil dan tinggal di Indonesia, nanny-ku selalu berkata bahwa aku tidak akan sakit bila bermain-main saat hujan deras, karena setelah itu dia pasti akan menyuruhku mandi dan dan membuatkanku secangkir teh hangat. Yang berbahaya itu kalau aku terkena rintik-rintik kecil. Gerimis. Nanny-ku tidak akan sadar kalau aku terkena hujan dan akan membiarkanku tidur dalam keadaan rambut yang sedikit basah dan pakaian yang lembab. Dan besoknya aku pasti sakit. Karena itulah, dia selalu mengingatkanku bahwa hujan di langit yang cerah lebih membahayakan daripada hujan di langit yang mendung.

Kadang, lebih baik mengeluarkan hujan derasmu selagi langit masih mendung. Bukan begitu, nona kecil?

Setelah mendengar kata-kata tersebut Adrea langsung menggenggam tangan Fujitsuki Keiko.

Keiko-san, maukah kau bermain hujan bersamaku?

Tentu saja, selama kau tidak keberatan bermain hujan bersama okaa-san sepertiku.

Dan satu lagi Rea-chan, tidak ada hujan yang tidak akan reda.

---

Adrea berlari kecil ke arah pintu gedung serba guna untuk memastikan tidak ada lagi rintik-rintik hujan yang turun dari langit Nant Gwrtheyrn. Perkiraannya ternyata benar. Gerimis yang sudah membasahi hampir seluruh permukaan tanah di kota literatur itu sudah berhenti.

"So, where are we actually going?" tanya Ivan Jeremy sambil mengangkat kedua tangannya ke atas untuk meregangkan otot-ototnya yang sudah kaku akibat terlalu lama duduk.

Tyra mengedarkan matanya sambil meneliti tempat mana saja yang belum mereka kunjungi. "Bagaimana kalau pondok suvenir di dekat pantai sebelah sana? Katanya mereka juga menjual bubble and squeak yang lezat di sana."

Midnight SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang