Cardiff, Musim Semi 2009
Mrs. Fleur langsung meninggalkan kelas sambil membawa tas berwarna merah muda dengan model serut miliknya itu begitu selesai memberikan topik yang akan didiskusikan pada kelas literatur besok. Suara yang menunjukkan adanya tanda-tanda kehidupan di kelas tersebut perlahan mulai ramai terdengar. Sembilan puluh menit bersama Mrs. Fleur bisa menjadi sangat mencekam jika beliau sedang dalam mode tegangan tinggi seperti tadi.
"Kudengar tetangganya baru saja mengadopsi seekor anjing berusia hampir dua tahun dan anjing tersebut tidak berhenti menggonggong sampai setengah satu malam," kata Tyra sambil menyodorkan sekotak susu stroberi. "Pantas saja kantung matanya seperti itu tadi."
Adrea yang baru saja selesai menghapus papan tulis menepuk kedua tangannya beberapa kali sebelum meraih susu yang diberikan Tyra padanya itu. "Dan informasi ini kau dapatkan dari?"
"Perawat sekolah dan Mrs. Fleur sendiri," balas Tyra singkat. "Saat aku melewati ruang kesehatan tadi, aku tidak sengaja, sekali lagi kukatakan tidak sengaja mendengar Mrs. Fleur yang sedang mengeluh pada Mrs. Duncan tentang anjing ras kampung milik tetangganya itu."
Adrea mengangguk sambil mengangkat ibu jarinya. "Tentu saja, tidak ada satu pun berita yang akan kau lewatkan, Tyra-chan."
"Omong-omong, padahal baru dua hari tapi rasanya dua tuan muda dari London itu sudah akrab dengan sepertiga penghuni St. Claire, kau tahu," kata Tyra tiba-tiba, mengganti topik pembicaraan mereka. Pandangannya sudah beralih ke arah Elio Turner dan Levant Stone yang saat ini sedang berdiri di koridor bersama beberapa anak laki-laki dari kelas mereka dan kelas sebelah.
"Kalau saja aku terlahir sebagai manusia yang memiliki satu pasang kromosom xy, mungkin dulu saat aku pindah ke sini, temanku bukan cuma kau, Rea," sambung Tyra lagi.
"Wah, ternyata kau tahu tentang pasangan kromosom xy. Aku tidak menyangka." Adrea menggelengkan kepalanya sambil mengangkat ibu jarinya ke arah Tyra sekali lagi.
"Oh, shut up," gerutu Tyra kesal. Kau harus ingat kalau aku hanya lemah di fisika, Adrea Aide, bukan di semua mata pelajaran yang berkaitan dengan sains."
Adrea tertawa puas sambil melirik ke arah koridor sebentar, sebelum mengembalikan pandangannya ke arah Tyra. "Tapi, selain satu pasang kromosom xy, ada satu hal lagi yang kau butuhkan jika kau ingin punya teman selain aku, kau tahu," kata gadis itu dengan nada serius.
Tyra mengerutkan dahinya. "Apa?"
"Ini," kata Adrea sambil menggerakkan tangannya ke atas dan ke bawah di depan wajah. "Tanpa itu, kau tetap hanya akan berteman denganku. Hanya saja, kali ini dengan kromosom yang berbeda."
Tyra menyikut Adrea lalu ikut tertawa. Kali ini dirinya setuju dengan apa yang dikatakan sahabatnya itu. "Benar juga. Tapi, selain itu, mereka juga cukup enak untuk diajak berbicara, kau tahu?"
Kali ini giliran Adrea yang mengerutkan dahinya. "Dari mana kau tahu mereka cukup enak diajak berbicara?"
"Dua hari lalu, setelah kelas literatur berakhir. Mereka bertanya di mana ruangan Mr. Wailes karena ada berkas yang harus mereka berikan dan karena aku adalah teman kelompok yang baik hati, maka aku sendiri yang mengantarkan mereka ke ruangan Mr. Wailes. Tidak baik membiarkan teman baru kita tersesat, bukan?"
"Ah, kalau kau berpikir mengapa kau tidak ingat apa-apa, saat itu kau sedang tenggelam dalam pikiranmu sendiri, yang kutebak sedang memikirkan mengapa Levant Stone bisa tahu arti namamu," kata Tyra lagi. Ia mengalihkan pandangannya ke arah Adrea, menunggu reaksi macam apa yang akan ditunjukkan oleh gadis itu sebentar lagi.
"Ti-tidak. Untuk apa aku sampai melamun hanya karena memikirkan seseorang yang kebetulan tahu arti namaku, bukan?" sanggah Adrea cepat dengan sedikit terbata-bata, walaupun sebenarnya apa yang dikatakan Tyra barusan itu benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight Sun
RomanceMatanya menatap gadis itu dalam-dalam. "Bisakah aku memberikan sedikit saja kebahagiaan bagi orang lain?" Bisu. Tidak ada balasan. Tersenyum, dia mengecup kening gadis itu dan mendekapnya erat-erat. "Pergilah. Aku tidak akan pernah mencarimu lagi, A...