Cardiff, Musim Semi 2009
Elio Turner mengamati gadis mungil yang sedang keluar-masuk ruang klub drama sambil membawa perlengkapan drama ̶ yang ditebaknya mungkin akan menampilkan kisah Cinderella ̶ untuk pertunjukan besok sore sambil tersenyum.
"May I help you, Miss Dark-Air?"
Adrea Aide yang belum terbiasa dipanggil dengan sebutan seperti itu tersentak dan mengalihkan pandangannya ke arah suara yang memanggilnya barusan. "Oh, itu kau, Turner. Tidak usah. Sudah hampir selesai," jawabnya sambil menutup pintu ruang klub dan berjalan menuju Elio Turner. "But thank you for asking."
"It's alright. So, tomorrow would be about Cinderella, huh?"
Langkah Adrea tiba-tiba terhenti. Dia menatap Elio Turner dengan tatapan bingung.
Dari mana dia tahu drama besok tentang Cinderella? pikirnya. Mrs. Fleur bahkan belum mengumumkan cerita apa yang akan ditampilkan di pertunjukan besok sore.
"Dari mana aku tahu? Nona Adrea Aide, tidak banyak cerita yang menggunakan labu sebagai perlengkapannya, bukan?" jawab Elio sambil menunjuk dua labu besar yang ada di samping pintu ruang klub drama.
"Astaga, aku akan diceramahi oleh Mrs. Fleur selama dua jam penuh jika sampai menelantarkan labu-labunya," desah Adrea setelah melihat labu-labu yang seharusnya sudah tersimpan dengan aman tersebut masih bersandar dengan manis di samping pintu ruang klub. "If she saw the mess I'd made, she'll lost the plot."
Elio tertawa kecil melihat gadis yang sedang kebingungan di hadapannya itu. Labu-labu tersebut memang berukuran cukup besar dan tidak mungkin gadis mungil ini bisa mengangkatnya sendirian.
"Sepertinya kali ini kau akan benar-benar butuh bantuanku, Miss Aide."
"Kalau kau tidak keberatan, aku dengan senang hati menerima bantuanmu, Mr. Turner."
Elio Turner berjalan ke arah Adrea sambil tersenyum dan berkata, "My pleasure."
Adrea membuka pintu ruang klub drama dan menyalakan lampunya. "Letakkan di atas meja ini saja."
Elio mengangkat satu per satu labu milik Mrs. Fleur tersebut sambil melihat-lihat sekeliling ruangan. Tatapannya jatuh kepada kabinet bertuliskan Aide's Chamber of Secrets.
"Kau suka Harry Potter?" tanya Elio sambil menunjuk kabinet milik Adrea tersebut.
"Em-hm. I've watched all the movies that have been out on theater 'till now," jelas Adrea. "Kau tahu Harry Potter juga?"
"Kurasa hampir dua per tiga remaja seusia kita tahu siapa Harry Potter, Adrea. Apalagi setelah ia berhasil membuat adegan romantisnya dengan Cho Chang menjadi topik hangat yang selalu dibicarakan setelah premier film Harry Potter & the Order of the Phoenix."
Adrea mengangguk sepaham. "Em-hm, padahal kan fokus utama film kali ini kan tentang Dumbledore's Army. Dan aku lebih setuju jika Ginny yang bersama dengan Harry dari pada Cho Chang."
"Jangan khawatir. Harry tidak akan bersama Cho Chang di akhir nanti. Dia akan bersama dengan ̶̶ ̶"
"Don't say any words, Turner," sela Adrea sambil menutup telinganya. "I haven't finished all the books yet, so don't ruin my fun."
Elio tertawa melihat reaksi dari Adrea barusan. Gadis ini lucu, batinnya.
"Glad I amuse you, Turner," gerutu Adrea kesal. "Jika kau melakukannya lagi, aku tidak akan mau membahas film apapun denganmu lagi."
Elio tertawa lagi. Reaksi dan kata-kata dari gadis satu ini sangat menghiburnya.
"Okay, let's talk about another movies then. You love historical-fantasy kind of movies, so I guess you have to be a fan of The Lord of the Rings, right?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight Sun
RomanceMatanya menatap gadis itu dalam-dalam. "Bisakah aku memberikan sedikit saja kebahagiaan bagi orang lain?" Bisu. Tidak ada balasan. Tersenyum, dia mengecup kening gadis itu dan mendekapnya erat-erat. "Pergilah. Aku tidak akan pernah mencarimu lagi, A...