Part 3

20.9K 1.1K 21
                                    

Jangan lupa klik tombol bintang ☆ sebelum membaca  💖💙

Happy Reading ~


                    🍃🌺🍁🍃

Prilly menggembungkan pipinya. Lantas menormalkannya kembali begitupun seterusnya.
Ia menatap intens pada setiap wajahnya yang berada dalam pantulan kaca.

"Lihat deh Li! Masa pipi aku tembem sih." Ujar Prilly  pada Ali.

Namun pria itu malah sibuk mengotak atik laptop dan  memeriksa beberapa kertas yang ia pangku.

"Kalo gini terus bisa meledak yakan?"

Prilly melirik Ali yang sedari tadi tak
meresponnya. Rasa kesal mengusai gadis itu.

Dengan cepat Prilly berlari dari depan cermin kearah Ali. Dimana pria itu tengah duduk di ranjang dengan kertas kertas penting yang ia pangku.

Gadis itu langsung mendorong tubuh Ali  lantas ia duduk pada perut Ali
menatap Ali dengan tatapan tajam.

"PRILLY!" Geram Ali
menatap kertas kertas yang  berhamburan serta ada yang Prilly duduki.

"Kamu kalo udah pacaran sama laptop dan berkas berkas, kamu tuh bukan cuma bisu tapi juga budeg." Ujar Prilly
hingga Ali menghela nafas berat.

"Selingkuh sama aku bentar gak bisa ya?"

"Prilly turun." Ucap Ali datar berusaha sesabar mungkin pada gadis itu.

Ali tidak benci Prilly dan Ali juga tidak
mencintanya.
Ali hanya akan berusaha menerima
karna mereka mempunyai status lebih yaitu suami istri.

"Gak mau! Nanti kamu liatin kertas
kertasnya mending liatin aku aja lebih cantik." Ujar Prilly lantas memeluk Ali dalam keadaan ia yang berada diatas lelaki itu.

Prilly terkekeh mendengar detak jantung Ali  yang berdetak cepat.

"Deg deg an ya?" Tanya Prilly  yang tak dijawab oleh Ali.

"Prilly turun! Kamu gendut." Ucap Ali lagi.

"Enggak kok! aku gak gendut."

"Turun."

"Gak."

Ali menarik nafas panjang membiarkan gadis itu mengendus seluruh bau tubuhnya.

Ali tak mengerti bagaimana bisa gadis ini berkelakuan tak wajar dan yang lebih parah Ali harus menerima satu
fakta jika gadis ini adalah istrinya.

"Turun ya?" Ujar Ali lembut
membuat Prilly menatap sebal pada Ali.

Lantas gadis itu berpindah tidur disamping Ali.

"Pengen dipeluk aja susahnya kayak sidang kopi Jesica." Dumel Prilly yang tak digubris oleh Ali.

Pria itu merapikan beberapa kertas yang berhamburan dilantai dan menaruhkan dalam lemari.

"Kayak nikah sama hantu deh
gak ada rasanya." Sindir Prilly lagi
membuat Ali meliriknya sebentar
lantas kembali pada kegiatannya menaruh kertas tadi.

"Ali ka-"

Bugh

Suara pantulan kingsize saat Ali menaikinya membuat Prilly tertegun
lantas pria itu menarik Prilly dalam
pelukannya.

"Tidur." Ujar Ali tanpa ekspresi
membuat Prilly mati matian menahan
senyuman.

Rasanya Prilly ingin terbang menerima
pelukan dari Ali.
Selama mereka jadi suami istri baru kali ini Ali mau tidur dengannya dan memeluk dirinya.
Walaupun satu kamar biasanya Ali tidur di Sofa.

"Duh deg deg an." Gumam Prilly salah tingkah.

"Tidur." Ujar Ali lagi.

Ali menghela nafas beberapa kali.
Tidak! Ali tidak mau mematuhi printah Heris yang  menyuruhnya menyentuh Prilly.

Ini hanya inisiatif Ali yang memeluk gadis itu. Ali tidak ingin menjadi bonekanya Heris lagi.

"Besok aku ikut kamu belanja." Ujar Ali pelan membuat Prilly melirik dari ektor matanya karna dia tidur memunggunggi Ali.

"Katanya kesini mau kerja."

"Biarin."

Prilly mengangguk pelan melihat wajah muram suaminya itu.

"Makanya jangan kerja mulu uangnya juga gak kamu pakai."

***

"Masih lama?" Tanya Ali menatap bosan pada benda benda aneh yang
Prilly beli.

"Ali tasnya bagusan yang hitam atau yang abu abu?" Tanya Prilly menunjuk dua tas branded pada Ali.

"Gak tau."

"Ih harus tau."

"Hitam." Sahut Ali datar.

"Tapi aku suka dua duanya."

"Yaudah beli."

Prilly menyengir lantas menyerahkan tas itu pada wanita penjaga disana.

"Masih lama?" Tanya Ali lagi.

"Iya soalnya suka semua."

"Pulang  ya?"

"Eh jangan." Rengek Prilly  membuat Ali menatapnya jengah.

Ali menatap ponselnya yang sedari tadi
menyala. Heris menelfonya berulang ulang kali dan pasti hanya akan menanyakan kerja Ali  disini.

Ali lelah diperintah lalu menjalankan
Ali ingin bebas hidup tanpa perintah dari Heris.

"Papa nelfon ya?" Tanya Prilly  melirik ponsel Ali yang kembali menyala.

"Hemm"

"Kenapa?"

"Gak tau."

"Ohh." Prilly  mengangguk mengerti
lantas kembali melihat lihat tas dan sepatu sepatu didepannya.

"Pulang." Ujar Ali lagi.

"Ihh belum selesai Ali!"

"Nanti mereka datang kerumah
dan kamu bisa cari apa yang kamu suka." ucap Ali  membuat Prilly menautkan alisnya.

"Serius?"

"Iya."

"Yaudah yok pulang! capek." Ujar Prilly
mendahului Ali keluar dari tempat itu.

Ali mendengus melihatnya. Setelah membuat Ali bosan gadis itu malah
pergi tanpa pamit.

"Eh bentar!" Prilly kembali kesamping Ali  lantas mengapit lengan Ali.

"Kalo jalan sendiri gak ada yang mau liat, kalo jalan sama kamu nanti semuanya liat." Ucap Prilly  yang tak disahuti oleh Ali.

"Kalo gak suka jangan dijalanin,
kepaksa itu gak enak." Ucap Prilly
membuat Ali meliriknya sekilas lantas keduanya memasuki mobil yang sedari tadi menunggu mereka berdua.

"Nikah sama aku kamu kepaksa ya?" Tanya Prilly tiba tiba hingga Ali tertegun sesaat.

"Aku tau kok kamu kepaksa, kamu selalu nurutin kemauan papa kamu." Ujar Prilly lagi.

"Gak!" Sahut Ali singkat

"Gak apa?"

"Enggak kepaksa."

TBC.

Cool Husband ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang