Part 28

19.9K 1.2K 100
                                    

Jangan lupa klik tombol bintang ☆ sebelum membaca  💖💙

Happy Reading ~

.
.
.

Ali menghela nafas gusar saat hendak keluar dari kamarnya Prilly berdiri diambang pintu dengan tiba tiba.
Wanita itu memainkan jari jarinya seraya menunduk takut.

Ali tau bentakannya tadi itu salah,
tapi kadang emosi juga harus diluapkan, terlalu beresiko jika disimpan sendirian.

Yang Ali inginkan sekarang hanya ketenangan bukan membahas masalah yang masih membuatnya bimbang.

"Ali aku tadi eeum.. Ali aku.."

Prilly mengigit bibir bawahnya
seketika ia gerogi berhadapan dengan Ali. Dia takut Ali kembali marah padanya.

"Minggir!" seru Ali dengan suara dingin.

Prilly mendongak menatap mata teduh milik Ali. Pria itu nampak kelelahan dan frustasi.

Dia tau Ali terlalu tersiksa akan masalah ini dan yang Prilly inginkan hanya membantunya.

"Aku minta maaf karna gak bilang kalo aku tau masalah ini, tapi yang sebenarnya terjadi bukan kayak gitu..
Eum..
Bukannya kamu pernah bilang kita gak
boleh dengar cerita dari satu sisi
karna kita gak akan tau siapa korban dan siapa tersangka! Aku cuma mau ngasih penjelasan kalau-"

"Minggir," ujar Ali lagi lebih dingin dari yang tadi

Prilly kembali menunduk lantas setetes air matanya jatuh mengikuti alur pipinya.
Benar kata orang jika wanita hamil itu
sangat sensitif.
Buktinya Prilly menangis hanya karna suara dingin milik Ali.
Padahal bukan kali ini saja Ali bersikap
dingin.

"Minggir Prill," Ujar Ali dengan suara tercekat.

"Aku cuma mau itu.. Eum.."

"Minggir!"

Prilly menggeserkan tubuhnya mengikuti ucapan Ali hingga pria itu dengan gampang melewatinya
dan berlalu meninggalkannya.

"Ali aku minta maaf." ujar Prilly dengan sendu.

Andai Prilly berterus terang sejak awal
mungkin Ali tak akan semarah ini.
Andai Prilly berani jujur dan berani
mengambil resiko mungkin masalah tak akan sebesar ini.

Tapi itu semua hanya andai, sementara
kenyataannya? Prilly hanya diam dengan beribu kesalahan.

*
*
*

Prilly menangis sesenggukan didepan kedua sahabatnya.
Sementara Dinda dan Fira hanya bisa
mengelus punggungnya berusaha menenangkan lewat dekapan
mereka.

Andai Prilly bukanlah pengecut yang takut jujur dan berisiko Ali marah
mungkin mereka masih tertawa bersama.

Dan andai pula orang tua mereka bercerita secara fakta mungkin masalah ini tak akan manyakitinya.

"Udah Prill! Lagian cuma salah pahamkan. Ali juga gak akan marah kalo lo bila yang sebenarnya." ujar Dinda meyakinkan.

"Ali marah sama gue! Dia gak mau dengerin gue! Gue tau gue salah harusnya gue cerita bukan diam aja! Gue ngerasa kayak gue cuma masalah buat Ali Din." seru Prilly seraya
kembali menangis.

Prilly tau Ali begitu terluka sekarang.
Ali kecewa akan keadaan, tak ada anak yang ingin dianggap hanya bayangan.

Jika saja Prilly berada diposisi Ali
mungkin Prilly juga akan melakukan hal yang sama.

Memang Ali hanya mendengar dari satu pihak tapi mungkin itu meyakinkan bagi Ali.

"Sekarang mana Ali? Biar gue yang ngomong sama dia," seru Dinda penuh penekanan.

Cool Husband ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang