Part 1

41.8K 1.4K 75
                                    

Jangan lupa klik tombol bintang ☆ sebelum membaca  💖💙

Happy Reading ~

Sorry for typo ✏
       

                 🍁🍁🍁


Aliandra Xander William menarik nafas panjang. Lantas duduk pada sofa kecil yang berhadapan tepat dengan ayahnya.

"Bagaimana dia?" Tanya Heris papanya Ali.

"Masih Bernafas,"sahut Ali santai.

Heris memijat pelipisnya menatap anaknya yang terlalu dingin pada
dirinya.

"Aku dengar selama dua bulan kalian
menikah,kamu belum pernah menyentuhnya."

"Iya."

"Kenapa?"

"Tidak ingin memaksanya," ujar Ali
lantas memperbaiki posisi duduknya.

"Tidak perlu kamu paksa dia juga pasti mau."

Ali diam tak menjawab membuat Heris kembali menghela nafas.

"Lakukan kewajibanmu sebagai suami dengannya," perintah Heris.

"Tidak mau."

"Harus mau."

Ali menatap papanya sebentar lantas menghembuskan nafas kasar.
Kenapa papanya selalu memaksa kehendaknya.
Kenapa dirinya selalu di jadikan bonekanya.

Ali di paksa menikah dengan gadis yang aneh, Dia menerimanya.
Ali di paksa memegang beberapa
perusahaan, Dia menerimanya.

Lalu kenapa pria tua ini selalu memaksa Ali?
Ali  ingin bebas dengan tujuan hidupnya tanpa diatur atur.

Bukan seperti Heris yang terlalu mendewakan uang, hingga melupakan Ali anaknya yang dulu sangat membutuhkannya.

Ali masih ingat betul saat sekolah dasar dulu, bagaimana dulu dia menunggu papanya datang hanya untuk mengambil raportnya.
Namun penantiannya sia sia, yang datang hanya supirnya dan supirnyalah yang mewakili papanya.

Ali layaknya anak yatim yang tak punya siapa-siapa, kedua orang tuanya terlalu sibuk pada urusan masing masing.
Membuat Ali menjadi anak yang begitu dingin hingga sekarang.

"Aku pulang," ujar Ali
lantas berdiri tanpa membalas ucapan Heris tadi.

"Liand!"
panggil Heris saat Ali sudah berada diambang pintu.

Liand adalah nama panggilan kesayangan Ali waktu kecil. Orang tuannya yang memberi nama panggilan itu.
Tapi semenjak orang tua Ali pisah dia sangat membenci jika ada orang yang memanggilnya 'Liand'
Karna hal itu sampai sekarang dia sering dikenal dengan panggilan Xander William.

"Jika masih memaksaku untuk
menyentuhnya jawabanku masih sama! Tidak." ucap Ali datar.

"Perusahan di Singapore ada masalah
besok kamu kesana dan periksa
semuanya," ujar Heris hingga Ali kembali medekatinya.

"Kenapa tidak papa saja?"

"Papa maunya kamu! Dan ini perintah," Ali diam mendengar ucapan Heris.

Sekali lagi dirinya  hanya bisa diam menerima perintah Heris.

Bukannya Ali lemah tak bisa melawan.
Namun dia masih menghargai pria itu
sebagai orang yang berjasa dalam hidupnya, Karna telah membuat dirinya ada di dunia.
Walau pada akhirnya keberadaan Ali hanya untuk diabaikan.

***

Ali  menatap sejenak rumah megah didepannya, lantas dengan pelan membuka pintu utama didepannya.
Dan betapa terkejutnya dia manakala seorang gadis mungil tiba tiba berdiri didepannya dengan cengiran khasnya.

"Hay suami!" sapanya

"Iya Prillyana Agatha William," ujar Ali pelan hendak masuk namun dihalangi oleh kedua tangan gadis itu.

"Ada apa?" tanya Ali tak suka.

"Tebak! Apa yang beda dari aku?"ujar Prilly  lantas dengan tergesa gesa dirinya segera merapikan rambutnya.

"Gak tau," sahut Ali datar.

Walau sebenarnya Ali  tau apa yang berbeda dari gadis itu.
Bibir merahnya yang mencolok
begitu kontras dengan kulit putihnya.

"Iiihh nyebelin," rutuk Prilly.

"Lihat lagi dong," perintah Prilly
tak putus asa.

Ali menjilat bibir bawahnya
menyaksikan kelakuan aneh istirnya.
Bagaimana bisa Heris menjodohkan dirinya dengan gadis aneh ini?

"Gak tau," ujar Ali lagi.

"Ihh...."

Prilly  menghentak hentakan kakinya kesal. Lantas ia tersenyum dan memajukan wajahnya dengan sedikit bibir yang dimajukan.

Hingga Ali menghela nafas panjang dan ikut memajukan wajahnya.

"Eh? Mau apa?"tanya Prilly  lantas menjauhkan wajahnya.

"Kamu tadi minta dicium kan?" tanya Ali seadanya, membuat Prilly  menautkan alisnya.

"Siapa bilang? Orang cuma mau kasih tau kalo aku baru beli lipstick baru," sahut Prilly.

"Oh,"
ucap Ali dingin dengan menatap kelain arah. Berusaha menghindari tatapan Prilly.

Ali merutuki kebodohannya yang dengan percaya diri berpikir jika Prilly
meminta ciuman darinya.

"Oh iya! Tadi aku beli tas baru
harganya 70 juta! Nanti bayarin ya," ujar Prilly  lantas berlalu masuk kedalam rumah tanpa sedikitpun merasa berdosa karna telah membuat Ali mati kutu karnanya.

"Dasar!"umpat Ali kesal.

***

Ali  keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit tubuh bawahnya.
Dan untuk kesekian kalinya Ali  menghela nafas panjang.

Lihat! Prilly  tengah berdiri diatas laci dekat ranjang mereka. Benar benar istri yang aneh.

"Ada apa?" tanya Ali datar lantas mendekat.

"Liand gendong!" rengek Prilly manja
dengan tangan yang ia lambai lambaikan minta di gendong.

"Ali bukan Liand...!"

"Nama kamu kan Aliandra Xander William. Jadi gak papa dong aku panggil Liand?"

"Terserah!" Entah kenapa walau Ali tidak mencintai gadis ini. Hanya dialah satu satunya orang yang tidak akan menerima kemurkaan Ali jika memanggilnya 'Liand'. Justru Ali suka panggilan yang keluar dari bibir mungil istrinya ini, yang menurutnya terdengar merdu.

"Gendong...." Rengek Prilly lagi.

"Turun sendiri."

"Gak mau!"

"Yaudah disitu aja terus!" ucap Ali
lantas membuka lemari mencari pakaian untuknya.

"So sexy Li," pekik Prilly
manakala melihat Ali tengah memakai celana dalamnya.
Ali  mengabaikan ucapan Prilly, toh pemandangan seperti itu sudah biasa bagi mereka.

"William Xander gendong," ucap Prilly  lagi.

Jika bukan istrinya sudah Ali bunuh gadis itu.

"Menyusahkan!" ujar Ali  lantas menarik tubuh Prilly agar turun dari laci itu dan berpindah pada gendongan.

"Bau tubuh kamu harum Li!
Pake sabun apa?"

"Rinso!"

"Itukan deterjen"

"Bisa diam?" ucap Ali kesal dan menaruh gadis itu diatas kasur.

"Duh kalo lagi marah gini kamu makin
ganteng suami," puji Prilly tercengir memperlihatkan sederet gigi putihnya.

Tbc.

Big love. 💖💙

Cool Husband ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang