Jangan lupa klik tombol bintang ☆ sebelum membaca 💖💙
Happy Reading ~
.
.
.Detik demi detik berlalu, merambat ke menit, menjadi jam, begitupun juga menjadi hari yang berkumpul dalam minggu lalu kemudian menjadi bulan.
Entah bagaimana caranya Ali bisa selalu sabar menghadapi sikap aneh Prilly yang makin menjadi.
Marah tanpa sebab, kemudian menangis karna merasa bersalah.
Begitu terus yang Prilly lakukan selama hampir sembilan bulan.
Tapi tetap saja Ali selalu menikmati setiap sensasi indah dari hubungan mereka.Rasti juga sudah mulai menerima Prilly
walau kadang mereka bertemu dalam zona canggung.
Dan Heris juga sudah tidak memaksa
kehendaknya pada Ali. Karna bagi Heris Ali pantas menentukan
hidupnya sendiri.
Setidaknya hubungan mereka membaik dengan perlahan tanpa tekanan."Ih game over lagi," ujar Prilly sebal
lantas menghempas ponsel yang selalu ia pegang.Ali yang sedang fokus dengan playstasionnya akhirnya menoleh menatap Prilly dengan alis yang dinaikkan. "Kenapa?"tanya Ali dengan nada seperti biasa, datar.
"Aku mau main game punya kamu aja dong Li? Kalo main zombie aku kesannya kayak anak kecil." ujar Prilly seraya mendekati Ali.
Ali menggeser duduknya hingga Prilly bisa duduk disana juga.
"Sini," ujar Prilly lantas merampas stik game yang Ali pegang.
Ali mendelik lantas menyandarkan tubuhnya pada bahu Prilly. Lelah juga beberapa menit bermain game,
biasanya Ali selalu berhadapan dengan
berkas yang memusingkan."Ali ih aku risih," pekik Prilly berusaha
menjauhkan kepala Ali dari bahunya."Perut udah mau meledak juga, masih aja kayak anak kecil,"cibir Ali.
Prilly menoleh dengan tatapan tajam
Membuat Ali mati matian menahan tawanya.
Badan yang mulai makin membesar
dibarengi pipi Prilly yang semakin berisi membuat Prilly begitu menggemaskan dimata Ali."Iya iya maaf nyonya," ujar Ali diselingi
senyum geli."Tau ah bete," balas Prilly lantas menghempas stik game ditangannya.
Ali tersenyum lantas mengelus pipi Prilly dengan sayang lalu beberapa detik menariknya dengan gemas.
"Ih sakit."
"Ah masa?"
"Ali! Jangan cari masalah deh."
Ali tertawa melihat wajah kesal istrinya. Selain hoby mengoleksi mobil mewah sekarang hoby Ali juga membuat kesal istrinya.
"Aku makin susah jalan gara gara perutnya makin gede,"adu Prilly dengan sedih.
"Terus?"
"Aku juga sekarang sering sakit punggung."
"He'em terus?"
"Ih Ali aku serius ini,"pekik Prilly kesal.
Untung manusia aneh seperti Ali hanya satu. Mungkin jika ada stok sampai satu lusin maka akan banyak wajah memerah menahan amarah karna kesal.
"Ya terus aku harus apa sayang?"tanya Ali perhatian sembari terus mengusap pipi Prilly.
"Gantiin aku hamil."
"Hah?"
"Ya abis kamu enak buatnya! Yang susah aku harus ngelanjutin tahap penyempurnaanya."
Entah bicara apa Prilly tapi yang itu
menggelikan bagi Ali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cool Husband ( End )
Fiksi PenggemarWarning 18+ Dulu hidup Aliandra Xander William hanyalah sekedar hitam putih, Di perintah dan menjalankan. Jalan hidupnnya datar mengikuti alur arahan Heris sang ayah Sampai gadis itu datang memaksa Ali menjadi sepertinya yang tak bisa diam dengan...