Part 12

20.9K 1K 36
                                    

      .....💖💙❤💖.....

"Aku bingung," Ali mendelik mendengar ucapan Prilly.

"Bocah sih," cibir Ali.

Prilly diam. Berpikir, dimana letak
kesalahannya?
Nihil. Prily sama sekali tidak menemukan titik salah itu.

Dengan tiba tiba Ali menyabar bibir ranum yang sedari tadi menggodanya.
Sensasi manis yang mulai ia suka
rasa candu yang melebihi kadar nikotin.

Ali menyesapnya pelan lidah lihainya menari nari di rongga mulut Prilly,
menyapa jejeran rapi gigi Prilly.

"Sesuatu," gumam Ali
seraya menggelamkan kepalanya pada
lekukan leher Prilly dan mulai menghisap, mengigit dan menyisakan bekas merah.

"Nghh," Prilly mengerang bebas
saat tangan Ali bergerilya  meremas pinggangnya.

Rasa aneh itu muncul kepermukaan
dan Prilly sulit untuk menepisnya.

Ali kembali menekan tengkuk Prilly
memperdalam ciuman panas itu.
Mengeskpor salivanya dan sesekali pula Ali yang menghisap saliva Prilly.

Jika orang bilang ini menjijikan maka lain halnya dengan Prilly,  dia benar benar menikmati setiap adegan ini.

Prilly membulatkan mata dan sadar saat tangan Ali meremas dadannya perlahan, namun dengan cepat Prilly menepisnya.

"Kenapa?" ujar Ali tak suka dengan nafas memburu.

"Jangan batal! Soalnya aku udah update status mau dinner sama kamu," ucap Prilly lirih.

Ali menarik nafas panjang menormalkan detak jantungnya.

Gadis aneh bin ajaib ini benar benar membuat Ali merasa gila.
Sensasi yang belum pernah Ali rasakan sebelumnya terjadi hanya karna Prilly.

"Ali jangan batal..." rengek Prilly dengan wajah sedihnya.

"Ya udah kamu ganti baju! Aku mau
berendam sebentar," ucap Ali dengan
tampang kacau.

Ah padahal sedikit lagi Ali sudah
melakukannya.
Tapi melihat wajah sedih Prilly
membuat Ali urung melakukan niatnya.

Yang sekarang Ali rasakan celananya mulai sesak.
Ia perlu berendam air dingin sebentar untuk menidurkan yang dibawah sana.

Sekedar mendinginkan suhu badannya yang memanas.

"Tapikan kamu udah mandi," ujar Prilly
bingung.

"Dia bangun dan mengeras," bisik Ali.

"Siapa?" tanya Prilly lagi.

Siapapun pasti mengerti maksud Ali
namun gadis aneh ini malah bertanya
dengan polosnya.

Ali tak menjawab ia malah mengecup bibir Prilly sekilas lantas berlalu seraya mengacak rambutnya frustasi.

*
*
*

Mata hazel itu menatap takjub pada restoran yang sudah disulap sedemikian rupa.

Taburan bunga mawar serta lilin berjejer rapi seakan menyambut kedatangan keduanya.

Seluruh isi restoran Ali sewa hingga tidak ada pengungjung satupun
kecuali Ali Prilly dan beberapa bodyguardnya.

"Kuasanya orang kaya," gumam Prilly tanpa sadar.

Ali tersenyum simpul menatap siluet wajah Prilly, setidaknya wajah gadis itu mengobati rasa nyeri diselangkangannya.

"Buruan cah," sewot Ali seraya menarik rambut Prilly pelan.

"Ck! Gak ada romantis romantisnya," cibir Prilly.

Namun rasa senang mengabaikan ucapan pedas suaminya.
Prilly tersenyum lebar saat para pelayan menghampiri mereka,
lantas menyediakan beberapa makanan yang membuat mata Prilly berbinar.

"Terima kasih," ujar Ali dingin seperti biasa.

"Ih suka," pekik Prilly lantas mencoba satu persatu dari makanan itu.

Prilly layaknya juri yang sedang menilai makanan sementara Ali layaknya kacung yang menemani
ratunya.

Bahkan saat Ali menyentuh makanannya sendiri Prilly malah menepis tangannya.

"Aku lapar Prill," ujar Ali kesal.

"Bentar dulu! Aku harus cobain semuanya."

"Terus aku makan sisa kamu gitu?"

"Iya."

Ali mendelik seraya menyandarkan
tubuhnya pada kursi.
Gadis ini benar benar menyebalkan.

Seorang bodyguard menghampiri Ali
sembari menyerahkan ponsel padanya.

Saat Ali menatap ponsel itu terlihat guratan cemas disana.
Ia melirik Prilly yang nampak begitu senang rasanya Ali tak tega mengakhiri malam ini.

"Prill?" panggil Ali
dan Prilly meliriknya.

"Apa?"

"Artinya Te Amo apa?" tanya Ali
membuat dahi Prilly mengkerut.

"Aku mencintaimu?"

"Aku mencintaimu juga," balas Ali
membuat Prilly tersipu malu.

"Ih Ali..."

"Ayo pergi," ujar Ali seraya menarik tangan Prilly.

"Eh? Mau kemana kan belum selesai."

"Lain waktu dinner lagi."

     🍁🍁🍁🍁

"Kenapa gak bilang kalo papa masuk rumah sakit?"

"Kasian papa ya?"

"Kamu kasian juga gak?"

Priy menatap Ali yang sedari tadi
diam melihat papanya yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit.

"Awsh! Kenapa?" ringis Ali
saat Prilly menjambak rambutnya.

"Aku ngomong-"

"Sama siapa?"

"Kamu."

"Oh! aku pikir sama nyamuk."

Prilly menggembungkan pipinya
melihat wajah tanpa dosa Ali
lantas kembali menjambaknya.

"Awsh! Apa lagi?" ujar Ali kesal
seraya mengusap kepalanya yang ngilu.

"Bodo."

Ali menghela nafas jengah kembali menatap papanya.
Semarah apapun Ali pada papanya
tetap saja Ali adalah anak yang menyayanginya.

"Kalian disini," suara serak itu menggema saat mata renta itu terbuka.

Ali mengangguk tanpa ekspresi
sementara Prilly tersenyum.

"Sejak kapan?" tanya Heris.

"Barusan pa," jawab Prilly
manakala Ali hanya diam membisu.

Heris mengerti akan sikap Ali padanya.
Sejak istrinya pergi Heris berubah bahkan pada Ali.
Dan Heris merasa bersalah akan hal itu. Tidak seharusnya dia mengabaikan Ali kecil yang masih membutuhkan kasih sayangnya waktu itu. Andai waktu bisa diputar.

Tbc.

Cool Husband ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang