Part 8

20.1K 1K 65
                                    

Happy Reading~
Sorry for typo  ✏
.
.
.

          ❤💙❤

.
.
.

Prilly menopang dagu dengan kedua
tangannya. Sesekali gadis itu mendengus saat Ali hanya meliriknya sekilas.

Ada empat ponsel, dua tablet serta satu laptop yang Ali  pangku dan semua itu Ali pakai sekaligus.

Prilly semakin kesal akan benda yang selalu Prilly sebut pacarnya Ali.

"Itu tinggal kasih tulisan 'Jual pulsa' udah deh Li kamu kayak penjaga konter,"  ibir Prilly  namun tidak Ali perdulikan.

Bosan hanya menatap Ali yang sedang
berpacaran dengan pekerjaanya.
Akhirnya Prilly mulai berdiri hendak
menyusuri hotel yang mereka tempati hari ini.

"Mau kemana?" tanya Ali dengan tatapan datar.

"Loncat dari balkon! Siapa tau aja super man datang biar bisa aku ajak ngobrol." Sahut Prilly kesal.

Ali menghela nafas sejenak lantas menaruh laptopnya membuat Prilly tersenyum menang.

"Tuh kan luluh." Ucap Prilly tersenyum lebar.

"Jadi kita mau ngapain?" tanya Prilly antusias.

"Katanya kamu mau loncat! Ayo aku
antar," ujar Ali membuat Prilly membulatkan matanya.

"Ih itu cuma bohong."

"Dasar bocah," cibir Ali  lantas kembali pada aktivitas awalnya.

Prilly memberenggut sebal.dan kembali duduk.

"Luarnya aja ini bocah! Dalamnya gak tau sih," ucap Prilly membuat Ali meliriknya.

"Dalamnya masih pake pampers." Sahut Ali  dingin.

"Fitnah! Kamu tuh kali yang masih pake pampers." ujar Prilly  menatap Ali curiga.

"Kamu yang pake."

"Ih enggak."

"Iya."

"Enggak."

"Iya "

"Enggak!"

"Aku lihat sendiri." Ujar Ali lagi
membuat Prilly menautkan alisnya.

"Lihat apa?"

"Lihat kamu pake pampers dikamar mandi terus pampers yang sebelumnya berubah jadi merah."

Prilly diam sejenak membuat Ali tersenyum menang.

"IH KAMU NGINTIP AKU PAKE PEMBALUT YA." Pekik Prilly  saat sadar dengan ucapan Ali.

"Dasar tukang ngintip." Ucap Prilly
berdiri dan berlalu dari hadapan Ali
dengan wajah memerah.

Ali terkekeh melihat wajah kesal Prilly.
Salah gadis itu sendiri kenapa tidak
menutup pintu kamar mandi? Ceroboh.
Untung Ali yang melihat bukan orang lain.

"Punya kamu gak nafsuin." ucap Ali mengejek.

"Belum nyoba udah ngomen! Nanti tau rasanya minta nambah." Balas Prilly
dengan sedikit teriakan.

*
*
*

"Syut cowok! Godain dong."

"Cowok! Jangan datar datar dong mukanya."

"Senyum biar ganteng."

Ali menarik nafas panjang menatap
beberapa clientnya yang tersenyum.

"Kalo kamu disini cuma mau ganggu! Keluar aja." Ucap Ali berbisik pada Prilly.

Gadis itu menggeleng cepat dan langsung berpegangan erat pada kursi.
Membuat Ali memijit pelipisnya
berusaha sesabar mungkin.

Ali menyesal mengizinkan Prily ikut dalam meeting ini jika pada akhirnya gadis ini malah menganggu.

"Lihat deh pak bu! Masa istrinya sendiri di usir." Adu Prilly pada beberapa client nya Ali.

"Tidak apa apa pak Ali! Jika istri anda mau berada disini." Ujar salah satu client Ali yang diangguki setuju oleh lainnya.

Ali menjilat bibir bawahnya lantas melirik tajam pada Prilly yang kini malah tercengir.

"Sayang keluar ya? Kamu belum makan nanti sakit." Ucap Ali berusaha terlihat lembut.

"Ih tadi udah sama kamu." Balas Prilly cepat membuat Ali mati matian menahan amarah.

"Sayang keluar ya? Nanti aku nyusul," Ucap Ali.

Prilly diam dengan sedikit senyum jahil.

"Cium dulu tapi," ujar Prilly hingga Ali menatapnya tajam.

Beberapa orang disana tersenyum malu melihat adegan keduanya.

Mungkin menurut mereka Ali dan Prilly adalah pasangan suami istri  yang sedang hangat hangatnya
walaupun alisnya sangat jauh berbeda.

"Disini banyak orang sayang! Udah ya kamu keluar aja dulu," ucap Ali lagi
hingga Prilly memanyunkan bibirnya.

"Kalian semua ngadep kiri dong! Soalnya suami aku suka malu malu." ucap Prilly membuat Ali geram menahan amarah.

"Tidak usah," ujar Ali cepat
saat orang orang itu menuruti ucapan Prilly.

"Silahkan pak Ali kami tidak akan mengintip! Biar anda tenang saat meeting nanti."

Ali menarik nafas panjang
menatap tajam pada Prilly.
Dan parahnya juga kenapa clientnya Ali mau sajah menuruti ucapan Prilly.

"Ayo," rengek Prilly.

Ali menarik wajah Prilly lantas menekan keras kedua pipi gadis itu.

"Awsh sakit." pekik Prilly.

Membuat clientnya Ali terkekeh
mungkin mereka berpikir ciuman Ali terlalu keras.

"Jangan nakal bocah." Ujar Ali berbisik.

"Client kamu aja gak papa." Balas Prilly ikut berbisik.

"Keluar sana."

"Cium dulu..."

"Pril!"

"Ih Ali jahat!"

Ali menggit bibir bawahnya berusaha menahan amarah yang memuncak.

"Keluar!" Ujar Ali datar dengan tatapan tajam.

"Tapi-"

"Prilly mahatei..."

Prilly menunduk lesu melihat tatapan Ali yang begitu marah. Apalagi kalau Ali sudah menyebut nama Marganya.
Itu pertanda emang Ali sudah bener bener diambang kesabarannya.

Seketika Prilly merasa bersalah
mungkin dirinya terlalu berlebihan.

"Maaf..." ujar Prilly pelan.

"Keluar sekarang."

"Aku minta maaf Li."

Ali diam tak menjawab membuat mata Prilly berair. Ia menangis karna takut dengan kemarahan Ali.

"Keluar sekarang! Dan tunggu di mobil."

"Maaf..." Prilly menangis pelan
namun tak membuat Ali iba.

"Tunggu hukuman apa yang bakal kamu dapat."

Ali kembali duduk dengan tatapan datar.

"Keluar." Ujar Ali lagi.

Prilly keluar dengan wajah menyesal dan tangis yang menyesakkan.

Tbc.

Cool Husband ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang