Part 10

21.6K 1.1K 52
                                    

    Happy Reading ~     

    .......❤💙💖❤.......

Prilly kembali dengan membawa air putih.
Wajahnya nampak sedih berbanding
terbalik dengan sikapnya selama ini.

"Lama banget," sewot Ali sambil meraih gelas dari tangan Prilly.

"Iya maaf," ujar Prilly lembut membuat Ali hampir tersedak.

Ali segera meletakkan gelas itu
dan menatap Prilly yang menunduk.
Wajah sedih Prilly benar benar membuat Ali merasa bersalah.
Ali kemudian mengambil mangkuk di bawah ranjang dan mengembalikannya pada Prilly.

"Nih gak enak aku balikin."

Hati Prilly begitu sedih mendengar ucapan Ali.
Ia kemudian mengulurkan tangannya
untuk meraih mangkuk itu seraya
menatapnya.

"ALI!! KATANYA GAK ENAK INI KOK TINGGAL SEDIKIT." Sebal Prilly
karna Ali sudah membuatnya sedih
dan sekarang rasanya Prilly begitu senang.

"Aku khilaf," ujar Ali menyengir.

"Nyebelin, ya udah aku ambilin obat nanti aku bikinin lagi buburnya," ujar Prilly lagi.

"Aku gak suka bubur."

"Bilang dong, pake ngehina dulu
emang ya mulut kamu itu tipe mulut suka ngehina."

"Udah budeg, bisu! Sekalinya ngomong
boncabe aja kalah pedesnya."

Ali diam menatap Prilly yang mencerocos.

Lihat sifat gadis itu kembali lagi.
Padahal Ali sudah senang melihatnya tadi yang pendiam.

"Aku ambilin obat dulu," ujar Prilly
yang segera berlalu keluar.

"Punya istri sopan banget! Belum dijawab iya main kabur aja," cibir Ali
seraya kembali berbaring.

.
.
.

"Muka masih pucat."

"Belum mandi seharian."

"Udah gak panas! Kepalanya masih sakit?"

Ali hanya mengangguk malas
melihat sikap Prilly yang layaknya dokter.

Kadang Ali berpikir. Mempunyai istri Prilly kutukan atau anugrah?

"Laptop aku mana?" tanya Ali
yang sedari tadi mencari benda persegi itu namun tidak ketemu.

"Aku umpetin pacar kamu itu, soalnya kamu lagi sakit jadi sekarang selingkuh sama aku aja." balas Prilly.

"Ada yang harus aku periksa."

"Gak boleh mending sekarang kamu tidur."

Ali menatap Prilly yang menautkan alisnya. Hadis ini kenapa berani sekali mengatur hidup Ali.

"Aku kalo sakit suka dipeluk sama bunda jadi sekarang kamu mau aku peluk atau enggak?" tanya Prilly
seraya menaiki ranjang.

"Gak." Sahut Ali sewot.

"Dih biasa aja kali kejam banget." Cibir Prilly lantas berbaring sembari memainkan ponselnya.

Ali memijit keningnya yang masih berdenyut, mungkin ia sakit karna lelah seharian bekerja.

"Heh bocah geseran," ucap Ali seraya
menepuk bokong Prilly.

"Jangan mukul mukul nanti pembalutnya geser."

Ali tak menjawab ia lantas ikut berbaring dengan sedikit melirik Prilly yang fokus pada ponselnya.

Grep

"Ali ih ngapain, " sebal Prilly
manakala Ali memeluknya dari samping.

"Meluk."

"Tadi katanya gak mau."

"Aku berubah pikirin. "

Prilly membalikkan badannya menatap Ali yang berwajah datar.

"Yaudah aku yang meluk kamu," ucap Prilly sembari menarik tangan Ali.

"Gak jadi deh," balas Ali sedikit menjauh.

"Kenapa?"

"Karna aku lagi baik hati biar aku aja yang meluk kamu. Soalnya kamu kecil gak akan bisa peluk aku." Ucap Ali dingin tanpa menjawab pertanyaan Prilly.

Entah gengsi atau memang ini cara Ali
memperlakukan Prilly.

Rasanya Prilly ingin mengigit wajah datar itu mencabik cabik mulut pedasnya.

Es batunya ini memang aneh jahat tapi
menggemaskan menyebalkan tapi merindukan.

Ah rasanya Ali adalah orang aneh yang langka dan harus dipertahankan.

"Ali Jangan raba raba pantat." Pekik Prilly saat tangan Ali bergilir geli di bokongnya.

"Bodo."

"Ali ih geli. "

"Diam Prill."

Ali berkata Prilly adalah gadis aneh
sedangkan menurut Prilly Ali lebih aneh.

Keduanya sama sama aneh memiliki sifat yang bertolak belakang.

Tapi ya begitu, untuk menyatukan sesuatu memang harus ada perbedaan.
Karna jika harus sama maka akan
membosankan.

*
*
*

Prilly membuka kedua matanya perlahan, tidurnya malam ini begitu nyenyak.
Mungkin karna pelukan si es batu anehnya.

Prily kesal saat bangun disampingnya tidak ada Ali.
Kemana suami dinginnya itu? Mencari istri baru.
namun matanya memicing saat melihat kertas kecil diatas meja dekat ranjang tidur.

Dengan wajah bantalnya Prilly mengambil kertas itu dan membaca tulisan kecil yang tertera.

' Dengan hormat
Saya Ali Suami kamu meminta izin untuk bekerja, saya melarang keras kamu menghubungi saya. Bukan karna saya ingin berselingkuh atau
mencari istri muda tapi saya tidak ingin cerocosan anda membuat saya tidak konsen bekerja.
Atas perhatiannya saya ucapkan saya suka anda."

Prilly tersenyum membaca surat
menjengkelkan itu.
Ali bukanlah paranormal namun bisa tau apa yang sedang Prilly pikirkan.

Prilly bahagia menerima perubahan sikap Ali.
Ali yang semula tidak perduli kini mulai menyenangkan.

Persetan dengan sikap dingin dan mulut pedasnya.
Prilly tetap suka dan akan selalu begitu.
Hati Prilly menghangat saat kalimat terakhir ia baca

Hanya kata suka tapi mampu
membuatnya terbang entah kemana.

Ali memang aneh bisa dingin sedingin es kutub, namun saat sikap hangatnya muncul rasanya semanis teh di pagi hari.

"Duh jadi kangen Ali," gumam Prilly pelan.

Tbc.

Cool Husband ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang