Part 6

20.1K 1K 29
                                    

Jangan lupa klik tombol bintang ☆ sebelum membaca  💖💙

Happy Reading ~

.
.
.

              ❤💙❤

"Li Prilly nya tidur dikamar,
kamu mau pulang atau nginap aja
disini?" tanya bundanya Prilly lembut.

Membuat Ali sedikit tersenyum
hingga wajah datar yang biasa ia tampilkan berubah.

Andai mamanya sebaik bundanya Prilly? mungkin Ali bisa dekat dengan mamanya.

Andai mamanya tidak sibuk seperti Heris? mungkin Ali akan mencurahkan semua rasa sakitnya.

Andai mamanya tau jika Ali kesepian?
dia tidak akan pergi meninggalkan Ali
dengan papanya tanpa alasan.

Tapi itu semua hanya andai
sementara kenyataanya? Ali adalah sunyi yang tak diperdulikan.

Ali ingin keluarga hangat seperti
keluarganya Prilly.
Ali iri pada semua yang Prilly miliki.

Ali rindu mamanya walau Ali yakin
mamanya sendiri tidak akan perduli.

"Ali?" panggil bunda saat Ali hanya terus diam dan tersenyum.

"Ali bawa Prilly pulang bun," sahut Ali

"Oh yaudah!" sahut bunda ramah.

"Ali ke kamarnya bun," pamit Ali
tersenyum tipis lantas berjalan
kearah anak tangga menuju kamar Prilly.

*-*

"Bangun," ucap Ali pelan namun tak membuat gadis itu bergerak
sedikitpun.

"Bangun cah! Bocah," ujar Ali lagi.

"Kenapa?" balas Prilly dengan mata masih tertutup.

"Pulang."

"Kamu aja sana! Aku gak mau."

"Harus mau."

"Ali ih! Mata aku rasanya pake lem
gak bisa dibuka," rengek Prilly
lantas memunggungi wajah Ali.

"Bangun!" ujar Ali lagi.

"Udah kamu pulang aja sendiri  terus pacaran sama laptop kamu! Sana sana."

Ali menghela nafas panjang
menatap gadis aneh itu.
Bahkan saat tidurpun sikap gadis itu masih sama menyebalkan dan keras kepala.

"Ihh turunin," pekik Prilly saat Ali menarik tubuhnya lantas ia taruh dibahunya.

Prilly layaknya karung beras
dan Ali adalah kuli panggulnya.
Sangat pas tapi terlihat aneh.

"Ali turunin! Aku ngantuk," jerit Prilly lagi.

"Tidur dirumah."

"Turunin."

"Bunda kita mau pulang," pamit Ali
pada bunda yang sedari tadi berdiri didepan kamar Prilly.

"Iya! Hati hati."

"Bunda liat aku diculik sama es," pekik Prilly pada bundanya.

Bunda hanya bisa menggelengkan kepala dan terkekeh melihatnya.

"Bunda tolongin!"

"Ih bunda malah ketawa."

"Diam cah! Bocah," ujar Ali dingin.

Dan kata bocah selalu membuat emosi Prilly naik.

"Es."

"Bocah."

"Bocah minum es! Kalah deh esnya," balas Prilly lagi dan Ali tak menjawab.

"Ih kok basah ya?"gumam Prilly pelan.

Saat Ali memasukan dirinya dalam mobil Prilly sadar apa alasan dari yang ia rasakan.

"Heh?" pekik Ali.

Saat Prilly menarik tubuhnya secara tiba tiba hingga tubuh Ali menekan tubuhnya.

"PRILLY," geram Ali pada istri anehnya.

"Kemeja kamu kena pipis," Cicit Prilly pelan.

Ali hanay diam lantas menatap kemejanya yang memang sedikit terlihat ada yang basah.

"Udah aku bilang turunin! sebelum tidur aku nahan pipis. Kalo digendong dadakan kayak tadikan jadi kaget terus pipis deh," jelas Prilly.

Ali menghela nafas jengah lantas menjauh dari tubuh Prilly dan melepas
kemejanya kasar.

"Pulang pak!" ucap Ali datar
pada supir didepannya.

"Iya tuan."

Prilly melirik Ali yang hanya memakai kaus putih oblog. Mata kecilnya tak pernah lepas dari hadapan Ali.

"Ada apa?" tanya Ali datar tak nyaman dengan tatapan mengintimidasi itu.

"Bau pesing ya?"

"Enggak! Harum," balas Ali mendelik.

Sudah tau itu pipisnya dan dia yang
merasakan masih ditanya baunya?
Dasar istri aneh.

"Masa sih? Kok yang ada di dress aku bau?"

"Bisa diam?" ujar Ali menahan kesal.

Prilly mengerucutkan bibirnya
lantas menatap kelain arah.

"Disuruh diem mulu! Disuruh buka bajunya kapan," sindir Prilly hingga supirnya sedikit tersenyum.

"Diam cah! Bocah."

"Ihh... jangan bilang gitu mulu." rajuk Prilly membuat Ali terkekeh pelan.

"Cah! Bocah," ujar Ali memancing.

"Ihh Ali!"

"Bocah."

"Kita musuhan! Jangan sapa aku kecuali aku yang  sapa kamu duluan." kesal Prilly.

Dan itu membuat Ali mati matian menahan tawa.

Lihat dari cara gadis itu marah
bahkan anak kecilpun tidak sampai seperti itu.

***

"Apa lirik lirik?" ucap Prilly sinis
saat Ali menatapnya sekilas.

"Jangan lirik aku! karna kita lagi
musuhan," tambah Prilly lagi.

Dan Ali hanya menggeleng pelan
menanggapinya.

Ali pikir gadis ini hanya akan marah seperti biasanya. Tapi ternyata hari ini beda.

Bahkan dari tadi malam kecepatan mulutnya tidak digunakan hingga kuping Ali mengalami kesunyian.

"Hari ini aku harus ke surabaya dan gak pulang." ucap Ali menyudahi sarapan paginya.

"Terus akunya?" tanya Prilly memastikan.

"Di sini."

"Aku ikut." rengek Prilly dan Ali hanya menatapnya sekilas.

"Gak!"

"ih kok jahat."

"Kita lagi musuhan kalo kamu lupa." ucap Ali.

Membuat Prilly mengerucutkan bibirnya kesal.

"Yang boleh bilang musuhan itu cuma aku! Kamunya jangan."

"Gak perduli."

"Ihh ngeselin," rengek Prilly.
Rasanya ia ingin menangis kembali ditinggal sendirian.

"Kalo aku gak boleh ikut! Aku bakal hancurin mobil mobil kesayangan kamu." pekik Prilly mengancam.

"Terserah." sahut Ali lantas melangkah
meninggalkan Prilly.

"Ihh Ali! Suami jahat!"


TBC.

Cool Husband ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang