P R O L O G U E

5.3K 268 24
                                    

Don't forget to press vote, thank you.

Author's POV

Wanita itu tengah menatap pantulan dirinya dari cermin yang berada dihadapannya, cantik, batinnya memuja.

"Sudah siap?" Tanya lelaki yang berdiri dibelakangnya, tatapannya berbinar, hatinya mengakui pasti istrinya terlihat sangat cantik malam ini.

"Sudah, kau?" Tanya sang istri. "Sudah. Kau sangat cantik, sayang." Puji sang suami sambil mencium pundaknya dari arah belakang.

"Kau berlebihan Nick." Jawabnya sambil terkekeh.

"Baiklah, ayo. Aku tak ingin mereka menunggu kita terlalu lama." Ajak Nick kepada sang istri yang mana dijawab dengan anggukan olehnya.

Selama diperjalanan, Nick sesekali melirik sang istri dengan senyuman bangga, bangga akan kecantikan dan keanggunan sang istri.

"Jadi, sudah berapa lama kau tak bertemu dengan sahabat kecilmu itu?"

"Enam, atau lima tahun, mungkin?" Jawab Nick terdengar tak yakin.

"Lama sekali, aku tak mungkin bisa tahan tak bertemu dengan sahabatku dalam jangka waktu selama itu." Jawabnya.

"Sejujurnya aku juga tak tahan, Gill. Kau tau? Aku menghabiskan 24/7 hidupku bersama-sama dengannya, dan tiba-tiba saja kami terpisah karena ia harus meneruskan perusahaan orang tuanya di London dan aku menetap di Holmes Chapel." Jawab Nick pelan. Gillian--sang istri pun mendengarnya dengan seksama, membayangkan jika ia harus berada jauh dari Liam selama bertahun-tahun adalah hal yang paling dibencinya. Liam adalah sahabatnya.

"Aku tak pernah bisa membayangkan bagaimana jadinya aku jika berada jauh dengan Liam selama bertahun-tahun, itu menyeramkan." Ucap Gillian dan Nick yang mendengarnya pun tertawa tertahan.

"Maka itu aku tak pernah memintamu jauh dengannya, karena aku tau bagaimana rasanya berada berjauhan dengan sahabat yang selalu bersama kita selama ini." Jawab Nick sambil mengecup punggung tangan Gill.

Tiga puluh menit berlalu, mereka pun sampai di sebuah restaurant yang cukup ternama, Nick menyerahkan mobilnya pada Valet karena ia tak ingin mencari parkir karena menurutnya itu adalah hal yang melelahkan.

"Apakah mereka sudah sampai?" Tanya Gill dan Nick hanya mengangguk pelan.

"Ya, tadi dia sudah mengirimiku pesan. Ia berkata ada di meja nom--ah, itu mereka!" Jawabnya sambil menarik perlahan lengan Gill.

"Hei mate!" Sapanya kepada lelaki dihadapannya, lelaki itu menoleh dan bangkit berdiri. Menyambut pelukan ala pria yang diberikan oleh Nick.

"Nick, mate! Astaga, akhirnya aku bisa bertemu lagi denganmu!" Sapa lelaki itu sambil menepuk-nepuk pundak Nick.

"Yeah, it such a long time, right?" Jawabnya terkekeh, "Ah ya, perkenalkan ini istriku, Gillian." Sambungnya lagi.

"Oh hai, i'm Harry, Harry Styles." Ucapnya sambil mengulurkan tangan yang disambut perlahan oleh Gill.

"Gillian Alexandra." Jawabnya singkat.

"Perkenalkan juga, dia Dienda, istriku." Ucap Harry dan mereka pun berjabat tangan.

Sungguh makan malam yang sangat luar biasa.

Gillian's POV

Aku menatap wajahku pada cermin seusai aku membersihkan seluruh make up pada wajahku, pikiranku masih berada pada tempat yang sama, yang mana aku mempertanyakan tentang Harry, sahabat Nick.

Kurasa aku pernah melihatnya, tapi aku tak tau dimana itu, namun aku cukup yakin jika aku pernah melihatnya.

Tok Tok Tok

"Sayang, kau sudah selesai?" Tanya Nick dari balik pintu yang mana mampu membuyarkan lamunanku.

"Y-ya, aku sudah selesai." Jawabku gugup dan langsung keluar dari kamar mandi.

"Aku kira kau berendam." Ucap Nick sambil merapihkan suraiku dan menyelipkannya kebelakang telingaku, "Tidak, aku hanya membersihkan make up." Jawabku dan Nick hanya mengangguk pelan.

"Istirahatlah, kau besok kuliah." Ucapnya dan aku pun mengangguk dan berlalu menaiki ranjang.

Aku memang masih berstatus sebagai mahasiswi, lebih tepatnya mahasiswi postgraduate programme dengan jurusan Social and Mass Media Management.

*******

"Gill, aku rasa aku tak bisa menjemputmu nanti. Aku mempunyai dua meeting hari ini." Ucap Nick ketika kami sedang berada didalam mobil untuk mengantarku.

"Tak apa, Nick. Aku akan pulang sendiri nanti." Jawabku sambil tersenyum pasti.

"Aku akan menghubungi Liam dan memintanya untuk mengantarmu pulang." Ucapnya dan aku hanya bisa mengangguk pasrah.

Aku menjalani dua mata kuliah hari ini, dan itu cukup membuatku muak kendati aku merasa tubuhku tak sehat.

"Ada apa denganmu?" Tanya Liam tiba-tiba saja sambil menghisap rokoknya.

"Ada apa denganku?" Tanyaku berbalik dan Liam pun mendengus kesal. "Ya, ada apa denganmu? Kau terlihat sedikit tak sehat, you look pale." Ucapnya dan aku hanya mengerdikan kedua bahuku.

"Ayo, kita pulang."

"Habiskan dulu saja rokokmu." Jawabku dan Liam pun mematikan rokoknya yang masih cukup panjang, membuatku menggelengkan kepala akan tingkahnya.

"Aku bisa merokok nanti, setelah mengantarkanmu pulang. Ayo!" Menarik tanganku paksa dan aku hanya bisa membuntut dibelakangnya.

Ah ya, hanya beberapa orang yang mengetahui jika aku sudah menikah. Tak heran banyak mahasiswa dikampus ini yang mengira jika Liam adalah kekasihku, padahal, duh, aku tak mungkin menjadi kekasihnya, walaupun ya, aku harus mengakui ketampanannya.

"Li?" Panggilku ketika Liam sedang sibuk menjalankam mobilnya yang mengantarkanku pulang.

"Hmmm, kau lapar?" Jawabnya tanpa menoleh kepadaku.

"Tidak. Semalam aku bertemu dengan sahabat Nick."

"Lalu?" Tanyanya membuatku melihatnya sambil mengerutkan dahiku, "Kurasa aku pernah bertemu dengannya." Jawabku.

"Hanya perasaanmu saja." Jawabnya santai dan aku mendengus kesal.

"Aku cukup yakin jika aku pernah bertemu dengannya." Jawabku lagi tak mau kalah.

"Siapa namanya?"

"Harry, Harry Stain." Jawabku dan Liam menekukkan bibirnya kebawah, "Aku tak pernah mendengar nama itu." Jawabnya santai.

"Apa dia tampan?" Tanyanya lagi, membuatku mengerutkan dahiku. "Kau Bisex?" Tanyaku spontan.

"Jesus! Kau apa-apaan?!" Tanyanya tak terima.

"Aku hanya bertanya, Li." Jawabku santai.

"Tentu tidak, Gill. Kau gila?!" Ucapnya dan aku hanya mengerdikan bahuku.

"Lalu mengapa kau bertanya seperti itu?" Tanyaku santai. "Karena aku hanya ingin mengingatkanmu untuk tidak tertarik dengannya, kau seorang istri, Gill." Jawabnya.

"Ya, dan aku pun cukup tau diri, Li."

————
————

Thank You,
All The Love, G.

BETWEEN US | Harry StylesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang