Don't forget to press vote, thank you.
Author's POV
"Apa yang kau lakukan disini?!" Tanya Nick kepada Louis dengan nada penuh kebencian, namun justru lawan bicaranya itu tertawa meremehkan.
"Seharusnya kau berterima kasih karena kami yang sudah membawa Gill kesini." Jawab Louis santai.
"Minggir, aku ingin melihat keadaan istriku!" Ucapnya sambil mendorong tubuh Zayn.
"Ah ya, Nick, bagaimana kabar temanmu, Luke?" Tanya Louis lagi ketika Nick tengah mengelus pelan pipi Gill. Nick benar-benar mengutuk Louis kali ini.
"Bisakah kau diam, keparat?!" Geram Nick, Niall yang melihatnya langsung meremas lengan Harry yang berdiri disampingnya lantaran takut, membuat Harry menarik lengannya dan menatap Niall dengan kesal.
"Apa 'huh? Kau ingin menghajarku? Ayo, lakukan. Biar aku juga bisa menyalurkan emosiku yang sudah enam tahun kupendam untukmu. Ayo, pukul aku.." Tantang Louis dengan santai, namun sesaat sebelum Nick mendekatinya, Harry mendorong pelan tubuh Louis.
"Minggir kau keriting sialan!" Ucap Louis tak terima, namun Harry menatapnya dengan tatapan mengancam. "Keluar, kau, Zayn dan Niall. Kalian keluar, aku harus berbicara dengannya, berdua." Ucap Harry penuh penekanan.
Louis awalnya kesal dan tetap pada tempatnya, namun Zayn berhasil memaksanya untuk keluar, ya, walaupun diluar Louis terus memaki Harry yang seolah menjadi pahlawan diantara dia dan Nick tadi.
"Apa yang kau lakukan kepadanya?" Tanya Harry dengan lembut kepada Nick, "Kurasa itu bukan urusanmu." Jawabnya.
"Memang, aku tau itu. Namun kurasa kau juga cukup tau, jika seharusnya aku yang berada diposisimu." Jawab Harry santai.
"Itu masalah lama, Harry. Dan seharusnya kau bisa menerima kekalahanmu dalam bersaing denganku!" Teriak Nick tertahan namun Harry, ia justru terkekeh sambil menganggukkan kepalanya.
"Aku akan menerimanya jika kau memang bersaing secara sehat, dan mendapatkan Gill dengan tidak berbuat curang." Jawab Harry, ia melihat Nick yang sudah emosi disana seolah siap memukulnya, jika yang berada diposisi Harry adalah Niall, maka bisa dipastikan jika lelaki itu sudah keluar dari ruangan ini. Namun Harry, bahkan diantara ia dan yang lainnya, dia adalah yang terkuat.
"Dengarlah Nick, kurasa selama ini aku sudah bisa menerima kekalahanku, walaupun kau mendapatkannya dengan cara yang curang. Enam tahun, kurasa itu adalah waktu yang cukup untuk kau bersamanya." Ucap Harry lagi tepat dihadapan wajah Nick yang sudah merah padam disana.
"Jangan pernah berpikir kau bisa merebutnya dariku." Ujar Nick penuh penekanan.
"Kau tau aku, Nick. Aku tidak memikirkannya, tapi aku akan mewujudkannya."
"Bajingan!" Teriak Nick lalu menarik kerah kemeja milik Harry.
"Ingin memukulku?" Tanya Harry santai sambil menaikkan satu alisnya, "Jika saja kau bisa memperlakukannya dengan baik, mungkin aku tak akan kembali memperjuangkannya seperti sekarang. Namun kurasa, kau tak cukup pandai dalam menjaga dan merawatnya. Kurasa ini adalah saatnya untuk kita kembali bersaing, mate." Tambah Harry lagi dan Nick pun melepaskan genggamannya pada kerah kemeja milik Harry, matanya sudah memerah dan itu membuat Harry merasa puas karena sudah berhasil membuatnya emosi.
"Aku sudah memenangkannya, dan ia tak akan pernah berpaling hanya untuk lelaki sepertimu! Lelaki yang hanya ingin menjamah tubuhnya sedari dulu!" Teriak Nick lagi, Harry pun menatapnya dalam lalu tak lama menganggukan kepalanya.
"Kau benar, ia tak mungkin berpaling darimu hanya untuk lelaki sepertiku." Ucap Harry dengan nada rendah, Nick yang mendengarnya pun tersenyum meremehkan dan merasa menang.
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN US | Harry Styles
Fiksi PenggemarCOMPLETED ✔ Once in a lifetime It's just right We make no mistakes - Once In a Lifetime STORY WRITTEN BY : GRIZTAA IDEA BY : GRIZTAA COVER BY : GRIZTAA PUBLISH DATE : FEBRUARY 03, 2019