Don't forget to press vote, thank you.
Gillian's POV
"Kau yakin?" Tanya Liam kepadaku dan aku menganggukan kepalaku kepadanya.
"Aku sudah lebih baik, Li." Jawabku meyakinkannya dan ia pun menghela nafas berat, "Baiklah." Ucapnya lalu keluar dari kamarku.
Aku berbaring dan menatap kosong langit-langit kamarku, apa yang harus aku lakukan sekarang? Tanya batinku sebelum akhirnya aku terlelap.
"Hei, bangunlah.." Aku mengerjapkan mataku ketika seseorang menepuk pelan pipiku, dan yang aku lihat pertama kali adalah wajah Liam dengan senyuman miliknya.
"Enghh, ada apa?" Tanyaku sambil merenggangkan tubuhku. "Sudah malam, dan kau melewatkan makan malammu. Ayo, makan bersamaku." Ucapnya dan itu membuatku mengernyitkan dahiku.
"Kau juga belum makan?" Tanyaku kepadanya dan dia hanya menggelengkan kepalanya, "Mengapa kau tidak makan saja?" Tanyaku lagi sambil merubah posisiku menjadi duduk dan bersender pada headboard ranjangku.
"Aku menunggumu, bodoh." Ucapnya sambil mengacak suraiku dan bangkit keluar dari kamarku. Aku pun memilih untuk membasuh wajahku terlebih dulu sebelum bergabung bersama Liam untuk makan malam.
Kembali melihat wajahku yang masih terlihat pucat dan aku pun tersenyum miris.
Melirik kebenda pipih yang tergeletak di dekat pasta gigiku, kembali aku memejamkan mataku.It's okay.
With or without you, i'm okay.*******
Hari ini kuhabiskan untuk berada diperpustakaan Nasional kota. Aku harus menyelesaikan artikel jurnalku sebelum akhirnya semester ini berakhir, karena aku yakin, aku tak akan bisa meneruskan kuliahku, aku sangat yakin.
Sesekali aku mengeluh dan menempelkan kepalaku diatas buku-buku yang cukup membuatku pusing, aku ingin menyerah rasanya, namun aku tak bisa menyerah begitu saja.
Melirik jam, sudah saatnya jam makan siang. Kurasa tak ada salahnya jika aku beristirahat sebentar untuk makan lalu kembali lagi kesini. Aku pun berjalan, dan memilih untuk makan disalah satu restaurant yang tak terlihat mewah, yang berada diujung jalan dekat perpustakaan ini.
Aku memesan sup jagung, chicken grilled, dan satu lemon tea. Selera makanku tak bagus akhir-akhir ini, namun aku harus tetap menjaga pola makanku demi kesehatanku agar aku bisa menyelesaikan artikel jurnal itu.
"Gill?" Kegiatanku terinterupsi dengan suara seseorang yang memanggilku, aku menolehkan kepalaku dan menemukan Zayn disana.
"Ah ternyata benar!" Ucapnya lalu ia duduk dihadapanku tanpa meminta izinku terlebih dulu. "Aku sudah melihatmu disaat kau sedang berjalan keluar dari gedung perpustakaan itu, lalu aku mengikutimu sampai kesini, dan ya, kebetulan aku juga ingin makan siang." Ucapnya dan aku pun cukup terkejut.
"Mengapa tak memanggilku sedari tadi?" Tanyaku kepada, "Terlalu ramai, aku tak ingin menjadi pusat perhatian dengan teriakanku yang melengking." Ucapnya dan kami pun terkekeh bersama.
"Bagaimana kabarmu?" Tanyaku, "Lebih baik dari terakhir kali kita bertemu." Jawabnya dan aku mengingat sesaat, terakhir kali aku bertemu dengannya disaat hari ulang tahun Niall, yang mana dihari itu ia baru saja memutuskan hubungannya dengan Perrie.
"Oh well, glad to hear that." Ucapki sambil menaikan satu alisku sesaat. "Bagaimana denganmu? Kau terlihat sedikit pucat?" Tanyanya, ah, apakah masih terlihat? Padahal aku sudah mencoba untuk memakai blush on dan juga lip tint agar tidak terlalu terlihat pucat.
"Aku hanya terlalu lelah, namun selebihnya aku baik." Jawabku santai.
Tak lama, makanan Zayn datang dan kami pun makan siang bersama. Ternyata Zayn sudah kembali bersama Perrie, ya, Zayn memaafkan Perrie karena menurutnya itu hanyalah sebuah ciuman biasa dan tak ada salahnya memberikan kesempatan kedua.
Dan aku pun tak bisa berkomentar apa-apa atas kembalinya hubungan mereka. Jika Zayn bahagia, untuk apa dipermasalahkan? Toh aku hanya ingin sahabatku bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN US | Harry Styles
FanfictionCOMPLETED ✔ Once in a lifetime It's just right We make no mistakes - Once In a Lifetime STORY WRITTEN BY : GRIZTAA IDEA BY : GRIZTAA COVER BY : GRIZTAA PUBLISH DATE : FEBRUARY 03, 2019