Don't forget to press vote, thank you.
Author's POV
Gill mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum akhirnya kedua matanya menangkap cahaya lampu diatasnya. Ia mencium bau obat-obatan yang begitu mendominan diruangan itu.
Memegang kepalanya yang terasa perih lalu meringis pelan, "Ahh.." Ringisnya dan itu membuat Louis yang tadi terpaku pada ponselnya langsung melihatnya dan mendekat.
"Kau sudah sadar?" Tanyanya dengan khawatir dan Gill hanya mengangguk pelan, sangat pelan.
Gill bersyukur ketika ia tak melihat ada infus ditangannya, itu berarti ia bisa langsung pulang untuk bertemu sikembar.
Ia pun duduk dan ingin turun dari ranjang, namun Louis menahannya.
"Ingin kemana? Berbaringlah dulu." Ucap lelaki itu kepadanya."Pulang, aku harus mengurus Emma dan Mila." Jawabnya, "Ah dan Louis, jangan mengatakan ini kepada Liam, kumohon." Tambahnya lagi namun Louis terlihat sedang kebingungan disana dengan matanya yang tak berani menatap Gill.
"Ada apa, Lou?" Tanya Gill, "Itu, maksudku, untuk masalah itu, ak--"
Brak
Pintu terbuka sangat kencang dan memperlihatkan Liam dengan wajah paniknya disana, Gill pun yang melihatnya langsung kembali menjatuhkan tubuhnya keatas ranjang.
Mati aku.
Ucap batinnya."Dimana bajingan itu?!" Pekik Liam sambil melihat Louis.
Mati, aku benar-benar mati.
Batin Gill terus meracau."Biar aku yang mengurus Harry, kau urus saja Gill." Jawab Louis namun Liam memandangnya dengan tak yakin.
"Kau tidak mungkin menghajar bajingan itu, kau sahabatnya." Ucap Liam dan Louis pun mendengus kesal.
"Sekali saja percaya padaku, Payno!" Jawabnya dengan kesal dan Liam pun akhirnya mengangguk.
Pada pukul 8 malam pun Liam dan Gill kembali kerumah, sedangkan Louis sudah pergi satu jam lebih dulu.
Gill langsung memasuki kamarnya dan menemui kedua anaknya yang sedang bersama Sophia disana.
Ia melihat kedua putrinya, mereka tertidur sangat pulas dan manis. Sedangkan Sophia sedang menatapnya dengan prihatin.
"Apakah kau ingin berbagi denganku?" Tanya Sophia pelan namun Gill menggelengkan kepalanya.
"Baiklah, aku ada dikamar jika kau membutuhkanku." Ucap sophia sebelum akhirnya ia keluar dari kamar Gill.
Gill masuk kedalam kamar mandi, dan menangis disana. Ia masih tak bisa melupakan kejadian hari ini, dan semua perkataan Harry yang sangat menyakitinya, hatinya tersayat dan terasa sangat perih hingga ia pun tak tau apakah hatinya akan sembuh atau tidak nantinya.
Tangisan dari Emma menginterupsinya, membuatnya menghentikan tangisnya. Ia pun kembali kedalam kamar dan mendekati Emma yang terus menangis disana.
"Kenapa, sayang? Kau lapar?" Tanya Gill namun Emma masih terisak walaupun tangisnya sudah tak sekencang tadi.
*******
"Zayn, kemana Harry? Mengapa ia belum juga pulang?" Tanya Niall kepada Zayn, mereka sedang melawan satu sama lain dalam permainan Taken di Playstation milik Zayn.
"Mati, mungkin." Jawab Zayn asal Niall beberapa kali menoleh kearahnya dengan dahinya yang mengernyit, "Itu dosa, Zayn. Jangan berkata seperti itu." Ucap Niall.
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN US | Harry Styles
FanfictionCOMPLETED ✔ Once in a lifetime It's just right We make no mistakes - Once In a Lifetime STORY WRITTEN BY : GRIZTAA IDEA BY : GRIZTAA COVER BY : GRIZTAA PUBLISH DATE : FEBRUARY 03, 2019