Don't forget to press vote, thank you.
Liam's POV
Aku tengah sibuk memperhatikan Bear yang sedang bermain bersama Emma dan Mila dihalaman rumahku. Harry menitipkan mereka karena ia harus berkunjung kerumah sakit yang mana ayahnya--Des sedang dirawat karena ia baru saja selesai menjalani operasi usus buntu.
Aku tak pernah menyangka jika semua akan berakhir seperti ini, maksudku, tentu semua orang akan kembali pada Tuhan nantinya. Tapi Gill? Ia masih sangat muda, ia bahkan belum merasakan kebahagiaan seutuhnya selama hidup di dunia ini.
Kehidupanku tentu berubah 180 derajat semenjak kepergiannya. Biasanya aku akan menghabiskan 24/7 bersamanya, dan sekarang? Kurasa aku hanya bisa bersama dengan fotonya sekarang, tanpa bisa mengelus surai cokelat miliknya lagi seperti apa yang kulakukan selama ini.
Sejujurnya, aku tak pernah mengetahui jika Gill mendonorkan kedua matanya untuk Harry. Kurasa Zayn dan Louis juga tidak mengetahui itu.
Dihari dimana dokter Sheir membuka perban Harry, aku benar-benar terkejut ketika menatap mata baru Harry yang berwarna biru, sama seperti milik Gill.
Sesaat aku berpikir mungkin itu adalah mata orang lain yang memang mirip dengan milik Gill, namun rasa sesak dihatiku ketika melihat kedua manik mata itu tak bisa dibohongi. Hingga akhirnya Niall menceritakan semuanya kepadaku, Zayn dan juga Louis.
Flashback On
"Niall, aku sudah tak kuat lagi. Bisakah kau panggilkan dokter?" Ucap Gill dengan tertatih, Niall pun yang melihatnya panik dan langsung memanggil dokter Sheir.
Niall hanya menggigit kukunya ketika dokter Sheir sibuk memeriksa keadaan Gill yang sangat terlihat lemah, bahkan untuk bernafas pun ia sulit.
"D-dokter, bolehkah aku meminta sesuatu?" Ucap Gill kepada dokter Sheir.
"Apa? Kau ingin minum?"
"T-tidak, tapi, aku sudah tak kuat lagi menahan ini. Niall, kau satu-satunya yang tau disini, dan tolong jangan beritahu siapapun tentang ini--" Ucapnya tergantung karena ia mulai semakin sulit untuk bernafas.
"A-aku, aku ingin mendonorkan kedua bola mataku untuk Harry, Harry Styles." Ucapnya sambil memejamkan kedua matanya, menahan rasa sakit dan juga tangisan yang ingin meledak.
"Apa-apaan, Gill! Kau kuat, kau harus berjuang!" Ucap Niall tak terima.
"Kau sudah berjanji untuk menuruti apapun permintaanku, dan inilah permintaanku. Kumohon.. Dan jangan beritahukan ini kepada Liam dan yang lainnya, karena mereka akan melarangku." Lirihnya dan sambil menangis, Niall pun menggelengkan kepalanya tak habis pikir.
"Dan satu lagi, kumohon kau ikut menjaga kedua anakku." Pinta Gill lagi dan akhirnya Niall pun menganggukkan kepalanya dengan terpaksa.
Sementara dokter Sheir mengambil surat-surat perjanjian untuk pendonor, Gill kembali menatap Niall yang masih menangis di ujung ruangan.
"Niall, aku titip ini, untuk Harry dan juga untuk Liam." Ucapnya dan Niall pun mendekat kearahnya, menerima dua amplop putih, dan satu kotak kecil beludru hitam.
"Terima kasih kau sudah teramat menyayangi kedua anakku, aku menyayangimu, Niall."
"Jangan ucapkan kata-kata itu. Aku benci kalimat perpisahan." Ancam Niall yang mana justru membuat Gill terkekeh.
Dokter Sheir pun kembali dengan membawa surat persetujuan, Gill pun bertanda tangan dan Niall, ia bertanda tangan sebagai saksi dan keluarga yang menyetujui pendonoran ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN US | Harry Styles
Fiksi PenggemarCOMPLETED ✔ Once in a lifetime It's just right We make no mistakes - Once In a Lifetime STORY WRITTEN BY : GRIZTAA IDEA BY : GRIZTAA COVER BY : GRIZTAA PUBLISH DATE : FEBRUARY 03, 2019