Laki-laki yang membawa Chintya terduduk di depan ruang rawat dengan tatapan kosong, tadi dia sudah menelpon orang tua Chintya dan menyuruhnya datang ke rumah sakit.
"Bagaimana dengan anak saya, dia tidak kenapa-kenapa kan?" Ibu Chintya menghampiri ruang rawat Chintya.
"Dia sedang ditangani oleh dokter." Keluarga Chintya langsung menoleh ke arah sumber suara yaitu laki-laki yang menabrak Chintya. "Maafkan saya, saya yang sudah menabrak dia, tadi saya sedang banyak pikiran." Lanjutnya.
"Tidak apa-apa nak, seenggaknya kamu sudah bertanggung jawab dengan membawa anak Tante ke rumah sakit." Ujar ibu Chintya dengan mengelus kepala laki-laki itu. "Terimakasih." Ucapnya.
"Kamu!" Ayah Chintya datang dan langsung menghampiri laki-laki itu. "Kamu Billy Davidson kan anak dari William Davidson dan Naura Davidson?" Lanjut ayah Chintya.
"Iya." Ucapnya.
Laki-laki yang menabrak Chintya bernama Billy Davidson dan dialah yang akan dijodohkan dengan Chintya.
"Kamu yang akan saya jodohkan dengan anak saya, tuhan lebih cepat mendekatkan kalian. Padahal saya dan orang tua kamu sudah membuat acara pertemuan untuk kamu dengan anak saya." Ayah Chintya menghampiri Billy dan duduk di samping nya.
"Maafkan saya telah membuat anak Anda masuk rumah sakit." Ucap Billy.
"Tidak apa-apa, kamu juga tidak sengaja." Ayah Chintya menepuk bahu Billy.
Billy tersenyum.
"Apakah dia yang akan dijodohkan dengan saya seorang gadis cerewet. Dan mengapa dia terdiam, seperti bukan gadis cerewet yang saya temui. Dia sangat berbeda sekali." Batin Billy."Saya mau bertanya, apakah dia mempunyai trauma dengan kecelakaan?" Billy menatap ayah Chintya.
"Dia memang mempunyai trauma yang sangat mendalam dengan kecelakaan. Waktu kecil dia sedang berjalan-jalan dengan Tante dan om nya, namun mobil yang di kendarai oleh om nya jatuh ke jurang. Om dan Tante nya tidak bisa diselamatkan sedangkan Chintya anak saya selamat namun dia koma dalam waktu satu bulan. Ketika dia terbangun dia mencari om dan Tante nya. Karena om dan Tante nya adalah orang yang paling dekat dengannya selain saya, ibunya dan saudaranya." Ayah Chintya menceritakan trauma Chintya kepadanya.
"Pantas saja, dia pas saya bawa ke rumah sakit dia diam dan tidak berkata apa-apa. Padahal waktu ketemu seminggu yang lalu dia sangat cerewet." Ucap Billy.
"Memangnya kamu sudah berapa kali bertemu dengan anak saya?" Ujar ayah Chintya.
"Dua kali. Waktu di cafe dan sekarang." Ucap Billy.
"Dia memang cerewet anaknya dan sangat periang tetapi dia tidak pernah menyusahkan saya dan dia tidak pernah meminta apapun dari saya dan ibunya, jika dia membutuhkan sesuatu dia selalu mengumpulkan uang sakunya agar dia bisa membeli sesuatu yang dia inginkan. Dia adalah mutiara yang kami punya, kami sangat menyayanginya. Tetapi jika kamu adalah orang yang akan dijodohkan dengannya, saya tidak khawatir lagi. Saya tau kamu baik. Tapi ingat, jaga anak saya dan jika kamu melukai hatinya dan membuatnya kecewa saya tidak segan-segan menghajar mu." Ucap ayah Chintya dengan penuh penekanan.
"Saya akan menjaganya seperti anda menjaga nya. Dan saya akan membahagiakan nya selalu dan tidak akan membuat anda kecewa." Ucap Billy dengan tegas.
"Saya percaya sama kamu." Ujar ayah Chintya. "Dia belum tahu jika kamu adalah tunangannya." Lanjutnya.
"Mungkin dia tidak terima jika dijodohkan dengan saya." Billy tertawa renyah.
"Dia sudah terima perjodohan ini tanpa paksaan dari saya dan ibunya." Ujar ayah Chintya.
"Pasti dia tidak akan menerima perjodohan ini" batin Billy.
Tak lama dokter keluar, keluarga Chintya menghampiri dokter begitupun dengan Billy. Ayah Chintya yang memulai pembicaraan.
"Bagaimana dengan anak saya dok?" Ujar ayah Chintya.
"Anak bapak cuma lecet di bagian kaki dan tangannya, sepertinya dia mempunyai trauma. Jika ingin melihatnya silahkan tapi satu-satu. Karena pasien harus istirahat." Ujar dokter dan setelah itu pergi.
"Saya yang masuk duluan." Ucap ayah Chintya dan setelah itu masuk ke ruangan Chintya. "Assalamualaikum." Lanjutnya.
"Wa'alaikumsalam." Chintya menoleh ke arah sumber suara. "Ayah." Lirihnya.
"Bagaimana keadaanmu nak?" Ayah Chintya mencium kening Chintya.
"Tya baik-baik saja kok ya, ayah jangan sedih ya. Tya cuma lecet-lecet doang, Tya gak mau melihat ayah dan ibu nangis." Chintya mengecup tangan ayahnya.
"Gimana ayah gak sedih, kamu luka-luka begini. Lihat itu luka banyak banget, lain kali kamu hati-hati ayah gak mau kejadian ini terulang lagi." Ayah Chintya mengelus rambut Chintya dan mengecup keningnya.
"Tya baik-baik saja kok ya, ayah udah janji sama Tya gak bakal sedih kan." Chintya memeluk ayahnya dan tersenyum, seperti biasa.
"Ayah tau kamu selalu kuat, kamu tidak pernah mengeluh ayah tau nak. Jika kamu mempunyai masalah cerita kepada ayah. Tya anak ayah, dan ayah selalu sedia mendengar keluh kesah mu nak, nanti kalau kamu sudah menjadi milik orang lain ayah tidak akan pernah mendengar suara cerewet kamu yang cempreng itu." Ayah Chintya tersenyum dan mengelus wajah Chintya.
"Tya selalu cerita sama ayah, kalau Tya punya masalah. Gak pernah Tya gak cerita sama ayah." Chintya memeluknya lagi.
"Iya ayah tau. Yaudah kamu istirahat jangan capek-capek, cepat sembuh ya nak." Chintya mengangguk dan ayah Chintya keluar.
"Bagaimana keadaannya Tya?" Ibu Chintya berhenti menangis dan menghampiri ayahnya.
"Chintya cuma lecet sedikit kok Bu, ibu jangan nangis Chintya gak mau kita nangis." Ucap ayah Chintya.
"Siapa lagi yang mau menjenguk Chintya? Billy kamu mau masuk?" Ujar ayah Chintya.
"Saya nanti saja, biar Tante saja yang masuk." Ujar Billy mempersilahkan ibu Chintya masuk. Ibu Chintya masuk ke ruangan Chintya.
💌💌💌
Maaf ya teman-teman kalau cerita ini kurang menarik, tapi aku bakalan bikin cerita ini menarik dan seru, dan aku bakalan update terus untuk kalian tercinta.Jangan lupa di vote and comment yaa😘
KAMU SEDANG MEMBACA
MY CEO VS QUEEN JOMBLO
Teen FictionTidak pernah terpikirkan oleh Chintya akan dijodohkan dengan seorang CEO, Chintya membayangkannya saja sudah sangat menakutkan, dijodohkan dengan om-om yang pasti simpanannya banyak. Chintya Helderman. Entah mengapa pikiran Billy jadi tidak karuan s...