Tidak pernah terpikirkan oleh Chintya akan dijodohkan dengan seorang CEO, Chintya membayangkannya saja sudah sangat menakutkan, dijodohkan dengan om-om yang pasti simpanannya banyak.
Chintya Helderman.
Entah mengapa pikiran Billy jadi tidak karuan s...
Chintya menghampiri teman-temannya dengan menghentakkan kaki nya. Teman-temannya menatap Chintya.
"Kenapa lu? kambing. Datang-datang muka ditekuk. Abis ngeliat setan lu?" Chintya duduk di sebelah Viola.
"Tadi ada om-om numpahin kopi gue, gue minta ganti rugi sama dia, eh dia kaga mau gantiin kopi gue. Ganteng doang tapi duit gak punya! eh temen om-om itu datang. Gw minta ganti rugi aja sama temen nya" Chintya memanyunkan bibirnya. Mereka semua mengangguk mendengar cerita Chintya.
"Emang gimana kejadiannya?" Putri memajukan wajahnya hingga dekat dengan Chintya.
"Oke gue bakal cerita tapi lu semua jangan ada yang potong pembicaraan gue, kalo ada yang potong gue gak bakal mau lanjut cerita." Chintya menghela nafas.
"Jadi gini. Tadi kan gue lagi pesen kopi buat lu pada, nah pas gue udah selesai bayar. Pas gue balik badan, kopi yang gue bawa tumpah kena kemeja om-om itu. Gue minta ganti rugi tapi dia malah pergi." Chintya menatap teman-temannya yang siap mendengar ceritanya lagi.
"Udah segitu doang? Gak ada lanjutannya? Gak seru ah!" Dea menggebrak meja.
"Emang mau lu apaan bandot!" Chintya menggebrak meja dan melotot kepada Dea.
"Kali aja ada adegan dewasa gitu, pas lu balik badan eh lu jatuh ditangkep deh sama om-om ganteng kan sweet banget." Ucap Dea dengan tertawa.
"Alig lu! Gak lah semurah itu, gak ada yang boleh nyentuh tubuh gue. Amit-amit tubuh gue ditangkap sama om-om pelit gitu. Najis tralala." Chintya mengibaskan tangannya ke atas.
"Terus kalo tuh om-om gak pelit lu mau?" Amel menaikkan sebelah alisnya menunggu jawaban Chintya.
"Gak lah, yakali gue sama om-om." Chintya membuang muka.
"Udah ah, jangan dibahas lagi. Tadi kan lu ngajak kita buat kumpul emang ada apaan?" Elizabeth menarik wajah Chintya.
"Gak ada apa-apaan, gak penting kok." Chintya menundukkan wajah nya kebawah.
"Kalo cewe bilang gak ada apa-apa berarti ada apa-apa." Celoteh Dea.
"Ngomong ape sih lu De?" Viola menoyor kepala Dea.
"Udh kek! Ribut mulu dah. Kita kesini bakal happy-happy, gak dimane-mane selalu ribut! Kesel gue." Putri menggetok kepala Dea dan Viola dengan sendok, dan mereka pun terdiam.
"Maaf ya guys." Dea menyatukan tangannya begitu pun dengan Viola.
"Mending kita pulang aja deh, lagian acara ngopi kita udah ancurr, liat aja tuh yang ngajakin ngopi udah badmood." Mereka menatap Chintya. Chintya tidak menyadari jika kelima temannya sedang membicarakannya. Dea melambaikan tangan ke depan wajah Chintya tetapi Chintya masih tidak menyadarinya.
"WOYY! Bengong aja lu, kesambet baru tau rasa!" Elizabeth mendorong tubuh Chintya hingga hampir jatuh jika Putri tidak menahannya.
"Kenapa dah?" Chintya menatap Elizabeth dengan kesal. Elizabeth memutar bola matanya.
"Lu ya! Udah lah lupakan saja. Mending pulang deh sekarang, lagi pada gak fokus nih sekarang." Elizabeth menghembuskan nafas nya dengan kasar.
"Ayo deh gue juga udah gak mood." Amel berdiri, dan mereka semua mengikuti Amel.
"Kita langsung pulang?" Ucap Putri.
"Kagak!" Dea berdecak.
"Terus kemana?" Ucap Putri.
"Ke liang lahat." Seketika semua temannya tertawa atas ucapannya Dea, sedangkan Putri cemberut.
💌💌💌
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Salam dari Chintya Helderman.
Maaf ya teman-teman kalau cerita ini kurang menarik, tapi aku bakalan bikin cerita ini menarik dan seru, dan aku bakalan update terus untuk kalian tercinta.
