Daddy? (2)

1.4K 69 0
                                    

Perhatikan typo.. 😉😉

Jangan lupa klik bintangnya..😊😊















"Jauhi putraku."





Mendadak langkah Qila terhenti, Qila masih berusaha mencerna bisikan pria itu. Sesaat Qila meninggat kata terkahir yang diucakan.

Putraku?

El...

Papah El...

Berbagai pemikiran negatif mencokol dikepala Qila, pemikiran dimana ayah El akan menjadi penghalang terbesar diantar hubungan mereka. Hingga sebuah tepukan dibahu Qila membuyarkan lamunan Qila.

"Mamah," ucap Qila setelah menolehkan kepalanya.

"Ngapain masih disini hm? Tadi semangat banget keluar lift. Itu kamar El kenapa nggak masuk?" Asya yang baru datang langsung menyerbu Qila dengan banyak pertanyaan.

"Qi..Qila mau bareng mamah..," kilah Qila.

"Qila.. nggak siap nerima kabar El.. Qila takut kalo ternya--"

"Jangan mengsugesti pikiran kamu untuk memikirkan hal buruk. Lebih baik kita masuk."

Setalah memasuki ruang rawat El, Qila melihat Farah tengah manangis sambil menggenggam tangan El yang lemas.

"Bunda.."

"Qila. Kamu sudah dateng sayang?" Farah  mengelap kasar air matanya.

"Bunda kenapa nangis? Apa El..." Qila tak melanjutkan kata-katanya, ia menyamping melihat tubuh El yang hanya terpasang alat bantu pernapasan.

"Operasinya berhasil kan bunda? El nggak papa--"

"Ssstt.. Tenang sayang El baik-baik aja.. dokter bilang operasinya akan dimulai siang ini. Sekitar pukul 2," ucap Farah mengeyahkan pikiran buruk Qila.

"Bukannya seharusnya operasinya tadi malam? Kenapa diundur... dan lagi kenapa bunda nangis.." Mata Qila kembali berkaca-kaca.

"Itu sudah prosedur rumah sakit sayang, El nggak mungkin langsung menjalani operasi pasca perjalanan jauh, setelah ini El akan disterilisasi dulu sebelum operasi." Farah begitu perlahan menjelaskan ke Qila takut-takut Qila salah paham dengan ucapannya.

"Sterilisasi... berarti setelah itu Qila nggak bisa jenguk El?"

"Nikmatilah waktu kamu sebelum El menjalani operasinya nanti." Farah mengusap bahu Qila pelan.

"Lalu kenapa bunda nangis?.."

"Sudah, seorang ibu akan sensitif perasaannya menghadapi situasi seperti ini." Asya menyergah Farah yang ingin menjawab.

"Yaudah mama sama tante Farah keluar dulu, kamu mau ikut?" Asya bertanya pada Qila.

Qila menggeleng pelan sambil mata terruju pada El, "Qila mau jagain sama El.. sebelum El operasi.." ucap Qila tanpa menoleh.

"Yaudah mama keluar dulu."

Asya pun meninggalkan ruangan rawat El diikuti Farah, sementara Qila sudah duduk dikursi samping ranjang El mengajak El ngobrol meski tau El takan menjawabnya.

*******

"Hai El.. Qila dateng lagi buat nemenin kamu.." Qila mengelus punggung tangan El dengan lembut.

"Kamu yang kuat ya.. Qila percaya setelah operasi kamu bakal jadi El yang selalu manis ke Qila, selalu cerewet sama Qila, selalu marah kalo Qila sama cowok lain... El harus percaya kalo Qila disini juga doain El.. supaya operasi El lancar dan El cepet bangun." Qila bangkit dari duduknya dan mengecup pipi El cukup lama.

Qila mendekat ke telinga El dan membisikan sesuatu, "Qila sayang sama El.."

"Qila pinjem tangan El yahh, Qila mau tidur sebentar.."

Qila benar-benar terlelap dengan tangan El yang dijadikan bantalan, Qila berharap setelah bangun ia ingin segera melihat El dihadapannya dengan kondisi sehat. Meskipun terdengar mustahil tapi hanya itu yang Qila harapkan.

Tanpa Qila sadari seorang pria paruh baya menyaksikan kegiatan Qila yang sedari tadi diruang rawat El lewat pintu yang sedikit terbuka, setelah Qila tertidur pria itu pun berjalan menjauh dengan gaya angkuhnya.

*******

"Excusme Mrs.." sang suster menepuk bahu Qila agar bangun.

"Enghh."

"Sayang bangun nak, El akan dipindahkan ke ruang operasi." Asya berucap pada Qila yang masih mengumpulkan nyawanya.

"El.." Mata Qila langsung terbuka sempurna.

Qila langsung bangkit dan menghampiri Asya karena dilihatnya sudah ada dokter dan beberapa suster disana.

"Pasien akan kami pindahkan ke ruang operasi guna menjalani sterilisasi, dan selama proses itu berlangsung pasien tidak bisa dijenguk dulu. Kalian bisa menjenguk setelah proses transplantasi selesai," ucap sang dokter dalam bahasa indonesia.

"Kira-kira proses operasinya akan berjalan berapa lama dok?" tanya Farah.

"Sekitar 8 sampai 10 jam."

"Boleh saya minta waktu sebentar sebelum pasien dipindahkan?" Kali ini Qila yang membuka suara.

"Silahkan." Sang Dokter menanggapi.

Qila berjalan menuju ranjang El, menundukan kepalanya dan membisikan sesuatu. Sesuatu yang Qila yakini akan membangkitkan semangat El untuk segera sadar pasca operasi nanti.

"Jika sudah selesai, saya akan memindahkan pasien."

Setelah mendapat anggukan dari Qila dan Farah para suster pun segera mendorong ranjang El menuju ruang operasi.

*******

Farah, Qila, dan Asya masih setia menunggu El didepan ruang operasi dengan harapan pada diri masing-masing.

Waktu seakan berputar lama sekali, sedari tadi Qila berdiri didepan dinding kaca tersebut berharap operasi akan segera selesai.

Qila melihat jam yang melingkar dipergelangan tangannya ternyata baru menunjukan pukul 5 sore, itu artinya baru 3 jam operasi berlangsung sementara yang dikatakan dokter tadi waktu operasi sampai 10 jam.

Namun sepertinya Qila tak terpengaruh akan hal itu, ia tetap akan menunggu disana, didepan dinding kaca itu sampai operasi selesai dan Qila akan menjadi orang pertama yang akan masuk dan menyambut kesadaran El.

Qila janji. Sesuai perkataannya pada El sebelum El memasuki ruang operasi.

Pokoknya kamu harus bangun lagi dan buka mata kamu.. Qila akan jadi orang pertama yang kamu lihat.

Ya itu sudah jadi janji Qila dan Qila tidak akan mengingkarinya.

Pasti.

Tidak akan.

.
.
.
.
.
.
.

Akhirnya up sesuai janji kemarin hehe

Jangan lupa vomentnya..

Aku akan sering update, sesuai voment kalian..

Semakin banyak vomentnya semakin aku rajin updatenya hehe

Ok, see yaa..

❤❤❤

LaelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang