The Night with Pain

1.5K 61 6
                                    

"Takdir memang selucu itu bisa menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh. Tapi percayalah kita akan kembali bertemu di satu titik, karena lingkaran takdir tidak terputus ditengah jalan.

~Lael~

Don't forget play mulmed.

Kali ini lagunya bener-bener sad. Unloving you by Alex Aiono.

Happy reading

.
.
.

Perhtikan typo 😉😉
Jangan lupa klik bintang ☺☺

Selepas kepergian Qila, El hanya berbaring lemas tanpa gairah. Sekarang sudah pukul 06.00 sore hari. Qila bilang pesawatnya berangkat pukul 08.00 nanti.

Tatapan El hanya terpaku pada vas berisi bunga yang sebelumnya sudah gadisnya ganti dengan bunga yang baru. Bunga Lily yang dipercayai gadisnya memberi arti ketulusan, keabadian.

El masih saha memandang dalam diam hingga ia tak menyadari kalah ada seorang pria yang sudah masuk ke dalam ruangannya dan kini berdiri di samping ranjang El.

"El." Panggilan disertai tepukan di bahu kanan El membuat El seolah terpanggil kembali ke dunia.

"Gimana lo udah mendingan?" El hanya mengangguk pelan sebagai jawaban.

"Yang lain mana?"

"Biasa, pada beli oleh-oleh katanya, termasuk si Vero," jawab Kael jujur.

"Niat gua kesini, ada yang mau gua bahas ... soal Qila." El yang semua tak minat dengan pembicaraan sedang berlangsung berubah menunjukan mimik tertarik.

"Gue tau ini sebenrnya bukan hak gue. Tapi gua rasa lo perlu tau karena ini adalah titik dari masalah kalian, termasuk masalah lo sama bokap lo dan pertunangan lo dengan Alice." Kael sejenak memandang raut wajah El yang mulai berubah tegang.

"Apa?" Hanya kara itu yang terucap dari bibir pucat El.

"Penyakit Qila ..."

*******

Dilain sisi, Qila dan Asya sudah siap dengan koper yang mereka bawa. Mereka sudah melakukan cek out dari hotel yang sebelumnya mereka tempati selama di Singapore dan kini mereka sedang menunggu taksi jemputan mereka datang di loby hotel.

"Nggak ada yang ketinggalan kan?" tanya Farah yang memang ikut membantu Qila dan Asya mengemasi barang-barangnya.

"Nggak kok Bunda," jawab Qila sambil tersenyum manis.

"Kayaknya itu taksinya kalian deh." Farah kembali berujar.

"Yaudah Far, Aku sama Qila pamit dulu. Salam buat El sama teman-temannya," tutur Asya.

"Ya Bun ... Qila pamit, titip salam buat El." Qila berujar sopan sambil mencium punggung tangan Farah.

Sang supir pun turun membantu memasukkan koper ke dalam bagasi sedang Asya dan Qila sudah memasuki taksi yabg dipesannya. Kemudian sang supir masuk menjalankan mobilnya membawa menuju airport sementara Qila membuka sedikit jendela mobil dan melambaikan tangan ke arah Farah.

"Semua akan baik-baik aja kan ma?" tanya Qila dengan ekspresi tak terbaca.

"Pasti," jawab Asya sambil menggenggam tangan Qila.

*******

Saat ini waktu sudah menunjukan pukul 07.20 artinya 40 menit lagi pesawat yang dinaiki Qila akan berangkat. Entah kenapa perasaan Qila cemas sedari tadi karena El tak kunjung membalas pesannya satupun. Ia takut terjadi apa-apa dengan El.

LaelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang