40|Pelik

45 5 2
                                    



Alunan lagu dari Wendy-goodbye itu membawa Eunbi dalam keadaan lebih buruk, kali ini hati nya seperti terhantam derita hebat, meski selalu bersikeras untuk bertahan hanya dengan alasan -karena aku menyayanginya- tapi kali ini semua itu tidak berguna.

Berhenti adalah salah satu pilihannya.

Sejenak Eunbi menarik napas panjangnya sebelum ia terisak lagi dalam rasa pilu yang menyakitkan, kenyataan nya Daehan benar-benar sudah jauh dari nya, dia sudah tidak di kapal yang sama bersamanya.

Salahkan saja mulut jahanam si Arga yang tadi dengan heboh nya menelpon Eunbi di malam hari sebelum Eunbi tertidur dan malah membuat Eunbi menangisi nama Daehan sekali lagi.

Ya, Arga!

"Bi, lo lagi sama Daehan?"

Eunbi ngegeleng, padahal di pastikan Arga gak akan liat itu.

"Daehan sama cewek di cafe, bukan lo yah?"

Sumpah, kalau membunuh manusia tidak berdosa, izinkan sekali saja Eunbi membunuh manusia bernama Arga ini!

Sudah tau cewek yang di lihat Arga bukan dirinya kenapa dia harus bertanya?

Pokonya salah kan Arga yang mulutnya kian hari kian jahanam, sampai telpon terputus karna teriakan Bianka untuk tidak memberi tahu Eunbi.

Sialnya Arga sudah bicara.

Dan berakhir dengan pikiran-pikiran liar yang membuat Eunbi akhirnya menjatuhkan air matanya lagi untuk seorang Daehan Antares Lalintang.

Bagaimana bisa?
Bahkan belum terhitung satu hari tapi Daehan mampu mengosongkan hati nya secepat itu dan menggantikan Eunbi?

Daehan, brengsek?

Jika benar, memang iya Daehan brengsek!

Eunbi ngusap pipinya yang basah, dia menatap boneka ikan paus yang basah karna ulah air matanya yang ngalir deras, "Maaf lo basah lagi, salahin aja Daehan, dia ngebuat gue nangis selama ini," adu Eunbi.

"Gue buang lo aja apayah?" tanya nya, percuma sih gak akan ada yang jawab.

"Buang aja kali yah," pikir Eunbi, tapi detik berikutnya dia menggeleng lalu memeluk lagi bonekanya, "Gak! Gue benci Daehan, tapi gak mau lo pergi."

Alay nih cewek kalau lagi galau.

.
.
.

Pagi harinya, mata Eunbi rapet, susah kebuka gitu kaya di tempelin lem. Enggak sih, cuma ya dia kelamaan nangis jadi ya gitu deh, kalian ngerasain juga kali Ah.

Udah jadi mata panda?

Lebih dari mata panda. Ini mah udah bengkak, merah, sama item tuh nyatu aja gitu. Pokonya pagi ini Eunbi sama sekali gak cantik.

"Lo mau sekolah gak sih?!" teriak Sean di luar pintu kamar Eunbi.

Pagi-pagi udah teriak aja nih si Sean, dia kesel kakak nya gak keluar-keluar kamar udah mau telat sekolah padahal.

"Kak," ini yang manggil Lean, lembut banget dia mah gak urakan.

"Gue gak mau sekolah," teriak Eunbi dari dalam.

"Kenapa sih, tiap marahan sama si tiang lo gak mau sekolah," geram Sean.

"Kak, lo mau ujian jangan sering ngebolos. Kalau cuma karna cowok macem badak mah move on aja," petuah ala Lean.

"Bodo ah, gue pokonya gak mau sekolah, lagian gue gak sekolah bukan karna si caplang." masih dalam mode teriak-teriakan.

Ini mereka ngehina Daehan terus-terusan secara tidak langsung.

Sean menghembuskan napas kasar, batu banget punya kakak satu. Jadi dia berniat mau ngedobrak pintu kamar nya Eunbi, biarin aja, palingan patah.

Brak!

Kan, ke buka, meski gak patah.

"Anjer!" kaget Sean.

Lean? Dia tutup mulutnya sendiri yang reflek nga-nga.

Ya gimana gak soak gitu yah, liat muka Eunbi kaya gak ke urus lima bulan, rambut gak kenal salon, sama baju yang ah entahlah dia pake apaan.

"Pantesan kak Daehan ngelirik cewek lain," sindir Sean.

Dug!

"Anjir kak, sakit," eluh nya.

Ya rasakan aja, itu kotak lotion badan kena kepala.

"Bukan kakak gue ini mah fix, tinggalin aja." Lean ngegeleng pelan kepalanya narik pelan tangan Sean dan langsung jalan ke luar kamar Eunbi.

Sial,

Sekacau itukah Hanabi karna Daehan doang?






Di tempat lain, Daehan lagi kalang kabut sendiri sehabis liat Sean sama Lean yang keluar mobil tanpa Eunbi, pas di tanya itu dua anak malah diem aja pada gak mau jawab.

Ikutan marah kali yah.

"Han, gak akan masuk kelas?" tanya Kanaya.

Daehan ngegeleng pelan, "Lo duluan aja, gue ada urusan."

"Urusan apa sih?" Kanaya nanya masih dengan nada lembut.

"Ada, lo duluan aja," saut Daehan lagi. Dia lagi mau nyari Arga atau gak Bianka deh sama Hana mereka pasti tau Eunbi kemana.

Tapi ini Kanaya gak mau nurutin apa kata Daehan, "Gue ikut lo aja," ujar nya.

"Gak usah lo ke kelas aja, ini bukan urusan lo, jadi lo gak perlu ikut campur," suruh Daehan sedikit membentak.

Kanaya nampakin wajah kecewannya, baru kali ini nada bicara Daehan se sinis itu.

"Pasti soal Eunbi kan? Ngerepotin banget kan dia." Daehan natap Kanaya dengan mata tajam nya.

Walau nyatanya Kanaya selalu minta ini itu, nemenin kesana kesini, Daehan masih nurutin dia selama itu gak menyangkut Eunbi. Kali ini Kanaya lupa batasannya.

Masa bodo, Kanaya juga punya hati, hati yang sayangnya juga sudah jatuh cinta pada pesona seorang Daehan, kali ini mungkin dia punya kesempatan, status Daehan dan Eunbi tak terikat seperti sebelumnya dan Kanaya berhak masuk bukan, jika hati Daehan kosong?

Tapi nyatanya, hati Daehan tak sekosong keliatannya. Masih tersimpan nama Hanabi di sana, seperti ucapannya mutlak saat bicara pada Ken, bahwa Daehan hanya ingin Eunbi bukan yang lain.

"Han, gue--"

"Lo mendingan ke kelas aja deh," ucapan itu jadi akhir dari percakapan mereka. Daehan tidak lagi bicara dia langsung lari entah kemana.
.
.
.

Seperti sebuah bom yang hanya mengarah pada nya, Daehan tak sekalipun mendapat informasi tentang Eunbi, chat bahkan telpon selalu terabaikan, dan sekarang teman-teman Eunbi kompak tak memberi tahu ke mana Eunbi, padahal kenyataannya masih biasa, Eunbi hanya tidak masuk sekolah saja tapi Daehan sepanik ini.

"Han, Eunbi kemana sih? Dia sakit?" tanya Daehan untuk ke sekian kali nya.

Hana sebenernya gak tahan pengen banget nih ngebacotin Daehan yang gak lelah gitu nanyain dia, tapi Hana dengan segala keteguhannya gak mau buka mulut apalagi ngasih tau Eunbi kemana atau kenapa biarin aja Daehan kepikiran.

"Bian lo pasti tau kan, Eunbi sakit? Kenapa dia gak sekolah?" tanya Daehan, kini matanya memohon.

"Lo berisik tau gak, pergi sana sama tempelan prangko lo si Kanaya," saut Arga. Dia kebawa kesel gitu liat pacar nya di ikutin terus Daehan. Risih banget.

"Gue mohon Ga, gue udah pusing nyari cara biar Eunbi maafin gue," Sautnya terlihat prustasi.

Arga muter bola matanya, "Ya itu mah salah lo nya, mau-mau aja jadi bucin si Kanaya, ngartis sih boleh tapi jangan jadi perusak hubungan orang dong."

Arga sengaja ngerasin nada bicaranya pas tau Kanaya ngelangkah mau nyamperin Daehan. Terserah itu anak abis ini mau ngapain yang penting laksana bikin dia sadar diri.

"Daehan," panggil Kanaya, suaranya terdengar bergetar.

Daehan otomatis nengok karna terpanggil, "Gue suka sama lo."

Pelik ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang