50|Pelik

42 7 0
                                    


Takdir.

Kata itu tidak bisa dirubah semau kita, bagaimanapun semuanya sudah di tulis dalam skenario oleh sang pencipta rasa, seperti sekarang, mungkin tuhan memang menakdirkan dua manusia yang saling melupakan bertemu kembali.






"Jadi kapan mulai pemotretannya?" tanya cowok bak tiang yang semakin menawan.

Eunbi mendengus kesal, sumpah ingin sekali ia merobek dada kirinya mengikat jantungnya agar bisa diam.

"Hari ini setelah makan siang,"

Bukan Eunbi yang menjawab melainkan Bianka, dari tadi mulut Eunbi tidak pernah mengeluarkan satu katapun, mendadak seluruh sendi nya melemah termasuk bibirnya yang mendadak kelu.

Daehan melirik Eunbi, matanya merotasi jengah. Tidakah gadis bodoh itu merindukannya?

Kalau bukan terikat pekerjaan, Daehan tidak mungkin bisa bertemu dengan Eunbi, karna bagaimanapun gadis itu masih menghindarinya.

Dia akan sangat berterima kasih pada Bianka yang dengan cepat menghubunginya jika Eunbi sedang memerlukan model, Daehan bahkan membatalkan beberapa kontrak dengan yang lain hanya demi bisa bertemu Eunbi.

"Bian, bisa tinggalin kita berdua dulu, gue mau ngomong sama dia," ujar Daehan. Jelas Eunbi yang denger langsung melotot kaget, bertiga di ruangan yang sama aja Eunbi udah gak bisa ngapa-ngapain, apalagi berdua doang.

Bianka, dia senyum ngeledek gitu. Terus pergi.

Daehan, yang awalnya duduk bersebrangan jadi pindah di samping Eunbi.

Serius, Jantung Eunbi lagi gak dalam keadaan normal cuma karna liat manusia ini setelah waktu yang lama.

Dalam jarak ke pisah bantal sofa yang sengaja Eunbi simpen di samping badannya.

Daehan terkekeh, gadis nya masih menggemaskan.

"Lo gak kangen gue bee," sautnya, suara Daehan seakan membius pendengaran Eunbi buat jadi natap dia.

"Gak,"

Daehan menarik ujung bibirnya, tanpa sadar dia ngelirik tangan Eunbi, dua jari itu bertaut, seperti kebiasaannya tak pernah hilang.

"Lo gak jago bohong," ujar Daehan.

Sekali lagi Eunbi natap Daehan gak suka, berasa di permainkan aja nih dia.

"Gue gak ada waktu buat ngomong sama lo, kita sekarang cuma patner kerja, jadi minggir," ketus Eunbi.

Dia baru mau berdiri, tapi tangannya di cekal Daehan, Eunbi mencoba melawan tapi Daehan bukannya melepaskan dia mempererat genggamannya.

"Bee, perasaan gue masih sama," tulus. Ucapan itu selalu tulus jika Eunbi natap tepat di dua mata elang milik Daehan.

Eunbi membasahi bibir bawahnya, Daehan masih mampu membuat nya luluh hanya dengan menatapnya sedalam ini.

Perasaan?

Jika tanya Eunbi, Eunbi juga bakal jawab hal yang sama. Tapi entah apa lagi yang Eunbi tunggu, keraguan apalagi yang bikin dia nolak Daehan, sebenernya gak ada!

"Gue minta maaf karna dulu ngelepas lo berkali-kali, ninggalin lo, gak ngejagain lo dari bullyan, gue nyesel bee," suara penyesalan Daehan menggema di kepala Eunbi, ada rasa bersalah juga ngebiarin Daehan menyimpan sesalnya sendiri.

Eunbi luluh dia gak bisa juga ngubur perasaannya sedalam apapun, jika perasaannya bahkan terus tumbuh ke atas.

Tapi, benarkah?

Pelik ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang