(10) Putus?

1.2K 47 0
                                    

Jangan membuat ku marah karena aku tak ingin kau kena imbasnya

_________________________________________

Hari telah berganti pagi. Kini matahari telah menyinari bumi, tanpa beban kini Icha melangkah mengintari salah satu tempat di bumi ini. Ia pergi sepagi ini hanya ingin menghirup udara pagi yang menenangkan hati, tentu tanpa Abram.

Langkah Icha terhenti ketika dia sampai di depan kelas nya. Icha duduk di bangku nya menjadikan tangan nya sebagai bantal. Perlahan Icha memejamkan mata nya.

Suara langkah seseorang terdengar memasuki kelas XI IPA 1. Namun Icha enggan membuka mata hingga sebuah tangan mengusap lembut rambut nya membuat nya melihat siapa yang berbuat itu.

"Abram?" ucap Icha.

"Kenapa? Kenapa gak bareng?" tanya Abram dengan lembut. Meski hati nya sangat kecewa, marah, dan kesal.

"Lagi pengen sendiri aja," jawab Icha.

"Jangan mencoba menghindar Cha! Sehari tanpa jemput kamu atau gak ngelakuin kebiasaan sama kamu rasa nya hampa!" ucap Abram kembali mengusap rambut Icha lembut. Icha sadar ia salah, tetapi yakinlah ia pun butuh kebebasan. Ingin rasanya ia mengakhiri semua ini. Icha belum bisa menerima semaunya.

Andai di sisi nya ini bukan Icha sudah botak ni makhluk karena rasa kecewa yang Abram rasakan.

"Maaf," cicit Icha seraya menunduk.

"Gapapa." Abram menarik dagu Icha agar Icha tak  lagi menunduk, "Udah makan?" tanya Abram.

"Udah kok," jawab Icha jujur.

Icha kembali diam dan Abram pun sama. Mereka sama-sama diam. Haruskah Icha mengakhiri semua? Apa Icha tak akan kecewa nantinya?

"Bram?"

"Apa sayang???" Ucap Abram.

"Kalau gue minta putus gimana?" batin Icha.

Sepertinya Icha tak tega melakukan itu. Ia tak siap jika harus melihat wajah kecewa Abram.

"Duduk sana ke bangku sendiri! Aku mau tidur," ucap Icha.

Icha langsung saja menepis pikirannya tadi dan menyuruh Abram duduk. Ia takut jika ia yang akan menyesal dengan keputusannya kali ini.

"Ngusir pacar sendiri cerita nya?" goda Abram.

"Alay ih," cibir Icha terkekeh geli dengan ucapan Abram yang tergolong alay dan juga bukan Abram banget.

"Yaudah belajar yang bener My Queen," ucap Abram seraya mengusap pipi Icha. Abram jadi inget pipi ini sudah jadi korban bibir mesum nya. Astagfirullah mohon jangan di tiru.

Icha hanya tersenyum dan mengangguk. Setelah itu Abram duduk di bangkunya.

***

Kini kelas yang sedari tadi sepi berubah drastis menjadi seperti pasar malam ricuh.

"Jalan-jalan ke kebon dukuh
Jangan lupa beli dukuh
Aduh Eneng di pojokan situh
Sini dong jangan jauh-jauh."

"Huuuuu."

"Eneng Icha nya denger Akang Excel gak nih?" goda Excel membuat Icha tersenyum kikuk. Sedangkan Abram menatap tajam pada sahabat sengkleknya.

"Satu lagi nih."

Semua murid kelas XI IPA 1 antusias akan hal itu. Sungguh Excel adalah hiburan tersendiri bagi mereka.

The Secret Of Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang