(45) Lamaran (End)

1.3K 40 0
                                    

Akhirnya aku tahu..
Bahwa kau adalah takdirku..

_________________________________________


"Ekhem." Deheman Satria membuat Icha sadar dan mengedarkan pandangannya gugup sedangkan Abram hanya tersenyum geli.

"Langsung saja Pak Satria. Saya dan keluarga saya datang kemari memiliki itikad baik dan tujuan untuk membicarakan soal ta'aruf anak kita." Ucap Abraha memulai pembicaraan. Abraha menyenggol lengan Abram pertanda bahwa kini giliran Abram yang harus bicara.

Abram berdehem untuk menghilangkan kegugupannya. "Jika diperkenankan saya berniat untuk mengkhitbah Saikha hari ini Om."

Ucapan Abram barusan membuat Icha melirik kembali kearah Abram. Lelaki itu menampilkan senyumnya. Ucapan Abram pula yang membuat darah Icha berdesir merinding.

"Semua saya serahkan pada Saikha sendiri karena ia yang akan menjalankan semuanya Pak." Jawab Satria.

"Lalu apa jawaban kamu Nak?" Kini Abraha mengalihkan pandangannya pada Icha. Semua itu membuat Icha gugup. Ingin sekali bibirnya berkata "iya" namun semuanya sekan-akan terkunci ditambah Icha ragu pada Abram.

"InsyaAllah Icha bersedia." Jawab Icha sambil menatap Satria dan Satria membalasnya dengan senyuman sayangnya.

"Icha bego! Lo apaansi  terima lamaran si Abram. Dia tuh udah punya anak Icha. Sadar woy. Sadar." Batin Icha.

"Alhamdulillah." Ucap semua yang berada di tempat itu terkecuali Icha yang masih berusaha menghilangkan rasa gugupnya.

"Om saya ingin acara pernikahan dilaksanakan pada tanggal yang sama ketika saya pertama kali bertemu Icha. 18 juli. Tepat dimana saya masuk SMA." Kata Abram membuat semua orang terkejut terlebih Icha.

"Om saya serius dengan Icha. Om boleh anggap saya terlalu cepat atau apa, tapi yakinlah Om saya sangat menyayangi Icha. Saya ingin segera memeliki Icha sepenuh nya, menjaga Icha sepenuhnya. Saya tidak ingin melakukan kesalahan lagi dengan membuat Icha menunggu lagi. Cukup dulu meninggalkan Icha dengan janji yang membuat Icha menunggu. Ini saatnya saya menepati janji saya pada orang yang sangat saya sayangi. Sudah cukup saya jauh dari Icha selama tujuh tahun ini." Jelas Abram.

Icha ingin sekali rasa nya ia menangis saat ini juga. Namun ia terlalu gengsi akan hal itu.

"Abram?" Kata Abraha sambil menatap anaknya dengan tatapan bingunh dan memperingati menjadi satu.

"Tidak apa Pak. Jika memang Abram sudah mantap akan hal ini saya setuju. Toh niat baik tidak bagus ditunda-tunda." Kata Satria. Ia sangat mengerti perasaan Icha dan Abram terlebih Icha yang selalu menunggu Abram, dan ini saat nya maka jangan pernah ia sia-siakan.

"Permasalahannya disini waktu terlalu mepet Pak." Kata Abraha.

"Pah Abram pengen langsung nikah aja gak usah ada acara tunangan atau apalah. Bukan nya Abram gak mau keluar biaya lebih, tapi Abram gak mau ngundur-ngundur acara ini lagi Pah. Udah cukup Abram tinggal di Inggris tujuh tahun yang buat Abram jauh dari Icha." Kata Abram berusaha meyakinkan papahnya.

Dan pada akhirnya Abraha hanya pasrah. Sedangkan Bella -Mamah Abram- dan Rika -Bunda Icha- tersenyum bahagia, Sakhir hanya menyimak saja dan Icha diam membisu. Bukan apa-apa ia masih tak percaya akan hal ini. Ia rasa baru kemarin ia bertemu Abran dengan seorang anak dan perempuan yang Icha yakini itu anak Abram dan istrinya.

"Boleh saya mengajak Icha keluar Om?" Kata Abram.

"Silahkan." Jawab Satria.

"Kak bengong terus. Cepet calon imam mau ngajak keluar." Kata Sakhir sambil menyenggol lengan Icha.

The Secret Of Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang