(11) Ngapel:v

1K 43 0
                                    

Saat tersulit dalam persahabatan adalah ketika mereka menyukai
orang yang sama.
-Gennifer-

_________________________________________

"ANJAAAAAY!! MATA GUE UDAH GAK PERAWAN LAGI!" teriak Sakhir seraya menutup mata nya.

Icha dan Abram reflek melepas pelukan nya. Kemudian mengalihkan pandangannya pada sumber suara.

"Ganggu bege!" ucap Abram.

Namun Icha sangat malu. Ia yakin setelah ini Sakhir akan menceritakan semua nya pada Bunda.

"Ya Ampun, kenapa makhluk astral yang satu ini muncul pas gue lagi kaya gini! Gue ngerasa jadi kaya orang kepergok maling ikan asin di rumah sendiri! Kan gak lucu," batin Icha.

"Wah! Wah! Ichaa lo udah gede sekarang tapi, maaf tinggi lo masih di bawah gue! Gue aduin Bunda ah.." ucap Sakhir dan segera berlari memasuki rumah nya.

"Alah Mak! Gawat nih gue!" ucap Icha seraya menepuk jidat nya pasrah.

"Sans aja kali Cha," ucap Abram seraya mengelus rambut Icha guna memberi ketenangan pada Icha.

"Gue masuk dulu bye!" ucap Icha dan segera memasuki rumah nya. Ia harus menghentikan niat busuk sang adik jika terjadi bisa berabe dirinya.

Abram hanya tersenyum sambil menggeleng-geleng kepala nya akibat ulah pacar nya itu yang amat menggemaskan di mata nya.

Kini Icha sudah memasuki rumah nya, ia sangat was-was. Pandangan nya mengintari semua ruangan rumah nya namun sepi. Kemana mereka semua? Bukan nya Sakhir tadi baru memasuki rumah nya.

"Assalammualikum Bunda Icha pulang," ucap Icha.

"Waalaikumsalam sayang," ucap Bunda nya yang baru saja keluar kamar mandi.

Icha bisa bernafas lega karena ia yakin Sakhir belum menceritakan semua nya liat saja Bunda nya pun baru keluar dari kamar mandi.

"Kenapa sayang? Kok ngelamun?" tanya Bunda nya yang berhasil mengembalikan kesadaran Icha.

"Ah eng..enggak kok Bun. Icha masuk kamar ya," ucap Icha seraya melenggang pergi menuju kamarnya.

***

Berbeda dengan Icha yang sudah bersantai di kasur empuk nya. Kini Abram memasuki kawasan yang bisa di bilang taman namun ini bukan taman umum seperti umum nya. Tempat ini sangat sepi hanya ada ring basket dan satu buah rumah kayu yang sengaja dia bangun sendiri dan kini ia akan menghias nya.

"Oke Bram! Demi Icha. Kita mulai sekarang."

Kini Abram mulai menata dua  kursi dan satu meja yang di letakkan di depan kursi tersebut.

Lalu ia menata poto-poto Icha yang sudah ia cetak di bagian dinding-dinding rumah pohon itu.

"Cantik!" batin Abram seraya tersenyum memandang wajah Icha di balik poto yang ia pegang.

Kini ia beralih pada dinding paling belakang ia sudah menyiapkan konsep nya. Sekarang ia mulai memahat bagian dinding-dinding tersebut dengan alat pahat dan setelah beberapa menit sibuk dengan alat pahat nya kini ia bisa tersenyum melihat karya nya yang bertuliskan.

The Secret Of Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang