Kita tidak pernah tau, bagaimana takdir ini mempermainkan kita.
Kita tidak pernah tau, apa yang terjadi jika kita melakukan ini, apa yang terjadi jika kita melakukan itu.
Sama seperti pelangi atau fatamorgana, keindahan itu jarang terjadi. Sekalipun ada, harus ada hujan terlebih dahulu. Yang sama halnya seperti jurang yang harus kau lompati untuk sampai ke pegunungan asri. Ujung-ujungnya terserah padamu. Ingin menyerah atau terus melewatinya.
Tidak ada yang tau bagiamana ruang dan waktu mengubah segalanya. Menjadi suatu kejadian di luar nalar. Tentang keterpurukan yang tiba-tiba saja menjadi kebahagiaan. Tentang kenangan pahit yang mendadak hilang.
Bagai daun kering yang jatuh ke telapak tangan, telapak tangan pun bisa gugur. Tergulai tak berdaya di tengah jalan raya dengan cucuran darah.
Bagai air dingin yang mengalir melalui bibir, bibir pun bisa membeku. Tak bisa menarik ke dua ujungnya lagi membentuk senyuman manis.
Tidak ada yang tau kapan semua itu sudah direncakan untuk terjadi.
Pemilik aura biru kelabu itu terkapar tak berdaya.
Yang selanjutnya, tidak tau garis takdir apa yang sudah tercatat di telapak tangannya.
Di mana waktu tetap berlanjut. Musim gugur berganti menjadi musim dingin. Jalanan yang dikelilingi pohon ceri tak lagi dikotori dedaunan kering melainkan bongkahan es. Notes yang menempel di dinding permintaan pun sudah berubah dan bertambah.
Dan selembar stick notes milik Yerin masih menempel di sana.
✨✨✨
Di balik mata yang baru saja terbuka. Samar-samar seorang wanita terlihat.
"Kamu udah sadar?" Suara wanita itu pun masih sulit untuk didengar. "Dok! Dok! Dia udah sadar, Dok!"
Semakin lama, pandangan pun semakin menjelas. Pemilik mata itu mulai bisa mengerakkan jari telunjuknya.
Seorang dokter datang bersama wanita tadi dan memeriksa si pasien.
"Bagaimana, Dok?" tanya wanita itu.
"Keadaannya membaik."
"Ah, syukurlah." Wanita itu melirik ke arah pasien. "Eunha, bagaimana perasaanmu? Ada yang sakit?"
Pasien yang memiliki alat lengkap rumah sakit di seluruh tubuhnya itu tak menjawab. Bagaimana ia bisa saat lehernya, mulutnya, tangannya, tak bisa ia gerakkan?
"Eunha harus istirahat. Kita bisa melihat perkembangannya sekitar dua jam lagi. Jadi tolong biarkan dia istirahat terlebih dahulu," ujar dokter tersebut.
"Ba-baik, Dok. Eun, eomma keluar ya. Kamu istirahat yang benar supaya lekas sembuh."
Lalu wanita dan dokter itu pun meninggalkan Eunha sendirian.
Lima belas menit kemudian, di luar ruangan, suara sepatu yang menderu cepat semakin jelas terdengar. Hingga tepat di depan ruang 401, ia berhenti. Seorang namja dengan earphone melingkar di lehernya menyesuaikan napasnya yang tersengal di hadapan wanita paruh baya yang masuk ke dalam ruangan Eunha tadi.
"Apa benar ... Eunha sudah sadar, ahjumma?" tanyanya sekali lagi.
"Iya, Jungkook. Eunha sudah sadar. Tadi baru saja diperiksa sama dokter. Terus disuruh istirahat selama dua jam. Tunggu sebentar lagi dan kamu bisa lihat Eunha sadar setelah dua bulan ini."
"Syukurlah." Namja itu memeluk wanita yang diyakini adalah eomma-nya Eunha. "Jungkook sangat menanti hari ini, ahjumma."
"Ne, ahjumma juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
AMNESIA [✓]
FanfictionAda apa di balik amnesia? Apa pun bisa terjadi. Contohnya jiwa yang tertukar seperti yang dialami oleh Eunha dan Yerin. Eunha siuman setelah koma selama dua bulan dengan keadaan amnesia. Tetapi ternyata dia bukanlah Eunha yang sesungguhnya. Tubuh Eu...