17. Jalanan Luka Lama.

538 108 6
                                    

"Apa yang sebenarnya terjadi padamu?"

Tadi, Eunha mengajak Taehyung untuk berbicara empat mata dengannya. Di sinilah mereka, di ujung taman sekolahnya. Mata Eunha bengkak, hidung hingga ke pangkal hidung Eunha memerah. Hampir semalaman dia menangis.

"Apa yang kau bicarakan?" Taehyung belum tau ke arah mana sebenarnya pembicaraan ini.

"Kamu punya masalah dengan keluargamu, kan?!" Eunha bertanya hampir menjerit saking kesalnya.

Jadi, Taehyung menyembunyikannya selama ini.

"Aku tidak mengerti. Kau bicara apa?"

"Jangan sembunyikan lagi! Kamu selalu dipukuli sama appa kamu karena eomma-mu kabur. Eonnie kamu selalu jadi bahan pelampiasan amarah appa kamu tapi kamu selalu melindunginya sampai-sampai kamu yang kena. Iya, kan?"

Taehyung masih diam tak bergeming.

"Kenapa selama ini keluarga kamu tampak baik-baik saja di depan media? Kamu bilang eomma-mu meninggal. Kenapa kamu menyembunyikan ini semua?"

Sebenarnya semalam, Eunha melanjutkan bacaannya lagi. Dia begitu penasaran apa yang terjadi pada Taehyung. Dan kini Eunha mengerti maksud Yuju. Maksud Yuju yang mengatakan ada yang ingin Yerin sampaikan.

🍁🍁🍁

Bukan tentang patah hati atau rindu yang menyesakkan yang menjadi inti kesedihan Yerin malam ini. Tapi karena pemandangan di depannya. Pemandangan yang membuat Yerin mengepalkan ke dua tangannya.

Dia terpaku di sana, di perkarangan rumah Taehyung, setelah mengikuti pria itu diam-diam.

Taehyung baru saja pulang dan mendapati ayahnya memukuli kakak perempuannya. Pria paruh baya itu menjambak rambut perempuan yang tersungkur di halaman rumah sambil membentakinya. Dengan langkah seribu Taehyung menghampiri sang kakak dan langsung melindunginya, memeluknya penuh ketakutan.

"Lepaskan dia, Taehyung! Dia selalu membela ibumu! Dan setiap orang yang membela wanita murahan itu bukanlah keluargaku!!"

Yerin terhenyak mendengar teriakan itu. Apa orang sekitar sini tidak mendengarnya? Oh, tidak ternyata. Karena rumah Taehyung hanya satu-satunya rumah yang dikelilingi bukit-bukit kecil yang luas.

"Dia tidak salah, Appa!! Dia membela eomma karena dia benar!!" Taehyung ikut membela ayahnya.

"Jadi menurutmu appa yang salah?! Apa sekarang kau sudah kurang ajar seperti mereka?!"

"Iya! Aku tidak mau membelamu lagi!!"

"Sialan, kau!!" Pria paruh baya itu menarik Taehyung lalu memukulinya secara bertubi-tubi, menendangi perut Taehyung secara brutal. "Selama ini aku berusaha melindungimu! Lihat saja nanti, kau akan menyesali pilihanmu, Kim Taehyung!!"

Yerin memekik tapi segera ia menutup mulutnya, dia tidak boleh ketauan. Yerin berbalik, bersandar pada tembok besar di samping pagar rumah. Dia menangis di sana seolah ikut merasakan sakit yang dirasakan Taehyung.

"Dasar anak tidak tau diri!!"

Bugh!

Duak!

Brugh!

Suara pukulan itu masih terdengar. Bodohnya Yerin dia masih belum beranjak dari tempatnya. Justru ia terjatuh, berjongkok dan terus menangis dengan tangan yang menutup mulutnya kuat-kuat.

Setelah beberapa lama, kurang lebih setelah napas-napas terakhir Taehyung, ayahnya akhirnya meninggalkan dua insan itu di sana. Taehyung merangkak, meraih tubuh sang kakak lalu mendekapnya dari belakang. Mereka menangis bersama.

"Mianhae ...." ucapnya serak.

***

Yerin pulang ke rumahnya, berlari menghempas tubuhnya ke tempat tidur. Selama ini dia merasa hidupnya sudah terlalu berat tapi setelah melihat Taehyung tadi dia merasa hidupnya bukan apa-apa.

Lalu Yerin mengambil buku hariannya, dengan tersedu dia menulis sambil tidur telungkup.

27 Februari 2018.

Tolong dia! Tolong Taehyung! Aku tidak bisa menolongnya! Jadi siapa pun tolong Taehyung!

Tolong dia! Tolong ....

"Huaaa!!!" Tangis Yerin pecah. Dia menangis sambil menenggelamkan wajahnya ke bantal. Yerin memukul-mukul kasurnya. Kenapa dia diam saja? Kenala dia tidak lari dan melindungi Taehyung dari pria brengsek tadi? Kenapa dia tidak bisa melakukan apa pun?

Lalu malam itu adalah malam yang paling Yerin sesali. Dia menyesal karena mengikuti Taehyung diam-diam.

🍁🍁🍁

"Tuan Kim adalah pimpinan. Aku tau pilihannya untuk menyembunyikan masalah keluarganya di depan media adalah pilihan yang tepat. Tapi kamu .... Kami adalah teman-temanmu, Tae. Kenapa kamu menyembunyikannya dari kami juga?" Eunha lagi-lagi bertanya pertanyaan yang tak jua dijawab Taehyung. Pria itu hanya diam tanpa sepatah kata pun.

Sampai beberapa detik dalam hening barulah Taehyung berkata, "sebentar lagi jam ujian dimulai. Kembalilah ke kelasmu."

"AKU TIDAK MAU!! JELASKAN LEBIH DULU BARU AKU PERGI---"

"AKU TIDAK APA-APA!" Taehyung berdecih. Dia tersenyum sungging. "Aku baik-baik saja! Aku bisa lalui ini sendiri. Kenapa kau harus ikut campur?"

"Aku juga temanmu---"

"Kau bukan temanku! Sudah berapa kali aku katakan padamu! Kau tidak penting untuk mengetahui semuanya!"

Eunha mendengus sarkas. Apa yang barusan ia dengar? Taehyung sungguh berkepala batu.

"Jangan jadi sok kuat untuk bertahan sendiri, Tae," ucap Eunha lalu pergi meninggalkan Taehyung seorang diri.

"Jangan jadi sok kuat untuk bertahan sendiri, Tae. Kamu tidak hidup sendirian di dunia. Pikirkan sekelilingmu yang kecewa saat kamu tidak mengandalkan mereka ketika kamu butuh. Kamu masih punya teman yang peduli, jadi jangan sia-siakan sebelum kamu menyesal nantinya."

Bagus. Taehyung semakin benci saat suara itu kembali terngiang di kepalanya. Suara yang sangat ia rindukan sosoknya saat ini.

Oh, bayangkan betapa butuhnya Taehyung akan sosok Yerin sekarang.

❄❄❄

Eunha menghapus air matanya saat melihat Jungkook datang. Walau pun begitu Jungkook pasti tau kalau Eunha sedang menangis. Pria itu langsung bergegas mendekati Eunha dan menanyai kabar gadisnya--ah! Pantaskah Jungkook menyebutkan kata 'gadisnya' lagi?

"Kamu kenapa, Eun?"

"Ngh, tidak apa-apa. Aku baik-baik saja kok."

"Mata kamu sampai bengkak begini. Kamu menangisi apa?"

"Aku---"

Bolehkah Eunha menceritakannya pada Jungkook?

"Aku merasa ada yang berbeda dariku. Seperti aku bukan Eunha yang sesungguhnya!" Eunha bercerita sambil mengusap air matanya lagi dari pipi. "Sebenarnya aku tersesat ke mana? Aku ingin pulang ...."

Eunha sudah lelah merasakan sakit yang ia tak tau berasal darimana. Eunha lelah dengan suara-suara aneh entah milik siapa yang terngiang di kepalanya. Eunha lelah oleh potongan-potongan ingatan yang dirinya sendiri pun tak ada dalam ingatan itu.

"Eunha ...," panggil Jungkook yang mengusap puncak kepala Eunha dengan lembut.

Eunha mengangkat kepalanya menatap Jungkook.

"Kalau aku katakan kamu bukan Jung Eunha, apa kamu akan percaya?"

AMNESIA [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang