4. Dandelion dan Cincin.

1.1K 169 3
                                    

"Dandelion?"

Eunha menghentikan langkahnya yang telah berhasil membawanya ke sebuah taman dandelion.

Eunha menoleh ke belakang dan mendapati Jungkook berdiri tak jauh darinya.

"Aku suka dandelion," ujar Eunha sebelum menerpa tatapannya lagi di sekujur bunga putih itu. Angin sejuk yang beterbangan, membuat pucuk dandelion itu terbang menyapa lembut surai dua insan itu.

"Bisa kutebak, pasti karena dandelion yang bodoh itu serupa denganmu." Jungkook menjawab dengan seutas senyum di bibirnya.

Eunha terkekeh. Ia tak harus jengkel dengan ucapan Jungkook bila itu memanglah sebuah kebenaran.

"Dandelion memang bodoh. Sudah tau dirinya begitu rapuh, tetapi masih tumbuh di tanah lapang. Sudah tau ia tak berdaya, tetapi masih mencoba terbang ke ujung langit hanya dengan bermodalkan embusan angin." Eunha menunduk memasang senyum getirnya.

Jungkook menyentuh bahu Eunha. "Jangan khawatir. Aku akan menjagamu."

"Aku tidak pantas lagi denganmu, Kook."

"Kamu bilang apa, sih?"

"Berhentilah." Eunha menoleh dengan senyum tulusnya. "Aku sudah tenang sekarang. Aku tidak mengharapkan apa pun lagi."

"Aku akan selalu bersama kamu."

"Suatu hari nanti, bila sesuatu yang buruk terjadi, maukah kamu berjanji satu hal?" Eunha menatap Jungkook dengan penuh harap.

"Katakan, apa itu?"

"Jadikan semuanya tetap baik-baik saja, kumohon."

Jungkook memperlebar senyumnya lalu menangkap wajah Eunha. "Aku janji," ujarnya sambil menempelkan kedua dahi mereka.

Eunha mendorong Jungkook pelan.

"Kalau begitu aku bisa tenang." Eunha menjawab dengan tersenyum serta kepalanya yang ia miringkan sedikit.

"Terima kasih, Jeon Jungkook. Aku yang cerewet ini tidak akan pernah mengganggumu lagi."

"Selamat tinggal."

Mendadak senyum Jungkook memudar begitu Eunha berjalan mundur menjauhinya.

"Kamu mau kemana?!" tanyanya panik sambil menarik tangan Eunha.

"Ke tempat yang seharusnya."

Perlahan, sedikit demi sedikit pergelangan tangan Eunha semakin menjauh darinya. Hingga pada jari telunjuk mereka berpisah, Eunha menghilang.

"JUNG EUNHAA!!!"

Jungkook terbangun dari tidurnya sampai posisi terduduk. Napasnya tersengal dan sekujur tubuhnya dipenuhi keringat dingin.

Jungkook menyentuh dadanya yang bergemuruh kencang. Sambil menatap hampa ke depan, air mata Jungkook mengalir tak henti.

Beralih pada selimutnya, Jungkook meremas erat kain putih itu dengan ketakutan yang merajalela.

"Itu cuma mimpi ...," ucapnya pada diri sendiri. "Tapi kenapa? Terasa seperti asli. Begitu terasa."

Pria itu semakin meremas baju tidurnya pas di bagian dada. "Aku ... tidak bisa ... mengontrol diriku .... Kenapa?"

Jungkook sama sekali tak bisa mengontrol emosinya. Ia menenggelamkan kepala di antara kedua kakinya dan menangis di sana seorang diri.

Sekarang apa lagi rencana alam?

🌷🌷🌷

Kicauan burung terdengar gemerisik di tangkai-tangkai pepohonan. Suhu di musim dingin hari ini terkira hangat. SMA Hanggyo pun dapat menjalankan pelajaran seperti biasa.

AMNESIA [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang