15. Selamat sore dunia.

33 10 0
                                    

"Sufala." Terdengar suara Mama yang memanggilku dari luar. Dia mengetuk pintu kamarku cukup keras. "Mama mau ngomong sama kamu penting. Buka pintunya."

Dengan langkah gontai dan malas-malasan, aku membuka pintu. Kulihat Mama sudah berdiri di depan sana sembari memegang satu bungkusan yang ukurannya cukup besar. Benda itu berbentuk persegi, dan berwarna merah.

"Mama mau minta tolong, boleh? Tolong kamu anterin kue ini ke Tante Mirna ya. Tadi tantemu itu telpon, dia bilang pengen nyobain kue buatan Mama," kata Mama yang sekarang tengah menyodorkan bungkusan itu kepadaku.

Aku menghela napas. Sebenarnya hari ini aku malas untuk melakukan aktivitas apapun itu, apalagi bila harus keluar rumah. Pengennya sih tidur saja. Perkataan kak Shila waktu di kantin masih terngiang jelas di telingaku. Hal itu berhasil membuatku menjadi orang yang pesimis.

"Iya, Ma. Nanti Sufala ke rumah Tante Mirna," ucapku kemudian sambil menerima bungkusan itu, "Sufala mau ganti baju dulu." Aku tak kuasa bila harus menolak permintaan Mama karena bagaimanapun juga aku ingin menjadi anak yang berbakti kepada orang tua.

"Yaudah. Kalo gitu Mama mau ke dapur lagi ya. Mau masak makanan kesukaan Papamu." Mama mengulum senyum, lalu menepuk pundakku pelan. "Jangan kelamaan ngejomblonya ya. Cepat punya pacar, terus entar kenalin ke Mama." Setelah itu Mama pergi meninggalkanku sendiri yang tengah tersenyum miris saat mendengar perkataannya yang terakhir.

"Sufala juga pengennya gitu, Ma. Doain aja, semoga secepatnya Sufala punya tambatan hati yang akan mewarnai hari-hari biar gak merasa sepi lagi," kataku yang langsung menutup pintu kamar, kemudian mengganti baju.

Kulihat diriku di cermin dengan saksama sebelum menyisir rambut, lalu memakai sedikit parfume biar tampak lebih fresh. Setelah itu aku mengambil jaket, dan kunci motor yang ada di atas nakas. Tak lupa juga kubawa bungkusan yang tadi Mama berikan.

Perlahan aku memegang knop sebelum kemudian membuka pintu dengan senyuman semanis mungkin. Aku tidak boleh terlihat rapuh, tapi aku harus terlihat semangat kembali dalam menyambut hari. Perkataan Kak Shila saat itu tak perlu terlalu di pikirkan, anggap saja sebagai suatu masukkan untuk menjadikanku lebih baik.

"Selamat sore dunia. I'm coming!"

***

Bersambung,

Sukabumi, 08 Maret 2019.

Cuman pengen ngasih tahu aja, kalo menunggu itu melelahkan. Apalagi sampai beberapa jam, dan tanpa ada kepastian.

Salam manis dariku,

Sri Azmi.

SufalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang